Sukses

Ursula von der Leyen Terpilih Jadi Presiden Wanita Pertama Komisi Eropa

Jabatan Presiden Komisi Eropa akhirnya diisi oleh wanita untuk pertama kalinya, yaitu oleh Ursula von der Leyen.

Liputan6.com, Brussels - Ursula von der Leyen resmi dikukuhkan sebagai presiden wanita pertama Komisi Eropa, dan menjadi politikus Jerman pertama yang memegang jabatan ini dalam 50 tahun terakhir.

Dalam pemungutan suara rahasia, anggota Komisi Eropa memberikan selisih suara sempit untuk mendukung Menteri Pertahanan Jerman itu sebagai pengganti Jean-Claude Juncker, yang akan turun jabatan pada 31 Oktober mendatang.

Dikutip dari The Guardian pada Rabu (17/7/2019), Von der Leyen memenangkan dukungan dari 383 anggota Komisi Eropa, lebih banyak sembilan suara dari yang dibutuhkan untuk mengamankan mayoritas absolut.

"Kepercayaan yang Anda berikan pada saya adalah kepercayaan yang Anda tempatkan di Eropa. Keyakinan di Eropa yang kuat dan bersatu, dari timur ke barat, dari selatan ke utara. Keyakinan akan Eropa yang siap bertarung untuk masa depan dan bukannya bertarung satu sama lain," ujar Von der Leyen usai pengukuhannya.

Dia akan resmi menggantikan Juncker pada hari ketika Boris Johnson, yang diprediksi akan menjabat Perdana Menteri Inggris berikutnya, mengatakan akan membawa Britania keluar dari Uni Eropa dengan atau tanpa kesepakatan.

Von der Leyen mengatakan akan terbuka atas penundaan Brexit lebih lanjut "untuk alasan yang baik", meskipun dia bersikeras perjanjian penarikan itu tidak akan dinegosiasikan ulang.

Ditanya apakah dia lebih suka Johnson atau Jeremy Hunt sebagai Perdana Menteri Inggris berikutnya, dia mengatakan kepada wartawan: "Saya tidak tahu (salah satu dari mereka) secara pribadi, dan ada aturan yang saya hormati bahwa saya akan bekerja dengan cara yang sangat konstruktif. dengan setiap kepala negara dan pemerintahan."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pentingnya Jadi Wanita Pertama di Puncak Komisi Eropa

Munculnya Von der Leyen sebagai pilihan para pemimpin Eropa untuk sejak dua pekan lalu, ditanggapi sebagai kejutan yang tidak disukai oleh kelompok Sosialis dan Demokrat, dan bahkan bagi beberapa orang di Partai Rakyat Eropa (EPP) kanan tengah yang menjadi anggotanya.

Dia telah dinominasikan oleh para pemimpin Eropa setelah 50 jam negosiasi yang sulit, meskipun tidak menjadi salah satu kandidat pemimpim yang berkampanye sebelumnya.

Akan tetapi, oposisi terhadap pencalonan Von der Leyen tampaknya mencair setelah pidato 30 menit pada hari Selasa pagi, di mana ia membuat serangkaian janji dengan kecenderungan kiri untuk memenangkan kaum sosialis.

Dia juga menekankan pentingnya menjadi wanita pertama yang dicalonkan oleh kepala negara dan pemerintahan, sesuatu yang telah diprediksi mampu meningkatkan daya saingnya.

"Tepat 40 tahun lalu, presiden pertama parlemen Eropa, Simone Veil, terpilih dan mempresentasikan visinya tentang Eropa yang bersatu," kata Von der Leyen.

"Terima kasih kepada Anda, dan kepada semua tokoh Eropa lainnya, yang saya sampaikan kepada Anda hari ini visi saya tentang Eropa. Dan 40 tahun kemudian, dengan sangat bangga akhirnya wanita yang menjadi kandidat presiden dari komisi Eropa," lanjutnya percaya diri.

Dalam pidatonya, Von der Leyen berkomitmen untuk memastikan kesetaraan jender penuh di antara 28 komisioner yang akan dipimpinnya di Brussels.

"Jika negara-negara anggota tidak mengusulkan cukup banyak komisaris wanita, saya tidak akan ragu untuk meminta nama baru," katanya.

"Sejak 1958 sudah ada 183 komisaris. Hanya 35 orang wanita. Itu kurang dari 20 persen," lanjutnya menegaskan.

 

3 dari 3 halaman

Janji yang Cenderung Bersifat Kiri

Von der Leyen juga berkomitmen untuk membangun jaminan kesehatan dan pendidikan gratis bagi semua anak di pan-Uni Eropa.

Dalam kebijakan yang dirancang untuk memenangkan kaum sosialis, ia berjanji untuk menetapkan upah minimum di seluruh Uni Eropa, dana untuk menopang sistem kesejahteraan nasional saat krisis ekonomi, serta untuk memastikan fleksibilitas dalam pajak dan pengetatan anggaran belanja di negara-negara zona euro.

Dia juga berkomitmen untuk program lingkungan yang luas, termasuk "kesepakatan hijau", menawarkan miliaran euro dalam investasi dan pajak perbatasan karbon Uni Eropa baru, dengan tujuan mencapai netralitas karbon di benua pada tahun 2050.

Dalam janji lintas partai terbesarnya kepada anggota Komisi Eropa, dia mengatakan akan mengizinkan hak parlemen untuk mengusulkan undang-undang.

"Siapa pun yang ingin membantu Eropa, saya siap mendampingi mereka dengan semangat. Dan siapa pun yang berusaha meecah dan menghancurkan nilai-nilai kita, maka saya akan hadir sebagai lawan yang sengit," tegasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.