Sukses

Puluhan Ribu Siswa di Brasil Demo Tolak Pemotongan Anggaran Pendidikan

Tolak rencana pemotongan anggaran pendidikan, puluhan ribu siswa di Brasil menggelar unjuk rasa besar-besaran.

Liputan6.com, Brasilia - Puluhan ribu siswa, akademisi, dan guru turun ke jalanan di berbagai wilayah Brasil, untuk menggelar protes massal terbaru terhadap kebijakan presiden sayap kanan Jair Bolsonaro pada bidang pendidikan.

Tidak hanya di kota-kota utama, aksi protes juga berlangsung hingga ke wilayah pemukiman di Amazon selatan. Mereka semua mengecam langkah kontroversial Bolsonaro dalam memangkas dana untuk pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Di ibu kota Brasília, para pengunjuk rasa dari kalangan mahasiswa dilaporkan membakar patung presiden Brasil sambil menyanyikan refrain yang semakin umum dari lawan-lawannya: "Hei, Bolsonaro pergi dan bercinta", demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Jumat (31/5/2019).

Di kota Salvador di timur laut, tempat 70.000 orang dilaporkan berdemo, seorang pembangkang membawa karikatur jahat Bolsonaro yang dicap dengan frasa: "Bukan hari ini Setan".

Sementara itu, ribuan siswa berbaris melalui pusat kota Rio de Janeiro dengan plakat bertuliskan: "Pendidikan bukan beban, itu investasi".

"Ini bukan hanya serangan terhadap universitas. Ini akan memengaruhi semua tingkat pendidikan," kata Rodrigo Iacovini, perencana kota yang bergabung dalam pawai di ibu kota ekonomi Brasil, São Paulo.

"Kami tahu itu akan menjadi buruk, tetapi tidak seburuk ini," kata Iacovini tentang pemerintahan Bolsonaro yang berusia enam bulan.

"Sayangnya, mereka menunjukkan diri bukan hanya pemerintah konservatif, tetapi juga pemerintah yang sama sekali tidak kompeten dalam mengurusi kenyataan Brasil," lanjutnya mengkritik.

Tanisia Maria Almeida, seorang mahasiswa pasca-sarjana yang berdemonstrasi di negara bagian timur laut Sergipe, mengatakan dia kahawatir bahwa pemotongan pengeluaran akan kian mempersulit akses siswa tidak mampu untuk mendapatkan pendidikan.

Berkat program pendidikan yang dibuat oleh pemerintahan sayap kiri Luiz Inácio Lula da Silva dan Dilma Rousseff, bertajuk Universitas Untuk Semua dan Ilmu Pengetahuan Tanpa Batas, Almeida mengatakan dia mendapatkan gelar dalam bidang bio-kedokteran dan studi di Amerika Serikat.

"Saya sangat sedih jika pemangkasan ini terjadi pada orang-orang yang bukan dari keluarga kaya, mereka tidak akan memiliki peluang yang sama dengan yang saya miliki," ujarnya prihatin.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mulai Diserang Oposisi

Bolsonaro meraih kemenangan dalam pemilihan umum Oktober lalu, memanfaatkan kemarahan luas terhadap politikus sayap kiri yang memimpin resesi terburuk di Brasil, dan skandal korupsi terbesar yang pernah ada.

Tetapi memasuki enam bulan jabatan populisnya, serangan oposisi semakin meningkat. Jajak pendapat menunjukkan bahwa sekitar 36 persen pemilih sekarang menganggap pemerintahan Bolsonaro buruk atau mengerikan, dibandingkan dengan 17 persen pada Februari.

Pemerintahan Bolsonaro secara dramatis mengurangi pendanaan untuk universitas federal, yang disahkan bulan lalu oleh menteri pendidikan, Abraham Weintraub. Hal itu menyulut protes besar-besaran terhadap presiden Brasil, yang disebut pertama kalinya terjadi pada pada pemimpin negara yang baru dilantik.

Pada 15 Mei, puluhan ribu demonstran melakukan protes di seluruh negeri terhadap pemotongan dana pendidikan, namun justru diremehkan oleh Bolsonaro sebagai "idiot tidak berguna".

 

3 dari 3 halaman

Tetap Bertindak Meremehkan

Beberapa waktu kemudian, Bolsonaro mengakui bahwa ia telah bertindak terlalu jauh, tetapi sekali lagi meremehkan siswa yang memprotes sebagai "anak-anak naif" yang dimanipulasi oleh para guru, dan "bahkan tidak tahu apa yang mereka lakukan"

Para kritikus Bolsonaro mengecam keras komentar tersebut, yang kemudian menciptakan serangan lebih luas terhadap presiden Brasil, dengan membantu menyatukan lawan-lawannya.

"Demonstrasi hari ini adalah bagian dari proses mobilisasi sosial yang berkembang melawan pemerintahan Bolsonaro," kata Juliano Medeiros, presiden partai Sosialisme dan Kebebasan (PSOL) yang berhaluan sayap kiri.

"Pesan utama kami adalah bahwa Bolsonaro tidak dapat memerintah dengan membelakangi rakyat Brasil," lanjutnya menegaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.