Sukses

Donald Trump Klaim Saudara Tiri Kim Jong-un Bukan Cepu CIA

Donald Trump menepis kabar yang menyebut bahwa kakak tiri Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un merupakan informan CIA.

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menepis kabar yang menyebut bahwa kakak tiri Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un merupakan informan untuk Badan Intelijen AS (CIA).

Ditanya tentang laporan baru bahwa saudara tiri sang pemimpin Korea Utara, Kim Jong-nam --yang tewas terbunuh dengan racun syaraf VX di Bandara Internasional Kuala Lumpur pada 2017-- telah menjadi informan CIA, presiden AS mengatakan bahwa ia tak akan membiarkan hal itu terjadi.

"Aku melihat informasi itu ... dan saya akan mengatakan kepada Anda bahwa itu tidak akan terjadi di bawah pengawasan saya, itu pasti," kata Trump kepada reporter di DC, Selasa 11 Juni, seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (12/6/2019).

CIA menolak berkomentar atas kabar Kim Jong-nam tersebut.

Namun, komentar dari Donald Trump menunjukkan kesekian kalinya ia kembali berseberangan dengan badan intelijen AS.

Pada Juli tahun lalu, ia menegaskan bahwa ia percaya penolakan Presiden Vladimir Putin terhadap penilaian intelijen AS yang menyebut bahwa Rusia telah ikut campur dalam pemilihan presiden AS 2016. Hingga akhirnya, laporan akhir penyelidikan Kementerian Kehakiman AS yang dirilis tahun ini menunjukkan sejumlah taraf keterlibatan pihak dan entitas Rusia dalam pemilu tiga tahun lalu.

Laporan Buku Biografi

Sebuah buku baru seputar Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un yang diterbitkan di AS pada Selasa 11 Juni mengklaim bahwa Kim Jong-nam, yang hidup di pengasingan sebagian besar hidupnya, telah direkrut oleh CIA.

"Kim Jong-nam memberikan informasi kepada mereka, biasanya bertemu dengan penangannya di Singapura atau Malaysia," tulis jurnalis Washington Post Anna Fifield dalam The Great Successor: The Destinely Perfect Destiny untuk Brilliant Kamerad Kim Jong-un.

Buku itu, mengutip "seseorang yang memiliki pengetahuan tentang intelijen", melaporkan rekaman kamera keamanan dari perjalanan terakhir Kim Jong-nam ke Malaysia menunjukkan kepadanya di sebuah lift hotel dengan seorang pria berwajah Asia yang dilaporkan sebagai agen intelijen AS. Dikatakan ransel yang ia bawa berisi US$ 120.000 dalam bentuk tunai, yang bisa jadi pembayaran untuk kegiatan terkait intelijen, atau penghasilan dari bisnis kasino.

Menurut Wall Street Journal, Kim Jong-nam melakukan perjalanan ke Malaysia pada Februari 2017 untuk bertemu dengan kontak CIA-nya, meskipun itu mungkin bukan satu-satunya tujuan perjalanannya. Dia sedang dalam perjalanan kembali ke rumahnya yang bertempat di Makau ketika dia terbunuh.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dicurigai Sebagai Informan CIA

Kim Jong-nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un yang terbunuh di Malaysia pada 2017, dicurigai sebagai informan bagi Badan Intelijen Amerika Serikat atau CIA, Wall Street Journal melaporkan pada Senin 10 Juni 2019.

Surat kabar itu mengutip "narasumber anonim yang memahami masalah itu" menjelaskan banyak detail hubungan Kim Jong-nam dengan CIA. Namun, banyak di antara informasi itu masih bersifat samar, demikian seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (11/6/2019).

Sumber itu mengatakan bahwa Kim Jong-nam kerap berkontak dengan dinas keamanan negara lain, khususnya China.

Wall Street Journal melanjutkan, Kim Jong-nam telah melakukan perjalanan ke Malaysia pada Februari 2017 untuk bertemu dengan kontak CIA-nya, meskipun itu mungkin bukan satu-satunya tujuan dari perjalanan tersebut.

Tidak jelas apakah pertemuan antara Kim Jong-nam dengan kontak CIA-nya berhasil terlaksana. Namun satu hal yang pasti, kakak tiri Kim Jong-un itu tewas setelah dua perempuan meracuninya dengan racun saraf VX di Bandara Internasional Kuala Lumpur pada Februari 2017.

Kedua wanita itu, yang sempat ditangkap dan disidangkan atas tuduhan pembunuhan, telah dibebaskan oleh peradilan Malaysia pada tahun ini. Keduanya diyakini dijebak oleh dalang sebenarnya untuk melakukan pembunuhan tersebut.

Siti Aisyah asal Indonesia telah menerima putusan discharge not amounting to an acquittal (dibebaskan dari persidangan dan dilepaskan dari penahanan) pada Maret 2019.

Sementara Doan Thi Huong asal Vietnam divonis dengan dakwaan baru yang lebih ringan. Hakim memberikan vonis 3 tahun 4 bulan penjara terhitung tanggal penangkapan Doan Thi Huong, yaitu 15 Februari 2017.

Hukuman penjara Doan Thi Huong habis pada setidaknya tahun 2020. Namun, karena dikurangi hak remisi sepertiga dari total hukuman, ia bebas pada awal Mei 2019 dan kembali ke Vietnam, kata pengacara Doan, Hisyam Teh Poh Teik.

3 dari 3 halaman

Belum Terkonfirmasi

Dugaan bahwa Kim Jong-nam adalah informan CIA belum bisa terkonfirmasi secara independen, Reuters melaporkan.

Sementara CIA menolak untuk berkomentar, NDTV India melaporkan.

Tetapi, Anna Fifield, kepala biro Washington Post di Beijing, dalam bukunya The Great Successor menulis, "King Jong-nam menjadi informan CIA. Saudaranya (Kim Jong-un) akan menganggap bahwa berbicara dengan mata-mata Amerika sebagai tindakan berbahaya. Tetapi King Jong-nam memberikan informasi kepada mereka, biasanya bertemu dengan penangannya di Singapura atau Malaysia."

Namun, The Wall Street Journal tetap skeptis, dan menulis dalam laporannya bahwa, "Beberapa mantan pejabat AS mengatakan saudara tiri, yang telah tinggal di luar Korea Utara selama bertahun-tahun dan tidak memiliki basis kekuatan yang dikenal di Pyongyang, tidak mungkin dapat memberikan rincian tentang pekerjaan dalam negeri negara yang penuh rahasia itu."

Baca selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.