Sukses

Departemen Luar Negeri AS Rilis Laporan Kebebasan Beragama Internasional

Menlu Amerika Serikat merilis laporan tentang Kebebasan Beragama Internasional tahun 2018 di Washington DC.

Liputan6.com, Washington DC - Sejumlah pengamat internasional menyebut, Amerika Serikat adalah salah satu negara yang paling banyak mempunyai potret suram terkait kebebasan beragama.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, pada hari Jumat, 21 Juni 2019, merilis Laporan Departemen Luar Negeri tentang Kebebasan Beragama Internasional tahun 2018.

Diplomat tertinggi Amerika itu mengumumkan, untuk pertama kali dalam 13 tahun, Uzbekistan tidak lagi ditetapkan Amerika sebagai "Negara dengan Keprihatinan Khusus".

Pompeo menetapkan "Negara dengan Keprihatinan Khusus" jika ada pelanggaran berat terhadap kebebasan beragama berdasar Undang-Undang Kebebasan Beragama Internasional tahun 1998. Amerika Serikat akan menindak negara-negara dengan keprihatinan khusus itu.

Dikutip dari VOA Indonesia, Senin (24/6/2019), Duta Besar Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Internasional Sam Brownback mengatakan, ia sepenuhnya mendukung pemberian sanksi kepada perusahaan-perusahaan video pemantau China yang menggunakan kamera keamanan dan sistem pengenalan wajah terhadap orang-orang Uighur --minoritas Muslim di Xinjiang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Muslim dan Islam Miliki Sejarah Panjang di Amerika

Jumlah warga Muslim di Amerika Serikat hanya satu persen dari total populasinya. Tapi, tahukah Anda bahwa Muslim memiliki sejarah panjang di negeri Paman Sam, bahkan sejak benua Amerika ditemukan.

Hussein Rashid, pakar Kajian Timur Tengah dari Columbia University, menceritakan, Muslim tiba di benua Amerika bersama Christopher Columbus.

"Ada Muslim dalam kapal-kapal Columbus. Mereka berlayar menjelajah dunia baru. Sepertiga budak yang diperkerjakan pada kapal-kapal itu adalah Muslim. Gedung Putih sendiri dibangun oleh para budak, termasuk Muslim," paparnya.

Columbus menemukan benua Amerika pada 1492. Menurut sejarah, dalam kapal-kapal yang diberi nama Nina, Pinta dan Santa Maria, ada banyak budak kulit hitam yang beragama Islam. Kapal-kapal yang tadinya diarahkan ke Asia untuk mengumpulkan emas, permata dan rempah-rempah di sana itu akhirnya menjelajah dunia baru yang kini disebut Benua Amerika.

Sejak awal berdirinya, Amerika juga menjalin hubungan dengan negara-negara Muslim, termasuk Libya. Lagu Korps Marinir AS bahkan menyebut-nyebut Tripoli, ibukota Libya dalam liriknya.

Sebagai ungkapan terimakasih terhadap Amerika karena membantu Libya mengatasi perompakan di laut, Libya memberi hadiah simbolik berupa pedang yang belakangan menjadi ornamen penting seragam marinir.

Thomas Jefferson, presiden Amerika ketiga dari tahun 1801 hingga 1809, juga dikenal sebagai pemimpin negara yang ramah terhadap Muslim. Ia pernah mengadakan jamuan makan malam pada akhir bulan Ramadan untuk para diplomat asing di Gedung Putih.

Yang tak kalah mengejutkan patung Liberty di New York yang menjadi landmark Amerika dan terkenal sebagai simbol kebebasan juga ada kaitannya dengan Muslim. Konon perancangnya mendasarkan desainnya pada perempuan Muslim Mesir.

Di Amerika juga ada kota yang namanya akrab dengan dunia Muslim

“Di Amerika ada kota bernama Allah (baca: allah) di Arizona dan Mahomet, di Illinois. Mahomet itu diberikan meniru nama Nabi Muhammad. Mayoritas penduduk kota itu bukan Muslim. Mereka memberi nama itu sebagai penghormatan terhadap kebudayaan Muslim dan peradaban Muslim,” tambah Rashid.

Bicara mengenai peradaban dan kebudayaan Muslim, tempat peribadatan bagi Muslim juga sudah sejak lama eksis di Amerika. Setidaknya ada dua masjid yang tercatat sebagai masjid tertua di Amerika, yang pertama di Ross, North Dakota, yang didirikan pada 1929, dan yang kedua di Cedar Rapids, Ohio, yang didirikan pad 1934.

Masid-masjid atau pusat-pusat kegiatan Islam belakangan juga mengilhami banyak arsitektur gedung-gedung mewah dan terkenal di banyak kota besar di Amerika.

Merebaknya pengaruh Islam di Amerika tak lepas dari pengaruh orang-orang besar seperti pejuang hak-hak sipil Malcolm X dan petinju legendaris Muhammad Ali. Mereka memeluk Islam sewaktu nama mereka masih menjadi sorotan besar di Amerika dan bahkan dunia.

3 dari 3 halaman

Muslim di Kongres

Kebesaran nama Islam belakangan juga digaungkan dari dunia politik, ada Rashida Tlaib dan Ilhan Omar, dua politikus vokal yang belakangan ini sering mengguncang iklim politik AS.

Kedua perempuan anggota DPR itu berani mengungkapkan pendapat mereka mengenai masalah Muslim meski menghadapi banyak ancaman pembunuhan.

Dari dunia hiburan, ada Ice Cube, DJ Khaled, French Montana, sementara dari dunia olahraga ada Saquille O’Neal, Ibtihaj Muhammad, dan Dalilah Muhammad.

Selain itu, di dunia layar kaca ada "Saturday Night Live" yang merupakan salah satu acara televisi populer yang ditayangkan jaringan televisi NBC, pernah menghadirkan tuan rumah dan bintang musik tamu yang sama-sama Muslim pada satu edisi mereka. Pelawak Dave Chappele -- yang dikenal sebagai Muslim berpengaruh di media sosial - membawakan acara itu pada edisi November 2016 yang menghadirkan bintang musik tamu A Tribe Called Quest, sebuah kelompok musik hip hop yang personil utamanya adalah seorang Muslim. A Tribe Called Quest sendiri saat ini sudah bubar.

Terakhir, namun tak kalah penting, film seri kartun yang populer di jaringan televisi Fox, "The Simpsons", juga berusaha merangkul Muslim. Bart - salah satu tokoh utamanya - memiliki teman yang Muslim. Hussein Rashid mengatakan:

"Kalau Bart bisa punya teman Muslim. Kita semua bisa. Belajarlah dari Bart Simpson," ujar Rashid.

Di industri makanan AS, Muslim juga membuat terobosan besar. Pemilik merek yogurt terkenal Chobani, Hamdi Ulukuya, dan pemilik usaha rangkai buah Edible Arrangement, Tariq Farid, ternyata adalah Muslim.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.