Sukses

Pemilu Australia, Politisi Anti Imigran Muslim Ini Tak Dapat Kursi Parlemen

Politisi sayap kanan Australia, yang menyalahkan imigran Muslim pada serangan masjid di Christchurch, kehilangan kursi di parlemen.

Liputan6.com, Melbourne - Fraser Anning telah kehilangan kursinya dalam pemilihan umum (pemilu) federal Australia yang digelar pada Sabtu, 18 Mei 2019.

Politisi anti imigran Muslim itu, yang kepalanya diceplok telor oleh seorang remaja laki-laki pada awal tahun ini, gagal meraup suara yang dibutuhkan untuk memenangkan satu kursi di majelis tinggi maupun majelis rendah.

Demikian pula dengan partainya, Conservative National Party, yang tak mengantongi suara cukup untuk melenggang ke parlemen, menurut 9News yang dikutip pada Minggu (19/5/2019).

Hasil tersebut memantik kegembiraan di kalangan politisi dan pengamat politik dalam negeri di Australia.

"Fraser Anning kembali ke tempat asalnya ... dia tidak akan berada di Parlemen," kata komentator ABC News, Antony Green.

Sedangkan Anggota Parlemen Liberal, Trent Zimmerman, menyebut hasil itu sebagai salah satu hasil besar dari pemilu tahun ini.

Meskipun hanya mendapatkan 19 suara dalam putaran pertama pemilu federal 2016, Anning kemudian dipilih oleh partai One Nation untuk menggantikan mantan senator Malcolm Roberts, yang dinyatakan tidak sah oleh Pengadilan Tinggi Australia pada tahun lalu karena memiliki kewarganegaraan ganda.

Politikus kontroversial tersebut lalu pindah ke Katter’s Australian Party (KAP), sebelum akhirnya didepak karena pandangannya tentang imigrasi dianggap terlalu ekstrem.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Nasib Apes Mantan Perdana Menteri

Fraser Anning bukan satu-satunya tokoh terkenal yang mengalami kekalahan setelah pemungutan suara pada Sabtu kemarin.

Mantan perdana menteri Australia Tony Abbott kehilangan kursinya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) karena ditumbangkan oleh kandidat independen Zali Steggall.

"Ini mengecewakan bagi kami di sini di Warringah, tetapi yang penting adalah yang terbaik bagi negara," ujar Abbott kepada para pendukungnya dalam pidato konsesi.

"Dan apa yang terbaik untuk negara ini bukanlah tentang siapa yang menang atau kalah di Warringah, tetapi siapa yang membentuk, atau tidak membentuk sebuah pemerintahan di Canberra," lanjutnya.

Koalisi yang berkuasa di Australia memenangkan suara yang mengejutkan pada Sabtu kemarin, menentang jajak pendapat yang membuat partai oposisi kiri-tengah menggulingkannya dari kekuasaan.

Prakiraan survey tersebut memprediksi bahwa 74 dari 151 kursi di DPR akan direbut oleh koalisi yang dipimpin Liberal, guna nantinya membentuk sebuah pemerintahan.

Sementara itu, Perdana Menteri Scott Morrison menggambarkan hasil pemilu tahun ini sebagai sebuah "keajaiban".

Dia menambahkan: "Malam ini bukan tentang saya atau bahkan tentang partai Liberal. Malam ini adalah tentang setiap warga negara Australia yang bergantung pada pemerintah mereka untuk mengutamakan mereka. ”

Ada 40 dari 76 kursi Senat yang juga diperebutkan pada pemilu kemarin, yang hasilnya akan menentukan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah berikutnya.

3 dari 3 halaman

Kilas Balik Serangan Telur

Pada bulan Maret 2019, dalam sebuah sesi wawancara langsung bersama beberapa awak media lokal di Melbourne, Fraser Anning tiba-tiba mendapat serangan unik dari seorang remaja pria berusia 17 tahun, yang kemudian diketahui bernama Will Connelly.

Connelly nekat menceplokkan sebutir telur mentah ke kepala Anning sebagai bentuk protesnya terhadap komentar menyebalkan yang dilontarkan oleh sang politikus, terkait penembakan massal di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru.

Anning menyalahkan imigran Muslim atas tragedi yang mendera Negeri Kiwi tersebut. Ucapan Anning memantik kecaman dari banyak tokoh-tokoh ternama di dunia.

Connelly kemudian dijuluki "Egg Boy" dan dianggap sebagai pahlawan karena aksi beraninya itu, meski ia sempat mendapat pukulan keras di kepala bagian kanan dari Anning.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini