Sukses

Gelombang Panas dengan Suhu Pemecah Rekor Melanda Eropa Lagi

Eropa barat bersiap untuk gelombang panas kedua yang melanda pada musim panas ini.

Liputan6.com, Bordeaux - Eropa barat bersiap untuk gelombang panas kedua yang melanda pada musim panas ini. Kota di Prancis, Bordeaux, telah mencatat rekor baru untuk suhu tertinggi di wilayahnya.

Pada hari Selasa, badan meteorologi Prancis, Meteo France mencatat suhu 41,2 C di Bordeaux, memecah rekor tahun 2003 dengan suhu 40,7 C, demikian seperti dikutip dari BBC, Rabu (24/7/2019).

Meteo France juga mengatakan suhu Paris pada periode gelombang panas teranyar mungkin bisa mencapai rekor tertinggi baru pada pekan ini. Rekor yang ditetapkan pada tahun 1947 adalah 40,4 C.

Layanan cuaca Prancis telah melaporkan suhu 42 C di daerah barat daya. Diharapkan panas tidak akan turun di bawah 20 C untuk sisa pekan ini.

Kekhawatiran muncul di kalangan Negeri Mode, membandingkan peristiwa alam tahun ini bisa memicu seperti yang terjadi pada Agustus 2003, di mana gelombang panas berkontribusi terhadap hampir 15.000 kematian.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Persiapan

Untuk membatasi pemanasan air yang digunakan untuk menjaga reaktor nuklirnya tetap dingin, perusahaan energi Prancis EDF mengatakan akan menutup dua reaktor di pembangkit listrik tenaga nuklir Golftech di wilayah Tarn-et-Garonne selatan.

Pemandian es dan titik air tambahan disediakan di area publik, terkhusus, untuk pebalap sepeda yang berlaga di Tour de France --yang memasuki pekan terakhir-- untuk menghindari dehidrasi.

Pemerintah Prancis juga melarang operasional transportasi hewan antara pukul 13:00 (11:00 GMT) dan 18:00 di daerah yang terkena peringatan panas.

3 dari 3 halaman

Kawasan Eropa Lain

Peramal cuaca memprediksi gelombang panas dengan suhu pemecah rekor akan terjadi di seluruh Eropa barat pekan ini, termasuk Belgia, Jerman dan Belanda.

Seorang juru bicara Organisasi Meteorologi Dunia mengatakan gelombang panas itu memiliki "ciri khas perubahan iklim."

"Seperti yang kita lihat pada Juni mereka menjadi lebih sering, mereka mulai lebih awal dan mereka menjadi lebih intens," tambah Claire Nullis.

"Itu bukan masalah yang akan hilang segera," tambahnya menyoroti bahwa gelombang panas mungkin akan terjadi lagi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.