Sukses

Kisah Imam Besar Ghana, Hadiri Misa Katolik Demi Perdamaian dan Cinta

Sheikh Osman Sharubutu yang berusia 100 tahun menghadiri misa di Gereja Katolik Kristus Raja di Kota Accra, Ghana. Ia berniat menyemai perdamaian.

Liputan6.com, Accra - Seorang pemuka agama Islam di Ghana baru-baru ini menjadi sorotan publik. Mufti besar yang memimpin komunitas muslim itu mengajarkan perdamaian dan kerukunan antaragama.

Sheikh Osman Sharubutu yang berusia 100 tahun menghadiri misa di Gereja Katolik Kristus Raja di Kota Accra, Ghana, sebagaimana dikutip dari BBC News pada Senin (13/5/2019). Langkah itu mendapatkan komentar yang beragam di kalangan warganet.

Sebagian dari mereka memuji langkah itu sebagai "memberikan cahaya dalam kegelapan". Sementara yang lain menganggapnya tidak pantas.

Menanggapi hal itu, Sheikh Osman menekankan bahwa dirinya sama sekali tidak berpartisipasi dalam ibadah Kristen di Gereja Katholik di Ghana.

"Imam mengubah narasi tentang Islam dari agama kejahatan, agama konflik, agama kebencian terhadap orang lain, menjadi agama yang misinya berakar pada kebajikan cinta, kedamaian, dan pengampunan." kata juru bicaranya, Aremeyao Shaibu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Akar Islam adalah Kedamaian dan Cinta

Sheikh Osman telah menjadi ulama muslim terkemuka di Ghana selama 26 tahun. Ia selalu menekankan bahwa prinsip utama Islam berakar dalam kedamaian dan cinta. Pesan itu diulang-ulang setiap pekan dalam khotbah salat Jumat di masjid ibu kota.

Ghana yang merupakan negara mayoritas Kristen dengan 18 persen penduduknya muslim memang tidak memiliki perang antaragama yang besar dalam sejarahnya. Namun hubungan berpotensi menjadi buruk, dan Sheikh Osman ingin mencegah segala macam gejolak.

Ayat favoritnya di dalam Alquran adalah sebuah pesan yang berisi anjuran menciptakan masyarakat yang damai.

"Allah tidak melarang Anda menunjukkan kebaikan, dan berdagang secara adil kepada mereka yang tidak melawanmu dalam agama dan tidak mengusirmu dari rumahmu. Allah mencintai pedagang yang adil."

Ayat itu paling mengilhami dakwah-dakwahnya di Accra.

Pesan lain yang biasa disampaikannya adalah menghindari budaya materialistis. Hal itu menurutnya hanya mengarahkan kepada keserakahan.

Sang Imam tinggal di pemukiman sangat sederhana di Fadama. Dengan dana pribadi ia terbiasa membiayai pendidikan anak-anak yang berbakat namun kurang mampu, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

 

3 dari 3 halaman

Menghentikan Konflik

Awal tahun ini, Sheikh Osman menegur sekelompok pemuda muslim yang menyerang gereja di Accra setelah seorang pastor memprediksi sang imam akan meninggal dunia dalam 12 bulan mendatang.

Alih-alih marah dan mendukung kekerasan, Sheikh Osman menunjukkan sikap yang bijaksana. Ia meminta para pemuda bersenjatakan parang itu untuk memaafkan sang pastor dan berhasil meredakan ketegangan.

Sang mufti besar juga sering kali menyelesaikan sengketa pemakaman. Pada 2016 lalu, seorang tewas dalam sebuah perseteruan yang bermula ketika para tetua adat setempat ingin Muslim membuktikan bukti bahwa mereka memiliki hak lahan pemakaman untuk mengubur jenazah.

Situasi hampir berubah menjadi perang habis-habisan setelah pemuda Muslim yang mengamuk menampar pemimpin tradisional komunitas Tafo.

Sheikh Osman segera pergi istana kepala Tafo. Ia menenangkan situasi dengan kerendahan hati dan kelembutan hatinya.

Hal serupa terjadi pada 2012 lalu, saat jenazah seorang imam di Wilayah Volta digali dan dibuang ke jalan. Oknum pelaku menganggap umat Islam tidak seharusnya menguburkan jasad di kuburan itu.

Sheikh Osman kemudian menegosiasikan kesepakatan damai dan berhasil menyelamatkan negara dari kerusuhan yang berlarut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini