Sukses

Hobi Selingkuh hingga Insomnia, 6 Hal Ini Konon Bisa Menurun ke Anak

Sejumlah hal ini ternyata tak diduga bisa menurun dari orangtua ke anak.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak hal yang melekat pada orangtua dapat menurun kepada anak. Gen memang menentukan hal dominan pada buah hati, biasanya dalam aspek fisik. Termasuk pula penyakit atau masalah kesehatan tertentu.

Namun tahukah Anda, ada hal unik seperti sikap, kebiasaan, maupun sifat-sifat orangtua juga dapat menurun ke anak. Salah satunya adalah gen insomnia atau sulit tidur.

Berikut adalah informasi selengkapnya tentang enam hal yang dapat menurun dari orangtua ke anak, seperti dilansir dari laman List Verse pada Kamis (11/7/2019):

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

1. Gen Hobi Selingkuh

Gen DRD4 bertanggung jawab untuk mengatur kadar dopamin dalam tubuh kita. Dopamin adalah zat kimia yang dilepaskan di otak dan dikaitkan dengan hal-hal seperti motivasi dan kepuasan seksual.

Tubuh kita merespons secara positif, menganggapnya semacam hadiah. Biasanya, dopamin ini dilepaskan saat hal-hal menyenangkan seperti memenangkan hadiah, berpesta, atau berhubungan seks.

Studi oleh Justin Garcia dari Binghamton University pada 2010 mengungkap, varian gen DRD4 sebenarnya bisa membuat orang lebih rentan untuk selingkuh pada pasangan mereka. Garcia dan timnya mencapai kesimpulan ini setelah mempelajari 181 anak muda.

Gen ini berpotensi untuk menurun kepada anak. Namun jangan takut, keberadaan gen ini tidak menjamin seseorang akan curang dalam hubungan.

3 dari 7 halaman

2. Gen Kekerasan

Sementara itu perilaku kekerasan sering dikaitkan dengan varian gen MAOA dan cadherin 13 (CDH13). Sebuah studi tahun 2014 oleh para peneliti Finlandia mengungkapkan, gen penjahat berkontribusi pada 5-10 persen kasus kejahatan di Finlandia. Jumlah yang tidak signifikan, namun perlu diwanti-wanti.

Konon, orang dengan gen tersebut 13 kali lebih mungkin menjadi pelanggar hukum dibandingkan mereka yang tidak memilikinya. Sebanyak 900 narapidana yang terlibat dalam penelitian ini bertanggung jawab atas total 1.154 pembunuhan, percobaan pembunuhan, pembunuhan pria, dan serangan kekerasan.

Namun, memiliki gen ini sama sekali tidak menjamin bahwa seseorang akan menjadi kasar. Oleh karenanya tidak boleh dijadikan dasar justifikasi tuduhan tanpa bukti.

Bahkan, para peneliti mencatat bahwa sebagian besar orang dengan gen tidak akan pernah melakukan kejahatan. Mereka juga menambahkan bahwa efek gen dapat ditekan dengan pola asuhan yang tepat. Beberapa peneliti berpikir gen MAOA dan CDH13 tidak dapat disalahkan atas tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang, karena setengah dari populasi Finlandia mungkin memilikinya.

4 dari 7 halaman

3. Gen Nyeri Punggung

Pada tahun 2018, para peneliti mengungkapkan penemuan tiga gen yang terkait dengan nyeri punggung kronis, yang dimiliki oleh 29.000 penderita. Jumlah tersebut adalah bagian dari 158.000 orang Eropa yang terlibat dalam penelitian ini.

Peneliti menemukan gen khusus, bernama SOX5 yang paling dominan dari ketiga gen.

Adapun dua gen lain, salah satunya berkaitan dengan pertumbuhan sumsum tulang belakang, sementara yang lain terkait dengan herniasi intervertebralis yakni suatu kondisi medis yang dapat menyebabkan sakit punggung.

5 dari 7 halaman

4. Gen Pesimistis

Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Rebecca M. Todd dari University of British Columbia telah menemukan bahwa menjadi pesimis atau hanya memiliki pikiran negatif semuanya dapat bermula dari gen. Gen yang bertanggung jawab akan hal ini adalah gen ADRA2B.

Namun, gen ADRA2B harus kehilangan beberapa asam amino untuk menyebabkan perilaku pesimistis. Orang dengan asam amino yang rendah akan memiliki kecenderungan untuk melihat peristiwa secara negatif.

Namun, hal itu kadang menguntungkan. Misalnya, mereka akan melihat hal-hal tidak beres seperti kriminal di jalan dengan lebih cepat.

Gen ADRA2B yang pesimistis ini ditemukan selama penelitian yang melibatkan 200 orang.

Sementara itu, beberapa peneliti, seperti Ahmad R. Hariri dari Universitas Duke, percaya bahwa gen pesimistis adalah kekeliruan. Ia mengatakan perilaku pesimistis tidak terkait dengan gen tunggal.

6 dari 7 halaman

5. Cerewet

Pernah kah Anda bertemu dengan seseorang yang kebetulan cerewet datang dari keluarga yang banyak bicara?

Sebuah studi yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran University of Maryland menunjukkan, hal-hal ini bisa terdapat dalam gen. Para peneliti mengungkap adanya gen FOXP2, yang merupakan salah satu dari banyak gen yang bertanggung jawab terkait sifat banyak bicara.

Gen FOXP2 mengeluarkan protein khusus di otak. Para peneliti telah mengaitkan protein itu dengan sifat wanita yang umumnya cenderung cerewet.

Penelitian ini melibatkan kelompok sampel kecil yang hanya terdiri dari sepuluh anak: lima laki-laki dan lima perempuan.

Pemeriksaan pada otak mereka mengungkapkan anak perempuan memiliki 30 persen lebih banyak protein yang dibuat oleh gen daripada anak laki-laki.

Meski demikian, penelitian ini membutuhkan eksperimen lebih lanjut. Mengingat penelitian yang telah dilakukan hanya melibatkan kelompok yang kecil.

7 dari 7 halaman

6. Gen Trauma

Para peneliti telah menemukan bahwa orangtua dapat mentransfer efek dari pengalaman traumatis yang mereka derita kepada anak-anaknya, yakni melalui gen mereka.

Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Rachel Yehuda dari Fakultas Kedokteran Icahn di Manhattan. Dr. Yehuda menjelaskan bahwa ketika orang mengalami peristiwa yang sangat traumatis, itu sebenarnya dapat mengubah gen. Perubahan ini diturunkan ke keturunan mereka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini