Sukses

Atasi Wabah Ebola di RD Kongo, Bank Dunia Kucurkan Dana Rp 4,19 Triliun

Sebanyak Rp 4,19 triliun dana bantuan telah dikucurkan oleh Bank Dunia untuk mengatasi wabah Ebola di RD Kongo.

Liputan6.com, Kinshasa - Bank Dunia mengumumkan pada Rabu 24 Juli 2019 bahwa pihaknya sedang mengerahkan bantuan senilai US$ 300 juta (setara Rp 4,19 triliun) kepada Republik Demokratik Kongo (RD Kongo), untuk membantu mengatasi wabah Ebola yang telah berlangsung selama setahun.

Pendanaan itu muncul setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu menyatakan wabah Ebola meningkat statusnya menjadi darurat kesehatan masyarakat internasional, demikian sebagaimana dikutip dari Channel News Asia pada Kamis (24/7/2019),

Dana tersebut telah dikucurkan senilai US$ 100 juta pada Agustus 2018, dan sisa US$ 200 juta lainnya akan dicairkan dalam enam bulan ke depan.

"Bersama-sama, kita harus mengambil tindakan segera untuk menghentikan epidemi Ebola yang mematikan, yang menghancurkan kehidupan dan mata pencaharian di Republik Demokratik Kongo," kata Kepala Eksekutif Bank Dunia Kristalina Georgieva.

"Masyarakat dan petugas kesehatan di garis depan wabah ini sangat membutuhkan lebih banyak dukungan dan sumber daya dari komunitas internasional, untuk mencegah krisis memburuk di dalam negeri dan risiko penyebaran lintas batas," lanjutnya.

Annette Dixon, wakil presiden Bank Dunia untuk pembangunan manusia yang mengawasi program-program kesehatan, mengatakan dana baru itu memberi sinyal kegigihan dalam memerangi Ebola.

"RD Kongoo memiliki rekam jejak yang baik ketika cepat mengakhiri pandemi Ebola sebelumnya. Tapi, wabah saat ini terkonsentrasi di wilayah yang sangat miskin di sana dan rawan konflik," kata Nixon kepada AFP, mengingatkan tentang pentingnya dukungan keamanan penuh.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Telah Menewaskan Lebih dari 1.700 Orang

Sejak Agustus tahun lalu, Ebola telah menewaskan lebih dari 1.700 dari 2.500 orang yang terinfeksi di RD Kongo.

Itu merupakan epidemi terbesar kedua sejak lebih dari 11.300 orang meninggal antara tahun 2014 dan 2016 di Liberia, Guinea dan Sierra Leone.

Menteri kesehatan RD Kongo Oly Ilunga mengundurkan diri pada hari Senin, menyusul perselisihan dengan Presiden Felix Tshisekedi mengenai penanganan Ebola.

Dia berencana memperkenalkan vaksin kedua, namun disebut tidak segera ditanggapi oleh pemerintah setempat.

"Tapi itu belum menggagalkan upaya (penanganan khusus) di negara itu," kata Dixon, dan Bank Dunia bekerja sama dengan pemerintah mengenai rencana respons krisis yang mencakup enam bulan ke depan.

 

3 dari 3 halaman

Tingkat Kematian Rata-Rata 50 Persen

Virus Ebola sangat menular dan memiliki tingkat kematian rata-rata sekitar 50 persen.

Penyakit ini ditularkan ke manusia dari hewan liar, dan menyebar di antara orang-orang melalui kontak dekat dengan darah, cairan tubuh, sekresi atau organ yang terinfeksi.

Sementara lebih dari 160.000 orang di provinsi Kivu Utara dan Ituri --dua daerah paling terdampak di RD Kongo-- telah divaksinasi, setelah sebelumnya sempat terhambat oleh kerusuhan kronis di wilayah tersebut, dan kurangnya kepercayaan pada masyarakat terhadap petugas kesehatan.

Dixon mengatakan prioritas utama sekarang adalah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat setempat, termasuk menyediakan perawatan medis gratis, sehingga penduduk akan merasa nyaman melaporkan masalah kesehatan, dan virus dapat ditelusuri.

Pendanaan tersebut juga akan digunakan untuk program "cash-for-work", yang membayar pengangguran lokal berpartisipasi dalam proyek infrastruktur, untuk mengurangi kemiskinan di wilayah tersebut, dan menghilangkan hambatan keuangan di masyarakat yang "sudah sangat tertekan."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.