Sukses

PM Theresa May Kembali Dipaksa Mundur Usai Seorang Menterinya Keluar

Perdana Menteri Inggris, Theresa May, kembali dipaksa untuk mengundurkan diri usai seorang menterinya mundur.

Liputan6.com, London - Theresa May kembali menghadapi tekanan dari anggota parlemennya untuk mengundurkan diri, setelah salah satu menteri seniornya keluar dari kabinet.

Pemimpin DPR, Andrea Leadsom, mundur dari jabatannya pada Rabu malam waktu setempat, 22 Mei 2019, karena rumitnya kebijakan Brexit yang sedang direncanakan oleh perdana menteri Inggris tersebut.

Berbicara kepada wartawan, Leadsom mengatakan rencana Brexit yang baru disusupi oleh elemen yang tidak dapat dia dukung, yang menurutnya sudah keluar dari koridor aturan Brexit itu sendiri.

Padahal sebelumnya, Leadsom diberikan mengumumkan kapan Withdrawal Agreement Bill -- rancangan undang-undang yang diperlukan untuk mengimplementasikan perjanjian antara Inggris dan Uni Eropa -- segera diperkenalkan ke parlemen.

Beberapa menteri kabinet menegaska, Theresa May seharusnya tidak bisa lagi mempertahankan posisinya saat ini.

Namun di satu sisi, usai hengkangnya Leadsom, May mengakui bahwa dia menyesalkan keputusan Leadsom, yang dianggapnya masih punya tanggung jawab besar di parlemen.

Hingga kini, belum ada pengumuman tentang siapa yang akan menggantikan Leadsom usai dia cabut, demikian pula Theresa May yang tak membeberkan apa pun mengenai pengisi jabatan tersebut, demikian seperti dikutip dari BBC, Kamis (23/5/2019).

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Siap Mundur Jika Kesepakatan Brexit Gagal Tercapai

Theresa May sebelumnya pernah menyampaikan kepada anggota parlemen Partai Konservatif, dia siap untuk mengundurkan diri sebelum putaran negosiasi Brexit berikutnya.

Keputusan itu merupakan salah satu upaya meyakinkan pihak kontra garis keras untuk mendukung rencananya --yang tidak populer-- untuk keluar dari Uni Eropa.

Pengambilan keputusan tersebut dibuat oleh PM May secara tertutup, pada pertemuan backbench (penasehat) anggota Partai Konservatif di Istana Westminster. Tidak ada wartawan di ruangan itu.

"Saya telah mendengar jelas suasana di ruang parlemen. Saya tahu ada keinginan untuk pendekatan baru, dan kepemimpinan baru, dalam fase kedua negosiasi Brexit, dan saya tidak akan menghalangi itu," katanya kepada anggota parlemen Tory, menurut kutipan yang dikeluarkan oleh 10 Downing Street (kantor perdana menteri).

"Saya siap untuk meninggalkan pekerjaan ini lebih awal dari yang saya maksudkan, untuk melakukan apa yang benar bagi negara kita dan partai kita," lanjutnya.

Dalam pertemuan khusus ini, House of Commons --nama parlemen Inggris-- tidak dapat menghasilkan suara mayoritas untuk mendukung salah satu dari delapan proposal Brexit berbeda yang diajukan oleh para anggotanya.

Namun hingga maret kemarin, ketika Parlemen Inggris berpikir akan mengendalikan Brexit, May dan kesepakatannya masih mendominasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.