Sukses

Gambaran Kehidupan Muslim AS Keturunan Arab Ala Pelawak Ramy Youssef

Ramy Youssef membuat satire kehidupan sehari-hari kaum milenial generasi pertama Muslim Amerika keturunan Arab.

Liputan6.com, Washington DC - Dalam komedi semiotobiografinya yang bertajuk Ramy, Ramy Youssef membuat satire kehidupan sehari-hari kaum milenial generasi pertama Muslim Amerika keturunan Arab. Ia menggambarkan pertunjukannya yang lucu, penuh sindiran dan apa adanya, guna menyingkirkan stereotipe mengenai Muslim di Amerika.

"Saya tidak tahu apa yang saya lakukan. Saya lihat orang tua saya dan betapa kuatnya mereka, dan betapa mereka tahu semuanya akan baik-baik saja karena mereka punya Tuhan. Dan ya, saya berhubungan seks meskipun saya tidak menikah. Lantas kenapa? Apakah ini berarti saya bukan Muslim yang baik?" tanya Ramy dalam laporan yang dikutip dari VOA Indonesia, Senin (10/6/2019).

Komedian Ramy Youssef mengatakan tujuannya membuat pertunjukan komedi Ramy adalah untuk membuat sosoknya sebagai imigran Muslim keturunan Arab relevan dengan para pemirsa Amerika, apapun latar belakang budaya, usia ataupun agamanya.

"Saya ingin berfokus pada sebuah keluarga Muslim keturunan Arab dan memperlihatkan masalah-masalah nyata yang mereka hadapi, serta memperlihatkan sisi kemanusiaan mereka dan benar-benar menyoroti seperti apa kehidupan mereka lebih jauh dalam kisah spiritual moder," papar Ramy.

Dalam pertunjukan itu diangkat cerita mengenai bagaimana menjalankan ajaran Islam di tengah Amerika yang sekuler, perbedaan multigenerasi di kalangan keluarga imigran, isu-isu gender, karier dan pernikahan. Dalam cuplikan berikut ini Ramy sedang diwawancarai oleh seorang calon istri.

Menjelaskan tentang kutipan ini, komedian Ramy Youssef mengemukakan,

"Begitu banyak orang yang mengatakan, 'Wah, ini seperti saya' atau 'ini begitu mirip dengan apa yang saya alami'," ujar Ramy.

"This Ramadan, I really want to do it the right way. It's being a weird year. I am just trying to be good," imbuh Ramy.

"Berusaha menghubungkan pemahaman agama kita mengenai saling membantu, menjadi penolong tetangga kita, dan berusaha menjalani kehidupan spiritual. Ini menjadi agak sulit di tengah kehidupan yang digerakkan oleh media sosial dan materi serta kesibukan tiada henti, dalam bidang pekerjaan, tugas dan hal-hal lain seperti itu," ujar Saif Rahman.

Masjid Dar Al-Hijrah memiliki bagian terpisah bagi jemaah lelaki dan perempuan untuk meminimalkan sosialisasi dan distraksi sewaktu sholat. Tetapi Rami membuatnya sebagai bahan lelucon mengenai seksisme yang mendasarinya di mana kaum lelaki, kebanyakan, memiliki hak bersuara yang lebih besar dan ruang yang lebih lapang.

Ramy: "I mean, dude, the women's section sounds terrible! Have you ever been there?"

Friend: "No! It's the women's section! Nobody goes up there, except women."

Bagi perempuan Muslim Amerika keturunan Arab seperti Fatima, Islam adalah bagian dari identitas mereka.

"Kadang-kadang sulit. Saya harus berpakaian sederhana dan orang mungkin melihat saya dan memberitahu saya bahwa di luar cuaca panas. Tetapi saya tidak memasukkan dalam hati karena saya terbiasa dengan itu," ujar Fatima.

Sebagaimana sosok Ramy di layar, Hossein Goal melihat ada perbedaan pandangan antargenerasi di kalangan Muslim keturunan Arab.

"Menurut saya perubahan pada setiap generasi terjadi di seluruh dunia, khususnya dengan teknologi yang ada sekarang ini. Dan saya pikir agama adalah sesuatu yang harus dipilih seseorang, bukan sesuatu yang diwarisi,” ujar Hossein Goal.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pilihan Pribadi

Bagi Ramy sang komedian maupun sosok dalam pertunjukannya, mempraktikkan ajaran Islam merupakan pilihan pribadi dan merupakan bagian integral dari identitasnya sebagai warga Amerika. Saif Rahman dari Dar Al Hijrah Islamic Center menyuarakan perasaan serupa.

"Saya sebenarnya mulai bosan meminta maaf karena menjadi seorang Muslim, karena memang tidak ada alasannya. Saya orang Amerika, saya Muslim dan itulah yang saya pikir, saya dan warga Muslim Amerika lainnya mulai bosan berusaha menjelaskannya," ujar Saif Rahman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.