Sukses

9-7-1993: Kerangka Tsar Pertama dan Terakhir Rusia Berhasil Diidentifikasi

Tulang belulang tsar pertama dan terakhir Rusia berhasil diidentifikasi.

Liputan6.com, Moskow - Pada 9 Juli 1993, ilmuwan forensik Inggris mengumumkan bahwa mereka berhasil mengidentifikasi kerangka tsar (gelar bagi kaisar Rusia, sebelum Revolusi 1917) terakhir Negeri beruang Merah, Nicholas II.

Tak hanya tulang-belulang Nicholas, namun istrinya, Czarina Alexandra, juga tiga anak perempuan mereka pun diidentifikasi. Para ahli menggunakan sidik jari DNA mitokondria untuk mengenali kerangka tersebut, yang telah digali dari kuburan massal dekat Yekaterinburg pada tahun 1991.

Pada 17 Juli 1918 malam, tiga abad usai berakhirnya Wangsa Romanov (wangsa kedua dan terakhir di Rusia, yang menguasai Muskovia dan kekaisaran Rusia selama lima generasi dari tahun 1613 - 1762), pasukan Bolshevik memakzulkan Nicholas dan mengeksekusi dia beserta keluarganya.

Bolshevik membantai seluruh keluarga Romanov di gudang penyimpanan anggur di Gedung Ipatiev, Yekaterinburg, Rusia --meskipun beberapa buku menduga hanya Nicholas-lah yang ditembak.

Rincian eksekusi dan lokasi tempat peristirahatan terakhir mereka tetap menjadi rahasia Uni Soviet selama lebih dari enam dekade. Demikian seperti dikutip dari History.

Karena tidak ada bukti fisik, ada desas-desus yang menyebar ke seluruh Eropa setelah Revolusi Bolshevik, yang menceritakan tentang satu anak Romanov, Anastasia Nikolaevna, yang selamat dari pembantaian.

Pada 1920-an, ada beberapa penggugat dengan gelar Grand Duchess Anastasia. Yang paling meyakinkan adalah seorang wanita dengan nama Anna Anderson, yang muncul di Berlin pada tahun 1922 dan mengklaim sebagai Anastasia.

Dia lalu dikabarkan beremigrasi ke Charlottesville, Virginia, pada 1968 dan tinggal di sana hingga meninggal pada 1984.

Pada tahun 1991, penyelidik amatir Rusia menggunakan laporan pemerintah yang baru dirilis tentang eksekusi Romanov. Mereka menemukan apa yang mereka pikir sebagai situs pemakaman Romanov.

Pemerintah Rusia menggali kuburan massal tersebut. Ilmuwan yang dilibatkan di dalamnya mempelajari tengkorak kerangka-kerangka itu dan mengklaim bahwa Anastasia ada di antara tulang-tulang ini --meski temuan otoritas disebut tidak konklusif.

Untuk membuktikan bahwa jasadnya memang benar-benar keturunan Wangsa Romanov, Rusia meminta bantuan para ahli DNA Inggris.

Pertama, para ilmuwan menguji gender, dilanjutkan dengan mengidentifikasi lima wanita dan empat pria di antara sisa-sisa tersebut. Selanjutnya, mereka mengetes sejauh mana jasad-jasad ini terkait.

Seorang ayah dan ibu diidentifikasi, bersama dengan tiga anak perempuannya. Sedangkan ada empat jenazah lainnya yang kemungkinan adalah para pelayan keluarga ini. Namun anak laki-lakinya, Tsarevich Alexei Nikolaevich, dan seorang putrinya tak ada di sana.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Salah Sangka

Untuk membuktikan identitas Alexandra Feodorovna (istri Nicholas II) dan anak-anaknya, para ilmuwan mengambil darah dari Pangeran Philip, permaisuri Ratu Elizabeth II, dan cucu keponakan Alexandra.

Karena mereka semua memiliki nenek moyang ibu yang sama, maka mereka akan berbagi DNA mitokondria yang diturunkan hampir tidak berubah dari ibu ke anak-anak.

Perbandingan antara DNA mitokondria dalam darah Philip dan kerangka manusia tersebut, hasilnya, adalah positif, sekaligus membuktikannya sebagai Romanov.

Untuk memperkuat identitas tsar ini, yang tidak berbagi DNA mitokondria tersebut, makam Grand Duke George (saudara lelaki Nicholas) digali. Perbandingan DNA mitokondria keduanya lantas membuktikan hubungan mereka.

Putra Mahkota Alexei dan satu putri Romanov tidak diperhitungkan dalam penyelidikan itu, menambah spekulasi kuat bahwa Anastasia memang selamat dari eksekusi.

Tetapi, mungkinkah Anastasia berhasil kabur dan muncul kembali sebagai Anna Anderson? Pada tahun 1994, para ilmuwan Amerika dan Inggris berusaha menjawab pertanyaan ini untuk selamanya.

Menggunakan sampel DNA Anderson yang pernah disimpan di rumah sakit Virginia, tim Inggris membandingkan DNA mitokondrianya dengan milik Romanov. Secara bersamaan, sebuah tim Amerika membandingkan DNA mitokondria yang ditemukan dari seutas rambut Andreson.

Kedua tim sampai pada kesimpulan yang sama: Anna Anderson bukan bagian dari Wangsa Romanov. Pada tahun 1995, sebuah komisi pemerintah Rusia mengaku bahwa putri Romanov yang hilang sebenarnya adalah Maria, bukan Anastasia.

3 dari 3 halaman

Kematian Sang Tsar

Nicholas II bertakhta dari 1 November 1894 hingga pengunduran dirinya akibat pemakzulan pada 15 Maret 1917. Dia berkuasa sejak Kekaisaran Rusia masih merupakan sebuah negara adidaya, hingga militer dan ekonominya hancur.

Pada saat itu, Kekaisaran Rusia mengalami kekalahan besar dalam perang Rusia-Jepang yang mengakibatkan kehancuran total Armada Baltik Rusia dalam Pertempuran Tsushima.

Terpuruknya Angkatan Darat Kekaisaran dan sikap Komando Tinggi yang tidak kompeten dalam memimpin jalannya perang, bersama dengan kebijakan-kebijakan kekaisaran, dianggap sebagai beberapa penyebab mundurnya Dinasti Romanov.

Nicholas II hengkang setelah Revolusi Februari tahun 1917, di mana dia dan keluarganya pertama kali ditahan di Istana Alexander di Tsarskoye Selo, lalu di Rumah Gubernur di Tobolsk, dan akhirnya di Rumah Ipatiev di Yekaterinburg.

Pada saat musim semi tahun 1918, Nicholas II diserahkan kepada Ural Soviet lokal oleh komisar Vasili Yakovlev. Nicholas II, istrinya, dan anak-anaknya (Alexei, Olga, Tatiana, Maria, dan Anastasia), dokter keluarga (Evgeny Botkin), dan staf rumah tangga (Alexei Trupp, Anna Demidova, dan Ivan Kharitonov), dieksekusi di dalam sebuah ruangan bawah tanah oleh para Bolshevik pada tanggal 17 Juli 1918.

Sementara itu, pada hari yang sama tahun 1947, Jenderal Dwight D. Eisenhower menunjuk Pentagon di Arlington, menunjuk Florence Blanchfield menjadi letnan kolonel di Angkatan Darat. Ini adalah penobatan wanita pertama AS berpangkat letnan.

Lalu pada tahun 1917, kapal milik kerajaan Inggris, HMS Vanguard, meledak saat berlabuh di Scapa Flow pada Senin 9 Juli 1917. 843 orang di dalamnya tewas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini