Sukses

Berniat Bantu Migran, Aktivis AS Justru Terancam Bui 20 Tahun

Seorang aktivis asal AS terancam 20 tahun penjara, berawal dari niatan ingin membantu para migran.

Liputan6.com, Washington DC - Seorang aktivis dari Arizona, Amerika Serikat dituduh menyembunyikan dua migran tidak berdokumen. Ia kemudian menghadapi persidangan pada Rabu, 29 Mei 2019 waktu setempat terkait kasus tersebut.

Agen Patroli Perbatasan Amerika Serikat menangkap Scott Warren dalam operasi pada Januari 2018 di dekat Ajo, Arizona setelah mereka menemukan dua migran bersembunyi di kamar mandi sebuah bangunan sederhana yang rusak, di mana digunakan beraktivitas oleh kelompok-kelompok peduli kemanusiaan.

Mengutip situs Al Jazeera pada Kamis (30/5/2019), pria berusia 36 tahun itu menghadapi dua tuduhan kejahatan. Di antaranya adalah menyimpan para migran tidak berdokumen dan satu tuduhan lagi yakni kegiatan jahat konspirasi untuk mengangkut kedua lelaki itu sebagai keluarga.

Pria yang juga merupakan pengajar mata kuliah geografi di sebuah universitas itu terancam 20 tahun penjara, jika dinyatakan bersalah atas semua tuduhan.

Warren didakwa setelah mantan Jaksa Agung AS Jeff Sessions menginstruksikan para jaksa penuntut memprioritaskan kasus-kasus yang melibatkan "penyimpanan" migran. Tindakan keras itu adalah bagian dari kebijakan "toleransi nol" Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam konteks perbatasan.

Warren adalah sukarelawan untuk No More Deaths, sebuah kelompok berbasis agama yang menyediakan air, makanan, dan bantuan medis bagi para migran di Arizona selatan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kehidupan Migran Terancam

Lebih dari 3.000 migran tidak berdokumen telah meninggal sejak tahun 2001 karena mencoba melintasi daerah di mana suhu udara dapat melebihi 115 Fahrenheit (46 Celcius), menurut data Kantor Pemeriksa Medis Distrik Pima.

Sebuah video yang diterbitkan No More Deaths, memperlihatkan agen-agen Patroli Perbatasan AS turut menghancurkan persediaan air yang ditinggalkan kelompok itu untuk para migran.

Pengacara Warren berpendapat penangkapan itu sebagai pembalasan untuk video tersebut. Pihak Warren mengatakan ia secara sah menjalankan kepercayaan agamanya dan hak untuk membantu para migran setelah mereka menghabiskan dua hari melintasi padang pasir.

Saat ini, orangtua Warren telah mengumpulkan lebih dari 128.000 tanda tangan yang meminta Kantor Pengacara AS di Tucson untuk membatalkan semua tuduhan.

3 dari 3 halaman

Pemerintah Melampaui Batas?

"Ini adalah langkah yang melampaui batas otoritas federal," kata Juanita Molina, direktur eksekutif kelompok hak asasi manusia Border Action Network yang berbasis di Tucson.

"Bantuan kemanusiaan sangat penting untuk kelangsungan hidup para migran yang melintasi padang pasir," tambahnya.

Patroli Perbatasan AS merujuk pertanyaan ke Kantor Pengacara AS. Itu tidak menanggapi permintaan komentar.

Para jaksa penuntut diperkirakan berpendapat bahwa Warren melampaui bantuan kemanusiaan.

Seleksi juri untuk persidangan di Pengadilan Distrik AS, Tucson, dimulai pada Rabu pagi, dan pernyataan pembukaan diharapkan di kemudian hari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini