Sukses

Demi Keamanan Teluk, Arab Saudi Setuju Terima Kedatangan Pasukan AS

Arab Saudi menyetujui penempatan pasukan AS ke negaranya, dengan dalih menjaga keamanan Teluk Persia.

Liputan6.com, Riyadh - Pemerintah Arab Saudi telah memutuskan untuk menjadi tuan rumah pasukan Amerika Serikat, dalam langkah bersama untuk meningkatkan keamanan regional, menyusul ketegangan yang meningkat di Teluk Persia, kata kementerian pertahanan kerajaan itu.

"Berdasarkan kerja sama timbal balik antara Arab Saudi dan Amerika Serikat, dan keinginan mereka untuk menjaga keamanan kawasan (Teluk) .... Raja Salman memberikan persetujuannya untuk menjadi tuan rumah pasukan Amerika," kata seorang juru bicara kementerian itu kepada kantor berita pemerintah Saudi, SPA.

Dikutip dari Channel News Asia pada Sabtu (20/7/2019), keputusan itu mengakhiri 'hiatus' (berhenti sementara) Arab Saudi dalam menerima kehadiran pasukan AS pada 2003 lalu, menyusul berakhirnya perang dengan Irak.

Sebelumnya, kehadiran AS di Arab Saudi berlangsung selama 12 tahun, dimulai dengan Operasi Badai Gurun pada tahun 1991, ketika Irak menginvasi Kuwait.

Kala itu, di puncak perang Irak, sebanyak 200 pesawat AS ditempatkan di pangkalan udara Prince Sultan, yang terletak sekitar 80 kilometer di selatan ibu kota Riyadh.

Selain itu, sebanyak 2.700 misi dilakukan setiap harinya oleh kantor pusat komando AS di Arab Saudi.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hubungan Sempat Memburuk Pasca-Serangan 11 September

Tetapi, hubungan antara kedua negara tidak selalu mudah selama 12 tahun kerja sama tersebut.

Perbedaan pendapat utamanya meningkat setelah serangan 11 September 2001, yang menghancurkan gedung kembar World Trade Center di New York.

Pasca-serangan tersebut, AS menuduh pemimpin Al-Qaeda kelahiran Arab Saudi, Osama bin Laden, sebagai dalang utamanya.

3 dari 3 halaman

Ketegangan Meningkat di Teluk Persia

Ketegangan di Teluk semakin meningkat pada hari Jumat, ketika Iran mengatakan telah menyita sebuah kapal berbendera Inggris di Selat Hormuz.

Di saat bersamaan, jalan damai seakan buntu ketika Presiden AS Donald Trump bersikeras bahwa militernya telah menjatuhkan pesawat tanpa awak (drone) milik Iran, yang dituding memicu ancaman.

Adapun Iran menolak klaim Trump, dengan mengatakan bahwa tidak ada satupun fasilitas drone miliknya yang ditembak jatuh AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.