Sukses

Didesak Wapres AS, NASA Akan Kirim Astronaut Wanita ke Bulan pada 2024

Setelah didesak wakil presiden AS, Mike Pompeo, NASA berencana kirim astronaut wanita pertama ke Bulan pada 2024.

Liputan6.com, Washington DC - Sepanjang sejarah berdirinya NASA, hanya ada 12 astronaut yang pernah menginjakkan kakinya di satelit alami Bumi: Bulan. Semuanya adalah laki-laki.

Pada awal minggu ini, badan antariksa milik pemerintah Amerika Serikat itu mengumumkan rencana mereka untuk kembali ke Bulan hanya dalam lima tahun ke depan.

Kali ini, mereka ingin berkemah di Bulan, dan untuk sampai di sana, para ilmuwan NASA mengambil pendekatan yang sama sekali berbeda untuk misi Apollo selanjutnya.

Sebagai permulaan untuk misi lunar 2024, NASA menyediakan satu kursi yang dikhususkan bagi seorang astronaut wanita. Dengan adanya keputusan ini, maka dia akan menjadi astronaut perempuan pertama yang berjalan di Bulan.

Program itu dinamai dengan "Artemis" yang diambil dari nama dewi asal Yunani dan saudara kembar Apollo, Artemis.

"Lima puluh tahun setelah Apollo, program Artemis akan membawa manusia berikutnya dan wanita pertama ke Bulan," kata Bridenstine selama konferensi pers yang dikutip dari Science Alert, Rabu (15/5/2019).

Simbolik atau tidak, momen tersebut diharapkan akan menjadi pertama kalinya seorang perempuan berjalan melintasi permukaan satelit kelabu Bumi.

Meskipun demikian, beberapa pihak tetap mengaggap skeptis terhadap misi itu. Ragu bahwa hal tersebut akan terjadi.

Meskipun ambisius, namun NASA menghadapi tantangan dalam hal waktu, terutama lantaran Kongres belum menandatangani anggaran terbaru yang diminta oleh Donald Trump --yang mencakup dana tambahan US $1,6 miliar-- untuk NASA pada tahun ini (dan kemungkinan miliaran dolar setiap tahun sesudahnya).

Selain pembiayaan dasar, misi "Artemis" juga akan membutuhkan roket paling kuat yang pernah dirancang, sistem peluncuran terbaru, pendekatan baru untuk sistem pendaratan Bulan, sebuah stasiun yang bisa melayang di antara Bumi dan Bulan (yang saat ini tidak ada), serta kostum astronaut baru yang khusus dipakai di Bulan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pemantik Perjalanan Astronaut ke Mars

Pimpinan NASA berpikir bahwa jangka waktu yang pendek bisa menguntungkan badan antariksa ini. Ia berpendapat, lantaran adanya penundaan misi, yang ditetapkan oleh Wakil Presiden Mike Pence pada bulan Maret, sebenarnya merupakan alternatif yang lebih berisiko.

"Pada dasarnya, semakin pendek programnya, semakin sedikit waktu yang dibutuhkan, maka kian minim risiko politik yang kita tanggung. Dengan kata lain, kita dapat mencapai kemauan pemerintah," bantahnya.

Jika semuanya berjalan sesuai rencana, dengan demikian AS akan mempunyai pos terdepan dalam perjalanan ke Mars, yang diam-diam mengorbit di dalam gravitasi antara Bumi dan Bulannya.

3 dari 4 halaman

Ingin Ada Astronaut Amerika Kembali ke Bulan, Ini Penegasan Wapres AS

Berbicara atas nama Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Wakil Presiden Mike Pence menegaskan NASA untuk kembali menempatkan astronaut Amerika di Bulan "dalam lima tahun ke depan."

Pernyataan tersebut disampaikannya pada pertemuan kelima National Space Council pada hari Selasa kemarin, di mana Pence menjadi ketuanya.

Pence menyatakan bahwa perkiraan saat ini, yang menyebut astronaut Amerika tidak akan berjalan di Bulan sampai 2028, adalah sebuah kabar yang "tidak cukup baik."

Dalam intonasi yang menggemakan sentimen Perang Dingin, ia menekankan bahwa AS sekali lagi sedang berada dalam perlombaan di bidang antariksa melawan Rusia dan China.

Di satu sisi, penegasan Mike Pence didasarkan pada Space Policy Directive 1 yang dikeluarkan oleh Donald Trump pada Desember 2017, yang menyerukan agar NASA segera mengirimkan astronautnya ke Bulan.

Namun, di tengah "belum disepakati oleh Kongres" dan kurangnya rencana konkret, serta pembengkakan anggaran dan keterlambatan dari Space Launch System, Pence mengumumkan bahwa NASA harus berupaya untuk mencapai Bulan dengan cara apa pun, bahkan jika itu artinya mereka harus menggunakan roket dan wahana yang dibangun oleh perusahaan swasta.

Pence mengutip beberapa alasan yang menerangkan perkataannya, yakni karena orang Amerika harus menjadi yang terbaik dan Tiongkok telah berhasil meluncurkan serangkaian misi Chang'e, termasuk pendaratnya ke sisi terjauh Bulan.

Dia juga menyebutkan temuan air yang terperangkap di kawah kutub berbayang di satelit alami Bumi tersebut.

"Biar saya jelaskan, wanita pertama dan orang berikutnya yang akan menginjakan kakinya di Bulan adalah astronaut Amerika, yang meluncur dengan roket Amerika dari tanah Amerika," kata Pence.

Namun menurut NASA, melakukan misi berjalan di Bulan bukanlah perkara yang mudah. Dibutuhkan biaya hingga miliaran dolar, mulai dari persiapan hingga pascapendaratan.

4 dari 4 halaman

Diancam Diganti Nama

Pada tahun 2005, pemerintah presiden kala itu, George Walker Bush, menyediakan dana sekitar $ 104 miliar atau hampir $ 135 miliar untuk hari ini. Sementara itu, misi Apollo diprediksi menelan biaya $ 120 miliar dalam kurs dolar sekarang.

Kongres menetapkan anggaran untuk NASA senilai $ 21,5 miliar pada tahun ini, lebih $ 19,9 miliar dari yang diminta badan ini.

Dana tersebut diusulkan oleh presiden untuk mencakupi pemotongan seperti program-program ilmiah, antara lain teleskop WFIRST dan Office of STEM Engagement.

Sedangkan untuk pengembangan misi pendaratan di Bulan, NASA mendapatkan tawaran lebih dari $ 300 juta.

Namun bila segalanya terbukti sulit, maka Trump berencana untuk "mengubah organisasi ini, bukan misinya."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini