Sukses

Pria Australia Simpan Batu Besar yang Dikira Emas Selama 2 Tahun, Ternyata...

Seorang pria Australia menyimpan sebuah batu besar yang dikiranya emas selama 2 tahun, tetapi ternyata...

Liputan6.com, Perth - Pada 2015, seorang pria Australia bernama David Hole mencari benda-benda rongsokan di Maryborough Regional Park, dekat Melbourne.

Berbekal detektor logam, ia menemukan sesuatu yang tidak biasa, yaitu batu yang sangat besar dan kemerahan, bersemayam di tanah liat kuning kecoklatan.

Dia kemudian membawanya pulang dan mencoba segala cara untuk memecahnya. Hatinya benar-benar yakin bahwa ada bongkahan emas di dalam batu, karena Maryborough berada di wilayah Goldfields, di mana demam emas memuncak pada Abad ke-19 di Australia.

Untuk membelah penemuannya, Hole mencoba menggunakan gergaji batu, penggiling batu, bor, bahkan memasukkan benda itu ke dalam cairan asam, tetapi semua upayanya sia-sia. Nihil. Batu itu bahkan tak bisa retak.

Setelah itu, Hole hanya menyimpannya saja lantaran merasa batu itu unik. Namun, usai bertahun-tahun berlalu, kini ia baru menyadari batu tersebut adalah meteorit langka. Hole lalu membawa meteorit temuannya ke Museum Melbourne untuk diidentifikasi.

"Penampilannya seperti terpahat, berlesung, sepertinya ini akibat dari gesekan dengan atmosfer Bumi," kata ahli geologi Dermot Henry kepada The Sydney Morning Herald, yang dikutip dari Science Alert pada Senin (22/7/2019).

Bahkan, setelah 37 tahun bekerja di museum dan memeriksa ribuan batu, Henry menjelaskan hanya dua batu yang merupakan meteorit nyata. Batu yang ditemukan Hole adalah salah satunya.

"Jika Anda melihat batu seperti ini di Bumi dan Anda mengambilnya, bobot batu seharusnya tidak seberat itu," kata ahli geologi Museum Melbourne, Bill Birch, kepada The Sydney Morning Herald.

Para peneliti baru-baru ini menerbitkan sebuah makalah ilmiah yang menggambarkan meteorit berumur 4,6 miliar tahun, yang mereka sebut Maryborough, terinspirasi dari nama kota di mana meteorit itu ditemukan.

Beratnya adalah 17 kilogram (37,5 pon). Setelah menggunakan gergaji berlian untuk memotong batu tersebut, mereka menemukan adanya kandungan besi yang tinggi, menjadikannya sebagai konduktor H5 biasa.

Setelah terbelah, para ahli pun dapat melihat tetesan kecil kristal mineral di dalamnya, yang disebut chondrules.

"Meteorit menyediakan bentuk eksplorasi ruang angkasa termurah. Meteorit membawa kita kembali ke masa lalu, memberikan petunjuk tentang usia, pembentukan, dan kimiawi Tata Surya (termasuk Bumi)," jelas Henry.

Meteorit langka lainnya mengandung molekul organik seperti asam amino, blok pembangun kehidupan.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Praduga Kehadiran Meteor

Meskipun para peneliti belum tahu dari mana asal meteorit itu dan berapa lama 'tinggal' di Bumi, tetapi mereka memiliki beberapa dugaan.

Tata Surya kita dulunya adalah tumpukan debu dan batu chondrite. Akhirnya, gravitasi menarik banyak bahan ini bersama-sama ke planet-planet, tetapi sisanya sebagian besar berakhir di sabuk asteroid besar.

"Meteorit khusus ini kemungkinan besar keluar dari sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter, dan telah didorong keluar dari sana oleh beberapa asteroid yang saling bertabrakan, lalu suatu hari ia menghancurkan Bumi," jelas Henry.

Penanggalan karbon menunjukkan bahwa meteorit telah ada di Bumi antara 100 dan 1.000 tahun, dan ada sejumlah penampakan meteor antara tahun 1889 dan 1951 yang bisa disesuaikan dengan kedatangannya.

Para peneliti berpendapat, meteorit Maryborough adalah salah satu dari 17 meteorit yang pernah dicatat di negara bagian Victoria, Australia, dan merupakan massa chondritic terbesar kedua --setelah spesimen 55 kilogram yang diidentifikasi pada tahun 2003.

"Ini hanya meteorit ketujuh belas yang ditemukan di Victoria, padahal sudah ada ribuan bongkahan emas yang ditemukan," ujar Henry.

Penelitian mengenai meteorit itu kini telah dipublikasikan di Prosiding Royal Society of Victoria.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.