Sukses

Lima Kapal Iran Dituduh Berupaya Rebut Tanker Minyak Inggris di Perairan Teluk

Sebanyak lima unit kapal Iran dituduh berusaha merebut paksa tanker minyak milik pemerintah Inggris di wilayah Teluk, namun gagal.

Liputan6.com, Teheran - Lima unit kapal yang diyakini milik Garda Revolusi Iran, mendekati sebuah kapal tanker minyak Inggris di Teluk Persia pada hari Rabu, dan memintanya untuk berhenti di perairan Negeri Persia.

Namun, menurut dua pejabat Amerika Serikat (AS), kelima kapal itu menarik diri setelah sebuah kapal perang Inggris mengeluarkan peringatan untuk mundur.

"Kapal HMS Montrose milik Angkatan Laut Kerajaan Inggris yang kebetulan berada di dekatnya. segera mengarahkan lajunya ke arah kapal-kapal Iran, dan memperingatkan mereka melalui radio untuk segera mundur," ujar salah seorang pejabat terkait kepada kantor berita Reuters.

"Itu adalah pelecehan dan upaya untuk mengganggu lalu lintas di kawasan tersebut," kata pejabat lainnya, demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Kamis (11/7/2019).

Para pejabat AS, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan insiden hari Rabu terjadi ketika kapal tanker British Heritage berlayar di pintu masuk utara Selat Hormuz, yang dilintasi seperlima distribusi minyak dunia.

Militer AS mengkonfirmasi hal di atas dalam sebuah pernyataan resmi, tetapi menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut tentang insiden yang terjadi sepekan setelah sebuah kapal tanker minyak Iran, yang diyakini menuju Suriah, direbut oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris di Selat Gibraltar.

Iran telah membantah kapal tanker itu menuju ke Suriah, yang merupakan sekutu dekat Teheran. Pemimpin Negeri Persia, Presiden Hassan Rouhani, mengatakan Inggris akan menghadapi "konsekuensi" atas penyitaan tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Konflik AS-Iran Meningkat Sejak Tahun Lalu

Ketegangan antara Iran dan AS, juga para sekutunya, telah meningkat tajam sejak Washington menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 tahun lalu.

Sejak itu pemerintahan Donald Trump telah meningkatkan sanksi ekonomi terhadap Iran, dan bergerak membawa ekspor minyak negara itu ke titik nol.

Kebijakan itu merupakan bagian dari "tekanan maksimum" untuk membuat Iran menghentikan tindakan, yang menurut AS, merusak keamanan regional.

Iran telah menanggapi sanksi itu dengan mulai melanggar batas-batas pengayaan uraniumnya di bawah kesepakatan nuklir dengan berbagai kekuatan dunia.

3 dari 3 halaman

Berdampak pada Perairan Teluk

Beberapa kapal tanker minyak diserang di perairan dekat pesisir selatan Iran pada Mei dan Juni, di mana AS menyalahkan Teheran sebagai dalang utamanya.

Iran menolak keras tuduhan tersebut, dan balik menduruh AS sengaja memperkeruh konflik di wilayah Teluk.

Sementara itu, pada bulan lalu, Iran memembak jatuh pesawat tak berawak (drone) milik AS di dekat Selat Hormuz, di mana hal itu mendorong Donald Trump untuk memerintahkan serangan udara balasan, namun segera dibatalkan olehnya.

Menyusul insiden tersebut, pada Selasa lalu, AS mengatakan sedang berupaya membentuk koalisi militer untuk melindungi perairan strategis di Iran dan Yaman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini