Sukses

Lulus Uji Pertama, Bahan Bakar Ramah Lingkungan untuk Misi Antariksa Siap Pakai?

Bahan bakar hijau bernama Green Propellant Infusion Mission (GPIM) yang dipasang pada roket SpaceX Falcon Heavy telah lulus uji pertamanya.

Liputan6.com, Jakarta - Impian NASA untuk menggunakan bahan bakar ramah lingkungan dalam misi antariksa kian dekat untuk menjadi nyata. Pasalnya, bahan bakar hijau bernama Green Propellant Infusion Mission (GPIM) yang dipasang pada roket SpaceX Falcon Heavy telah lulus uji coba pertamanya.

Roket itu berhasil menembakkan lima pendorongnya, setelah diluncurkan pada 25 Juni lalu.

GPIM diharapkan dapat menggantikan hidrazin, zat beracun yang saat ini dugunakan oleh sebagian besar pesawat ruang angkasa. Bahan bakar terbaru ini memiliki toksisitas rendah. Sehingga, bersifat lebih baik bagi lingkungan dan kru yang harus bekerja dala persiapan peluncuran.

Mengutip laman Space.com, Kamis (11/7/2019), operator NASA telah memverifikasi bahwa sistem bekerja seperti yang diharapkan. Alat tetap mampu menembakkan pendorong misi untuk menurunkan orbit pesawat ruang angkasa bagian dari fase "checkout".

"Operasi uji berlangsung tanpa cacat dan subsistem propulsi berinteraksi dengan pesawat ruang angkasa ... seperti yang dirancang," kata Christopher McLean, peneliti utama GPIM di Ball Aerospace.

Uji Coba Belum Berakhir

GPIM masih akan diuji selama beberapa bulan ke depan oleh NASA. Kali ini untuk memahami bagaimana kinerja bahan bakar baru di angkasa luar.

Misi ini akan menguji sistem bahan bakar dan propulsi dengan melakukan tiga "penurunan pembakaran". Yakni, membawa pesawat ruang angkasa dari orbit yang lebih tinggi ke orbit yang lebih rendah. 

Jika berhasil, bahan bakar hijau baru --yang sebenarnya berwarna salmon-- ini dapat secara signifikan menurunkan biaya perjalanan ruang angkasa.

Keberhasilan pertama dalam misi GPIM ini menandai kemenangan ilmuwan dan insinyur yang telah bekerja pada bahan bakar hijau selama satu dekade terakhir. Impian mereka untuk menciptakan masa depan misi antariksa yang lebih aman dan lebih efisien, akan segera terwujud.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menelan Biaya Puluhan Juta Dolar

Misi GPIM menelan biaya total $ 65 juta. Meski mahal, namun sebanding dengan tujuan akhirnya. Yakni, menyediakan bahan bakar alternatif yang berkelanjutan dan efisien iuntuk misi antariksa.

Saat ini, sebagian besar pesawat ruang angkasa menggunakan hidrazin. Adapun bahan bakar baru NASA itu hampir 50 persen lebih efisien serta menjanjikan misi yang lebih lama dengan menggunakan sedikit propelan.

Bahan bakar inovasi baru itu juga memiliki titik beku yang lebih rendah, sehingga membutuhkan lebih sedikit daya pesawat ruang angkasa untuk mempertahankan suhu.

Selain itu, juga memiliki kepadatan yang lebih tinggi, sehingga dapat disimpan di ruang bervolume lebih kecil.

3 dari 3 halaman

Aman, Bahkan Bisa Dikirim Lewat Ekspedisi Mainstream

Jika dibandingkan dengan hidrazin, bahan bakar hijau ini jauh lebih aman bagi manusia.

"Ini sangat aman, dan kami pikir itu dapat dimuat di universitas atau tempat lain di mana Anda biasanya tidak melakukan operasi pemuatan propelan," Dayna Ise, seorang eksekutif dari program misi demonstrasi teknologi di Direktorat Misi Teknologi Antariksa NASA, mengatakan pada 7 Juni.

"Dan Anda dapat mengirimkannya melalui FedEx, sehingga cukup aman untuk dikirimkan dengan FedEx di seluruh negeri."

Ball Aerospace, produsen pesawat ruang angkasa di Colorado, telah bekerja dengan subkontraktor Aerojet Rocketdyne dan ilmuwan NASA untuk mengembangkan sistem propulsi untuk bahan bakar hijau. 

GPIM adalah salah satu dari empat misi teknologi NASA di antara muatan misi STP-2 yang dijadwalkan diluncurkan SpaceX Falcon Heavy pada 24 Juni .

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini