Sukses

Kurang dari Satu Bulan, Inggris Akan Umumkan Perdana Menteri Baru

Dalam tahap terakhir nanti, akan ada 160 ribu anggota Partai Konservatif yang akan memilih dua kandidat untuk menjadi perdana menteri Inggris.

Liputan6.com, London - Kurang dari jangka waktu satu bulan, Inggris akan mengumumkan perdana menterinya yang baru. Akan ada dua nama yang mengisi jabatan pemimpin partai Konservatif tersebut. Mereka adalah Boris Johnson dan Jeremy Hunt.

Dikutip dari laman metro.co.uk, Rabu (26/6/2019) sebelumnya, sekitar 300 lebih anggota dari Partai Konservatif tersingkir dalam pemungutan suara di jajaran anggota parlemen.

Sejauh ini, banyak yang menilai bahwa Boris Johnson akan memenangkan voting suara terbanyak untuk menjadi perdana menteri Inggris.

Dalam tahap terakhir nanti, akan ada 160 ribu anggota partai Konservatif yang akan memilih dua kandidat untuk menjadi perdana menteri baru.

Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengakui kekalahan pada Jumat, 24 Mei 2019 dan mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pemimpin Partai Konservatif.

"Ini (Brexit) akan dan selalu menjadi penyesalan mendalam bagi saya, bahwa saya belum dapat menciptakan Brexit," kata May yang berucap di podium di depan Downing St. No. 10 (kantor perdana menteri Inggris).

"Saya telah melakukan yang terbaik," imbuhnya, seperti dikutip dari NPR.

Mengakhiri pidatonya, May berurai air mata. Dia berusaha keras untuk menahan emosinya dan suaranya kemudian bergetar saat dia menyatakan, "Saya bersyukur bisa punya kesempatan untuk melayani negara yang saya cintai ini."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Upaya Theresa May

Theresa May adalah perdana menteri yang menghabiskan hampir tiga tahun untuk mempertahankan hasil referendum Brexit 2016, meskipun upaya tanpa hentinya (3 kali proposal) terus menerus ditolak parlemen dan akhirnya gagal.

Pada pemilihan parlemen musim panas 2016, para pemilih membuat dunia terkejut dengan memutuskan untuk mengeluarkan Inggris dari Uni Eropa. Perdana Menteri saat itu, David Cameron, kemudian hengkang.

Boris Johnson, mantan walikota London, muncul sebagai calon terdepan untuk menggantikan Cameron, tetapi manajer kampanye Johnson sendiri secara publik mentorpedo usahanya, menjadikan May sebagai satu-satunya kandidat yang layak dan pas.

Banyak politikus berpendapat bahwa mencalonkan diri sebagai perdana menteri adalah kesalahan besar pertama May.

Theresa May harus bersaing dengan para pemimpin Partai Nasional Skotlandia yang marah tentang Brexit, dan mengancam akan mengadakan referendum kemerdekaan kedua yang dapat memecah belah Inggris.

Di samping itu, mereka menilai Brexit mengancam masa depan perbatasan Irlandia, karena akan menciptakan dua ekonomi terpisah di pulau Irlandia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini