Sukses

Gelombang Panas Ekstrem di Eropa Cetak Rekor Baru

Rekor suhu terpanas di Paris tercatat hari Kamis (26/7), dengan suhu mencapai 42,7 derajat Celsius. Rekor sebelumnya di Paris tercatat pada tahun 1947, pada suhu 40,4 derajat Celsius.

Liputan6.com, Paris - Rekor suhu terpanas baru tercatat di berbagai penjuru Eropa sewaktu gelombang panas melanda benua tersebut.

Udara panas yang bergerak dari kawasan Sahara telah menyebabkan suhu meningkat, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (27/7/2019).

Rekor suhu terpanas di Paris tercatat hari Kamis (26/7), dengan suhu mencapai 42,7 derajat Celsius. Rekor sebelumnya di Paris tercatat pada tahun 1947, pada suhu 40,4 derajat Celsius.

Pada Juni lalu, negara yang terletak di Eropa itu mengalami hari terpanas dalam catatannya dengan suhu mencapai 47 derajat Celsius, menyebabkan sistem peringatan suhu panas untuk pertama kalinya mencapai tingkat maksimum, merah.

Belanda mengalami hari terpanasnya pada hari Kamis (26/7), dengan suhu mencapai 41,7 derajat Celsius. Rekor sebelumnya tercatat hari Rabu (25/7), dengan suhu di atas 40 derajat Celsius di kota Gilze Rijen di dekat perbatasan dengan Belgia.

Di Jerman, rekor suhu terpanas juga pecah, dengan suhu mencapai 42,6 derajat Celsius. Rekor sebelumnya tercatat hari Rabu, 40,5 derajat Celsius di Geilenkirchen, juga dekat perbatasan dengan Belgia.

Belgia juga mengalami hari terpanasnya, Kamis, yang mencapai 40,7 derajat Celsius, di kota di bagian barat, Beitem.

Banyak bangunan umum di Eropa tidak memiliki AC. Selain itu, hanya lima persen rumah yang memiliki mesin-mesin pendingin udara, sebut berbagai laporan.

Kereta api di Eropa berhenti beroperasi dan pihak berwenang menyarankan orang-orang untuk mencari tempat yang sejuk.

Di Jerman, Swiss dan Austria, sejumlah komunitas mengecat rel kereta di jalur penting dengan warna putih, dengan harapan warna terang akan menurunkan suhu beberapa derajat.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gelombang Panas Mengancam Kesehatan Warga AS

Dinas Cuaca Nasional (NWS) memperingatkan "gelombang panas berbahaya" serta kelembaban tinggi di AS pada akhir pekan bisa dengan cepat menyebabkan heat stress atau heat stroke. Heat stroke adalah kondisi suhu tubuh yang meningkat tajam dan tiba-tiba dalam waktu cepat akibat sengatan matahari.

Banyak acara dibatalkan di seluruh negara itu, dari festival dan konser sampai acara olahraga.

NWS mengatakan suhu akan tetap hangat pada Sabtu (20/7), antara 70an-80an derajat Farenheit. Suhu panas masih akan terus terasa hingga Minggu di Pantai Timur. Dinas itu juga menganjurkan warga untuk mengecek keadaan sanak saudara dan teman, terutama warga lansia.

Dalam tiga hari pada Juli 1995, lebih dari 700 orang meninggal dunia di Chicago, ketika suhu melebihi 36 derajat Celcius. Banyak dari mereka yang tewas adalah orang miskin atau lansia yang tak punya akses ke pendingin ruangan atau AC. Banyak di antara mereka juga hidup sendiri.

Suhu meningkat di berbagai kota dari Midwest sampai Pantai Timur akibat sistem tekanan tinggi yang memerangkap udara panas. Para pejabat kota mengijinkan kolam renang umum untuk buka lebih lama. Pemerintah kota juga mengeluarkan anjuran kepada masyarakat mengenai cara terbaik menghadapi suhu panas.

Para peramal cuaca mengatakan suhu di New York City mencapai 33 derajat Celcius pada Sabtu lalu, tapi dengan kelembaban, suhunya terasa seperti 43 derajat Celsius.

Pada Sabtu (20/7), suhu di ibu kota AS mencapai 38 derajat Celcius dan Philadelphia 36 derajat Celsius.

Organisasi Meteorologi Sedunia mengatakan Juni 2019 adalah rekor terpanas bumi sepanjang catatan. Selain itu, suhu darat dan laut juga mencapai rekor tertinggi pada Juni.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.