Sukses

Sri Lanka: Warga Tak Hiraukan Larangan Salat Jumat di Masjid

Salat Jumat tetap berlangsung di sejumlah masjid di Sri Lanka, meski larangan terkait telah diserukan oleh pemerintah.

Colombo - Meski telah dikeluarkan larangan untuk salat Jumat berjamaah di masjid, beberapa masjid di Sri Lanka nekat melaksanakan ibadah mingguan tersebut. Jumat kemarin 3 Mei 2019, azan salat Jumat tetap berkumandang di Masjid Masjidus Salam Jumma di Kolombo, kota terbesar di Sri Lanka.

Ibadah berlangsung dengan penjagaan ketat dari pihak kepolisian di luar yang dipersenjatai senapan serbu Kalashnikov, melansir DW pada Sabtu (4/5/2019). Tak hanya pihak kepolisian, sejumlah warga juga secara sukarela berjaga.

 

Imtiyas Ahamed, seorang penceramah masjid di Sri Lanka menegaskan bahwa ekstremis yang mengaku Islam seperti ISIS bukanlah muslim yang sesungguhnya. "Dalam Islam tidak ada perkataan untuk membunuh dirimu sendiri, apalagi orang lain," jelas Ahamed.

Sebelumnya pada Kamis, Menteri Sri Lanka untuk Urusan Agama Islam, Abdul Haleem mendesak masjid-masjid membatalkan rencana salat Jumat berjamaah sebagai tanda solidaritas kepada gereja Katolik. Pengumuman serupa juga ditujukan bagi seluruh layanan publik dengan alasan keamanan.

Larangan ini juga didukung oleh PM Ranil Wickremesinghe yang mengkhawatirkan para pelaku lainnya "mungkin akan keluar untuk serangan bunuh diri yang lain."

Pengamanan ketat di masjid-masjid di seluruh penjuru negeri masih terus dilakukan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Larangan Perjalanan

Menindaklanjuti tragedi pengeboman di sejumlah gereja dan hotel pada Hari Paskah 21 April lalu, sejumlah negara seperti Israel, Australia, Inggris dan Amerika Serikat melarang warganya bepergian ke Sri Lanka.

Kedutaan Amerika Serikat di Sri Lanka telah mengeluarkan larangan bagi warga negaranya untuk mengunjungi tempat-tempat ibadah dengan alasan kekhawatiran akan adanya potensi serangan lanjutan.

Sementara pemerintah Australia dalam laman resminya menuliskan "serangan tidak mengenal diskriminasi. Ini bisa terjadi di tempat-tempat yang dikunjungi orang asing."

PM Australia juga mengatakan bahwa pelaku serangan di Sri Lanka didukung oleh ISIS.

Meski demikian Presiden Maithripala Sirisena menyatakan bahwa Sri Lanka "sepenuhnya mampu mengontrol gerakan ISIS" di negaranya.

Serangan bom bunuh diri di tiga gereja dan tiga hotel mewah di Hari Paskah lalu telah menewaskan setidaknya 253 orang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini