Sukses

Beruntung, Opsir Penjara Ini Hidup Meski Tenggorokan Tersayat Pisau Narapidana

Petugas penjara di Inggris masih hidup setelah tenggorokannya disayat pisau cukur oleh tahanan.

Liputan6.com, Nottingham - Dewi Fortuna masih berpihak pada seorang opsir penjara di Inggris ini, setelah tenggorokannya disayat pisau cukur oleh tahanannya.

Petugas laki-laki itu, yang merupakan karyawan baru, langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat usai mendapat serangan brutal dari narapidana pada Minggu pagi, 14 April 2019, di HMP Nottingham --bui khusus pria kategori B.

Ketua umum dari Prison Officers’ Association, Mark Fairhurst, mengatakan bahwa perwira itu menerima 17 jahitan di leher usai diserang dengan pisau cukur oleh napi yang motifnya tak berdasar.

"Pintu selnya (pelaku) tidak terkunci, lantas dia langsung menyerang petugas pertama yang dilihatnya menggunakan pisau cukur," kata Fairhurst, yang dikutip dari The Guardian, Senin (15/4/2019).

"Pelaku menyobek lehernya. Korban dibawa ke rumah sakit setelah teman-temannya mengetahui kejadian ini dan ia menerima 17 jahitan. Di rumah sakit, tim medis mengatakan, ia beruntung masih hidup karena benda tajam itu nyaris mengenai arteri utamanya," imbuhnya.

Fairhurst juga menambahkan, sipir itu adalah 'orang baru' yang masih dalam masa percobaan.

Seorang juru bicara dari Prison Service menyampaikan kepada media pada hari Minggu kemarin, "Seorang petugas penjara menerima perawatan intensif di rumah sakit, setelah terjadi insiden di HMP Nottingham pada pagi ini."

Ia melanjutkan, "Kami tidak mentolerir kekerasan terhadap staf kami, itulah sebabnya kami memperkenalkan Assault on Emergency Workers Act, yang akan memastikan tersangka menerima hukuman semaksimal mungkin."

Sebuah laporan inspeksi yang diterbitkan pada tahun lalu menemukan tingkat kekerasan di penjara Inggris sangat tinggi. Ada 103 serangan yang dilakukan oleh napi kepada karyawan dalam enam bulan sebelum ini.

"Gangguan ini berkontribusi pada suasana tegang di penjara," menurut keterangan tertulis dari HM Inspectorate of Prisons. Ini menambahkan bahwa banyak insiden kekerasan tersebut, termasuk yang pernah terjadi sebelum-sebelumnya, belum diselidiki sama sekali.

Penjara harus berbuat lebih banyak untuk mengatasi masalah seperti narkoba dan hal-hal lain yang terkait dengan kekerasan, kata kepala inspektur penjara, Peter Clarke, dalam laporannya.

HMP Nottingham adalah penjara pria kategori B di Inggris, yang diperluas pada 2010 untuk menampung 1.060 tahanan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Terdampak Government Shutdown, Narapidana Penjara AS Mogok Makan

Sementara itu, kondisi di balik tembok penjara federal Amerika Serikat mengalami kemorosotan selama penutupan pemerintahan atau government shutdown.

Beberapa petugas pemasyarakatan dipaksa untuk bekerja dalam shift yang panjang, program pembinaan untuk narapidana dibatalkan, dan pekerja medis serta pemeliharaan diminta untuk mengisi pos-pos yang kosong karena ditinggalkan sipir yang terpaksa dirumahkan (furloughed) selama shutdown.

Sedangkan mereka yang masih berdinas kadang-kadang harus bekerja shift 16 jam tanpa gaji untuk mengisi kekosongan, menurut beberapa pekerja penjara dan presiden serikat buruh yang berbicara kepada CNN, dilansir pada Senin 21 Januari 2019.

"Situasi ini dapat menempatkan tahanan dan pekerja dalam bahaya," kata Eric Young, Presiden Nasional Dewan Penjara dari American Federation of Government Employees (AFGE), serikat pekerja yang merepresentasikan 700 ribu pegawai federal AS.

Di Pusat Pemasyarakatan Metropolitan di New York, beberapa tahanan memprotes pembatalan program pembinaan selama government shutdown dengan mogok makan, tambah Young, yang juga telah dilaporkan oleh The New York Times.

Biro Penjara AS --lembaga pemerintah-- membantah adanya mogok makan narapidana. Namun, badan itu tidak memberikan penjelasan lain yang lebih merinci.

Kondisi itu diperparah atas fakta bahwa penjara-penjara federal secara signifikan mengalami kekurangan tenaga sekitar 7.100 posisi, bahkan sebelum shutdown terjadi.

"Mereka bekerja di lingkungan yang sudah berbahaya dan penuh tekanan, di mana bekerja di bawah gangguan atau kelelahan dapat menyebabkan cedera serius atau kematian," tulis Young dalam sepucuk surat kepada anggota Kongres AS pekan ini.

3 dari 3 halaman

Demi Redam Agresivitas di Penjara, Narapidana di Australia Diberikan Omega-3

Selain itu, di Negeri Kanguru, peneliti dari Universitas Wollongong Australia dikabarkan akan mengujicobakan pemberian asupan Omega-3, untuk melihat dampaknya pada perilaku agresif serta kesehatan mental para narapidana.

Dikutip dari ABC News Indonesia, Sabtu, 23 Februari 2019, para napi di penjara Kota Nowra akan diminta ambil bagian dalam penelitian yang dilakukan Professor Barbara Meyers dan Professor Mitchell Byrne ini.

Narapidana akan dipilih berdasarkan kecenderungan perilaku agresif, impulsif, dan tingkat Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) yang terkait dengan hiperaktif dan kurangnya konsentrasi.

Menurut Profesor Meyers dari Australia, studi percontohan sebelumnya menunjukkan hasil positif namun sampelnya tak cukup besar untuk menetapkan dampaknya pada perilaku agresif.

"Salah seorang tahanan mengaku memiliki rentang perhatian yang lebih besar ketika ikut penelitin ini. Dia jadi lebih tertarik belajar daripada hanya memandangi jendela," ujarnya.

Sementara Prof Byrne akan menilai dampak asam lemak dalam tubuh terhadap perilaku para tahanan.

"Sudah lama ada bukti bahwa Omega-3 memiliki manfaat kardiovaskular dan kesehatan fisik secara umum," katanya.

"Namun sekitar sepuluh tahun terakhir muncul penelitian yang menunjukkan peran penting Omega-dalam fungsi dan kesehatan kognitif, termasuk kesehatan mental dan cara kita memproses informasi," papar Prof Byrne.

Omega-3 terlibat dalam struktur seluler seluruh sel serta membentuk membran sel. Selain itu juga mendukung komunikasi antarseluler dengan menghasilkan proses berpikir yang lebih cepat.

Manfaat lain Omega-3 yaitu mendorong produksi bahan kimia neuro seperti serotonin dan dopamin.

"Jadi, tanpa Omega-3 yang cukup, kita tidak dapat berfungsi pada kapasitas optimal," jelas Prof. Byrne.

Kecukupan Omega-3 dalam makanan dan dalam sel-sel, katanya, mendorong berfungsinya otak dengan lebih baik.

"Karenanya seluruh kondisi yang melibatkan kognisi atau fungsi manusia yang lebih baik memerlukan dukungan Omega-3," jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.