Sukses

Tanah Longsor di Kolombia, 17 Orang Tewas Tertimbun

Longsor di Kolombia, 17 orang dilaporkan tewas dan lima lainnya luka-luka.

Liputan6.com, Bogota - Tujuh belas orang di Kolombia barat daya dilaporkan tewas akibat tanah longsor yang terjadi pada Minggu, 21 April 2019, waktu setempat.

Lima lainnya terluka dan beberapa rumah hancur di kota Rosas di wilayah Cauca, menurut keterangan pejabat setempat yang dikutip dari BBC, Senin (22/4/2019).

Longsor terjadi setelah hujan lebat selama berhari-hari mengguyur wilayah itu. Hingga kini, pihak berwenang masih terus melakukan upaya pencarian korban lainnya di bawah timbunan tanah.

Pemerintah menyebut, tanah longsor biasa terjadi di negara Amerika Latin, terutama selama musim hujan tahunan.

"Sayangnya, musibah ini terjadi ketika Anda tidak menduganya dan karena musim hujan yang telah kita ketahui, seperti itulah yang terjadi," kata Wali Kota Kolombia, Jesus Diaz.

Longsor di Kolombia sebelah barat daya, yang menewaskan 17 orang dan melukai 5 lainnya. (AFP)

Selain mencari para korban, tim penyelamat juga membersihkan puing-puing yang menghalangi jalan raya utama di kawasan itu.

Presiden Kolombia, Ivan Duque, mengunjungi kota itu pada hari Minggu. Dia mengatakan kepada wartawan bahwa bantuan medis dan perumahan alternatif sedang disiapkan untuk para korban dan keluarganya.

"Ini adalah masa-masa sulit, tetapi kami bersatu sebagai negara untuk membantu mereka," kata Duque di Twitter.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cuaca Buruk Diduga Menjadi Penyebab Kecelakaan Pesawat di Kolombia

Sementara itu sebelumnya, sebuah pesawat baling-baling bermesin ganda, Douglas DC-3, jatuh di tenggara kota Villavicencio, Kolombia, pada Sabtu 9 Maret 2019. Pertahanan sipil Kolombia melaporkan, seluruh penumpang yang berjumlah 12 orang, tewas.

Burung besi penumpang sipil sayap rendah itu sedang melakukan perjalanan antara San Jose del Guaviare ke Villavicencio, dan terbang dari Taraira. Sebelum insiden nahas terjadi, pilot sempat melakukan kontak dengan bandara terdekat pukul 10.40.

Ia megabarkan bahwa pesawat yang dikemudikannya berada dalam keadaan darurat --masalah teknis-- karena cuaca buruk, menurut Otoritas Penerbangan Sipil Kolombia. Setelahnya, hilang kontak.

Pesawat itu lalu dilacak dan berada di La Bendicion, dekat Villavicencio. Puing-puing ditemukan sekitar satu jam setelah kontrol lalu lintas udara kehilangan kontak. Pihak berwenang kini masih berupaya mengidentifikasi para korban.

Meski demikian, belum bisa dipastikan secara umum untuk mengetahui kerusakan yang dialami pesawat legendaris tersebut. Penerbangan Sipil Kolombia merilis pernyataan belasungkawa terhadap mereka yang meninggal dalam kecelakaan itu.

Pesawat Douglas DC-3, pertama kali dibangun pada 1930-an, dapat menampung 30 orang. Sedangkan kota Villavicencio berjarak sekitar 120 km (75 mil) di tenggara Bogota (ibu kota Kolombia) dan Taraira berada di perbatasan Kolombia dengan Brasil.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini