Sukses

Termakan Hoaks Penggal Kepala Tumbal Jembatan, 8 Warga Bangladesh Dibunuh

Delapan orang dibunuh karena dianggap sebagai penculik anak untuk tumbal pembangunan jembatan, yang menjadi korban pembunuhan massal.

Liputan6.com, Dhaka - Di Bangladesh ada kisah anak yang diculik dan kepalanya dipotong untuk dijadikan tumbal dalam pembangunan sebuah jembatan. Cerita yang sudah beredar selama puluhan tahun itu ternyata hoaks.

Namun dalam kasus terbaru di Bangladesh, ada delapan orang dibunuh karena dianggap sebagai penculik. Mereka korban pembunuhan massal gara-gara korban hoaks.

Menurut kepala polisi Bangladesh Javed Patwary, hoaks ini bermula disebarkan kebanyakan lewat Facebook yang mengatakan adanya sebuah proyek pembangunan jembatan bernilai Rp 3 triliun, yang mencari kepala anak untuk dijadikan tumbal.

Delapan orang yang sudah menjadi korban tewas, dua diantaranya adalah perempuan.

"Kami sudah menganalisis semua kasus dari delapan pembunuhan tersebut." kata Patwary kepada wartawan di ibu kota Bangladesh, Dhaka seperti dikutip dari ABC Indonesia, Kamis (25/7/2019).

"Mereka yang tewas ini semuanya dibunuh oleh massa. Tidak seorang pun di antara korban adalah penculik anak-anak."

Menurut laporan, sudah ada lebih dari 30 penyerangan sejak rumor tersebut beredar.

Kepala polisi Bangladesh Javed Patwary mengatakan kantor polisi di seluruh negeri sudah diperintahkan untuk memadamkan penyebaran hoaks tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penutupan Sosial Media

Sejauh ini sudah ada 25 kanal di YouTube, 60 akun Facebook dan 10 situs yang ditutup.

Namun kantor berita AFP masih menemukan beberapa akun di Facebook yang menyebarkan kabar bohong tersebut.

Tindakan brutal yang dilakukan massa sering terjadi di Bangladesh, namun insiden terbaru ini yang paling banyak memakan korban tewas.

Media lokal mengatakan kabar hoaks tersebut mulai beredar setelah adanya laporan bahwa seorang pemuda menemukan kepala seorang anak kecil di Netrokona, di Bangladesh utara.

Korban paling baru adalah seorang perempuan orang tua tunggal beranak dua, Taslima Begum,yang dipukuli sampai mati di depan sebuah sekolah di Dhaka pada hari Sabtu. Massa mencurigai perempuan tersebut sebagai penculik anak-anak.

Seorang pria tunarungu juga dipukuli sampai mati di hari yang sama ketika dia hendak mengunjungi rumah anak perempuannya.

Polisi mengatakan delapan orang telah ditahan berkenaan dengan pembunuhan tehradap Begum, dan paling sedikit lima orang lainnya ditahan karena menyebarkan kabar hoaks ini di media sosial.

3 dari 3 halaman

Massa Tidak Percaya Hukum

Polisi juga mengkhawatirkan adanya korban di daerah pedesaan, dengan petugas mencoba membantah kabar bohong ini menggunakan TOA dengan berkeliling.

"Kami membangun kesadaran mengenai kabar hoaks tersebut dan meminta warga untuk tidak panik," kata kepala polisi di Distrik Chapainawabganj.Sekitar 1,6 juta petugas keamanan sudah dikirim ke berbagai desa, kata Mayor Jenderal Kazi Sharif Kaikobad, di Provinsi Ansar.

Sementara itu para pengemis yang ketakutan akan menjadi korban amukan massa, mengalungkan KTP untuk membuktikan bahwa mereka bukanlah orang asing di daerah dimana mereka beroperasi.

Tindakan amuk massa membabi buta ini, menurut Profesor Sosiologi dari Dhaka University Monirul Islam, menunjukkan warga yang tidak percaya akan sistem hukum dan ketertiban di sana. Namun dia juga tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa beberapa orang dengan sengaja mencoba menciptakan kepanikan dan kekacauan dalam masyarakat.

Saat ini memang ada proyek pembangunan jembatan terbesar di Bangladesh di kawasan Padma, yang akan melintasi sungai terbesar di negeri itu Sungai Gangga.

Menurut media setempat, kabar bohong mengenai tumbal kepala anak kecil untuk pembangunan jembatan sudah pernah muncul di Bangladesh sebelumnya.

Di tahun 2010 beberapa orang juga diserang oleh massa mengenai kabar pembangunan jembatan di tempat lain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.