Sukses

Ilmuwan: Tak Ada Alat Akurat yang Bisa Memprediksi Gempa Bumi...

Sebelum gempa Bali, sejumlah lindu juga dilaporkan mengguncang beberapa lokasi seperti Australia Barat,dan California yang berada di Ring of Fire atau jalur cincin api Pasifik.

Liputan6.com, Jakarta - Serentetan gempa bumi baru-baru ini mengguncang Australia Barat, Indonesia dan California. Meski terjadi dalam waktu dekat, rangkaian lindu itu bukan menjadi sinyal bahwa Ring of Fire atau dikenal sebagai Cincin Api Pasifik, berada di ambang bencana dahsyat.

Hal itu disampaikan oleh seorang ahli geologi terkemuka dari Australia.

Profesor Emeritus dalam bidang geologi di Australian National University, Richard Arculus mengatakan kepada 9news.com.au bahwa rangkaian llindu itu merupakan aktivitas umum di area sekitar 40.000 kilometer dari Cincin Api Pasifik -- tempat 90 persen gempa bumi dunia terjadi.

"Meningkatnya jumlah seismometer, pengamat gunung berapi, dan pelaporan internasional terkadang menunjukkan seperti ada banyak kegiatan tidak biasa di Cincin Api, tetapi bukan itu masalahnya," Prof Arculus menjelaskan seperti dikutip dari 9News.com.au, Selasa (16/7/2019).

"Pada suatu waktu di sekitar Ring of Fire mungkin ada 10 gunung berapi dalam letusan aktif. Ada banyak gunung berapi subaerial (bawah air) aktif di Ring of Fire yang mati setiap saat. Kebanyakan orang tidak mendengarnya," papar Prof Arculus.

Beberapa gempa kuat berkekuatan lebih dari magnitudo 6 telah menghantam pantai barat Australia dan Indonesia pekan ini, termasuk di pulau liburan populer Bali.

Aktivitas itu terjadi setelah serangkaian gempa bumi di California awal bulan ini, memicu kekhawatiran 'The Big One' akan bergemuruh melewati Patahan San Andreas sepanjang 1.200 km.

The Big One merujuk pada gempa besar yang diprediksi bisa terjadi di sesar San Andreas. Patahan geser yang memiliki panjang 1.300 km ini membentuk batas tektonik antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara. Sudah lama, sejak ratusan lalu, sesar itu menjadi momok bagi warga California.

Para ilmuwan memperkirakan bahwa patahan ini sanggup melepas energi guncangan gempa bumi dengan kekuatan lebih dari magnitudo 8. Namun, kapan itu terjadi, tak ada yang tahu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tiada Prediktor Akurat, Gempa Bumi Tak Bisa Diprediksi...

Prof Arculus mengatakan, para ilmuwan telah menjadi sangat baik dalam memprediksi letusan gunung berapi, tetapi "kita dalam kondisi yang buruk" dalam hal meramalkan gempa bumi.

"Sejauh ini tidak ada prediktor akurat yang meyakinkan tentang di mana dan kapan gempa besar akan mengguncang," katanya.

Ahli geologi mungkin bisa memberikan peringatan lanjutan tentang letusan supervolcanic, sebuah ledakan yang sangat dahsyat dengan potensi menyebabkan kematian dan kehancuran yang luar biasa.

Ada sejumlah gunung api super di seluruh dunia, membentang dari Taupo di Selandia Baru hingga Toba di Indonesia.

Letusan supervolcanic terbaru di Bumi adalah Taupo, yang meledak 1.800 tahun yang lalu. Letusannya menghasilkan lebih dari 50 kilometer kubik abu vulkanik dan puing-puing yang menghancurkan sebagian besar North Island di Selandia Baru.

Cincin Api Pasifik adalah zona geologis yang mengelilingi Pasifik, membentang dari Selandia Baru, melintasi Indonesia, melewati Jepang dan Kepulauan Aleut, kemudian menyusuri pantai barat Amerika.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.