Sukses

Mengenal Rocky, Orang Utan yang Mampu Meniru Ucapan Manusia

Orang utan bernama Rocky menjadi primata pertama di dunia yang mampu meniru ucapan manusia.

Liputan6.com, Jakarta - Orang utan bernama Rocky dinilai menjadi primata pertama di dunia yang mampu menirukan ucapan manusia. Temuan ini memberikan gagasan baru mengenai asal-usul cara manusia berbicara.

Kera besar adalah cabang dari primata, termasuk di antaranya adalah simpanse, bonobo (simpanse kerdil), gorila dan orang utan. Satwa-satwa ini dianggap penting bagi para ilmuwan karena mereka lebih dekat dengan manusia daripada hewan lain.

Ketika mereka melakukan hal-hal yang dapat dilakukan oleh manusia, para peneliti bisa mendapatkan wawasan tentang cara manusia berevolusi.

"Kera besar sangat pandai dalam permainan 'lakukan apa yang saya lakukan,'" kata antropolog Dr Adriano Lameira dari Durham University, salah satu tim peneliti yang membantu melatih Rocky.

Ketika ia dan rekan-rekan ilmuwan mengubah nada bicara atau kecepatan perkataan, Rocky bakal mengubah nada suaranya. Mereka menjuluki suara orang utan berusia 11 tahun itu, Rocky 'wookies', merujuk pada Chewbacca --karakter fiksi dalam film serial "Star Wars".

Chewbacca adalah wookiee, spesies berkaki dua, berbadan tinggi, berbulu dan cerdas dari planet Kashyyyk.

Penemuan ini, yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports, berniat untuk menguak lebih dalam tentang asal mula praktik berbincang yang diterapkan pada manusia pada zaman dahulu kala.

Menurut Dr Lameira, bahasa adalah salah satu misteri terbesar dalam evolusi manusia. Para ilmuwan belum mengetahui mengapa manusia dan primata lainnya memiliki banyak kesamaan, tetapi tidak berbagi kemampuan untuk berbicara.

Namun, orang utan seperti Rocky diharapkan mampu mendongkrak asumsi tersebut, bahwa antara manusia dan primata sebenarnya punya banyak kesamaan tersembunyi yang tidak pernah diketahui sebelumnya.

Sampai baru-baru ini, para periset percaya, primata tidak bisa meniru manusia. Upaya untuk mengajar simpanse dan bonobo agar mampu berbicara, telah menemui kegagalan.

Oleh karena itu, mereka berasumsi bahwa suara yang dikeluarkan oleh primata hanya sebatas refleks, mirip dengan tawa atau tangisan pada manusia, yang dianggap sebagai tanggapan terhadap ancaman.

Namun kemampuan Rocky yang luar biasa tersebut menunjukkan bahwa orang utan dapat mengendalikan suara dan nada suara mereka.

Pandangan kasarnya adalah mungkin kita adalah satu-satunya kera yang mengembangkan bahasa lisan, karena kita memiliki kontrol motorik yang diperlukan. Sekarang, kita harus mulai memikirkan faktor-faktor baru untuk menjelaskan apa yang menjadi pendorong sistem vokal di garis keturunan kita, sehingga mengarah ke bahasa lisan.

Dr Lameira menjelaskan lagi, orang utan yang ditempatkan di penangkaran mengeluarkan banyak suara yang berbeda, meskipun tidak ada yang tahu dari mana dan bagaimana satwa-satwa dilindungi ini mengadaptasi.

"Ada yang tahu cara bersiul, berceloteh. Mereka melakukan hal-hal yang sangat berbeda," papar Lameira.

  

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Alat Komunikasi

Bagian penting lain dari teka-teki ini adalah 'pembelajaran vokal', yang merupakan kemampuan untuk mempelajari suara baru.

Satu gagasan yang dikembangkan oleh ahli bahasa Profesor Shigeru Miyagawa di Massachusetts Institute of Technology di Amerika Serikat adalah bahwa pembicaraan manusia muncul dari dua cabang komunikasi individu yang berbeda.

Ahli primata Dr Esther Clarke dari Durham University, mengamini hipotesis Miyagawa dengan menyelidiki irama yang kerap dilantunkan oleh owa, spesies kera lain.

"Saya berpendapat bahwa mereka memiliki unsur kicau burung," katanya. Sama seperti unggas ini, not-not yang dihasilkan oleh primata tersebut --secara individual-- tidak memiliki arti, tetapi tiap nada yang disuarakan secara berurutan oleh owa adalah kode penting.

Sementara itu, psikolog Dr Katie Slocombe dari University of York telah menunjukkan bahwa simpanse juga memiliki fleksibilitas dalam suara mereka, membuat bunyi-bunyi yang berbeda untuk merujuk pada makanan tertentu.

Menurut Slocombe dan timnya, sekelompok simpanse yang pindah dari Belanda ke Edinburgh untuk bergabung dengan kelompok lain, akhirnya mengubah suara mereka untuk menggambarkan buah apel (dari suara bernada tinggi menjadi suara dengung bernada rendah). 

"Mereka percaya panggilan mereka mulai cocok satu sama lain, ketika kawanan simpanse ini mulai saling kenal," pungkas Slocombe.

3 dari 3 halaman

Apakah Rocky Bisa Berbicara Selayaknya Manusia?

"Kapasitas dasar ada, tetapi mungkin laten," ujar antropolog Dr Adriano Lameira dari Durham University. Masalahnya adalah, bahkan jika kera dan monyet memiliki mesin vokal yang diperlukan untuk membuat suara yang tepat, para ilmuwan tidak mengerti apa yang membuat mereka ingin menyuarakannya.

Sementara manusia menghubungkan suara dengan pemikiran, primata sepertinya tidak melakukan ini. Mereka sering menggunakan tangan dan anggota tubuh lain untuk berkomunikasi.

Lameira menjelaskan, orang utan di penagkaran perlu belajar lebih lama di alam liar demi memahami lebih dalam lingkungan mereka, yang memotivasi mereka untuk melakukan panggilan.

Setelah ini dimengerti oleh mereka, para ranger diharapkan bisa mengajarkan kera seperti Rocky untuk 'berbicara' dalam kondisi yang tepat.

"Tidak berbicara persis seperti kita, melainkan bisa diajari untuk membedakan suara vokal dan konsonan, dan bagaimana menggabungkannya menjadi suku kata," Lameira menjabarkan.

Tetapi kata-kata saja tidak sebanding dengan ucapan manusia. Bahasa memiliki tata bahasa dan sintaksis, yang beberapa orang percaya mungkin tertanam dalam otak manusia.

Jika primata lain terlahir dengan keterampilan khusus ini, maka belum ada satu pun orang yang melihat buktinya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.