Sukses

Soal Pembelian Rudal S-400, AS: Turki Harus Memilih, NATO Atau Rusia...

Pemerintah Turki kembali diperingatkan untuk tak membeli sistem rudal anti-pesawat S-400 Rusia yang dianggap ancaman bagi jet AS.

Liputan6.com, Washington, D.C. - Wakil Presiden AS Mike Pence memperingatkan Turki agar tidak membeli sistem rudal anti-pesawat S-400 Rusia yang dianggap Washington sebagai ancaman bagi jet AS.

Dia mengatakan Turki harus membuat keputusan antara tetap menjadi anggota penting NATO atau mempertaruhkan keamanan kemitraan itu "dengan membuat keputusan sembrono".

"Turki harus memilih. Apakah ia ingin tetap menjadi mitra penting dalam aliansi militer paling sukses dalam sejarah, atau mengambil risiko keamanan kemitraan itu dengan membuat keputusan sembrono yang merusak aliansi kita?," ujar Mike Pence pada sebuah pertemuan di Washington untuk menandai peringatan 70 tahun NATO seperti dikutip dari BBC, Kamis (4/4/2019).

Turki menjawab bahwa pembelian sistem canggih itu adalah kesepakatan yang sudah dilakukan.

Ankara telah membangun hubungan yang lebih dekat dengan Rusia setelah baru-baru ini memburuk hubungannya dengan AS dan Eropa.

Turki memiliki tentara terbesar kedua di NATO, aliansi militer yang memiliki 29 anggota itu dibentuk untuk mempertahankan diri dari Uni Soviet.

AS percaya bahwa pembelian S-400 oleh Turki akan menjadi ancaman bagi jet tempur F-35 AS. Alhasil, Washington kini menangguhkan negeri yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan itu dari program jet tempur F-35-nya.

Kendati demikian AS juga telah mendorong Turki untuk membeli rudal Patriot Amerika sebagai gantinya.

Pejabat senior NATO telah berulang kali menyatakan bahwa sistem Rusia tidak kompatibel dengan peralatan aliansi.

Sejauh ini Moskow belum membuat komentar publik tentang perkembangan terakhir.

Hubungan antara NATO dan Rusia memburuk karena pendudukan Moskow atas semenanjung Ukraina di Krimea dan penarikannya dari perjanjian rudal utama.

Dalam kesempatan yang Pence juga menegur Jerman - anggota kunci NATO lainnya - karena tidak mengeluarkan cukup uang untuk pertahanannya.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bagaimana Reaksi Turki?

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengulangi bahwa kesepakatan dengan Rusia - yang diperkirakan bernilai sekitar 2,5 miliar pound sterling tidak akan dibatalkan.

Dalam sebuah twit, wakil presiden Turki kemudian menulis: "Amerika Serikat harus memilih.

"Apakah dia ingin tetap menjadi sekutu Turki atau mempertaruhkan persahabatan kita dengan bergabung dengan teroris untuk merusak pertahanan sekutu NATO melawan musuh-musuhnya?"

Ankara mengatakan sistem S-400 akan membantu negara untuk mempertahankan diri, ketika Turki menghadapi ancaman dari pemberontak Kurdi dan militan.

Rudal Tercanggih Rusia

Di awal abad ke-21, Rusia menciptakan sebuah misil berat antipesawat. Itu dinamakan S-400 Triumf, atau yang disebut negara NATO sebagai "Growler".

Senjata baru ini langsung menjadi juara sistem misil antibalistik di seluruh dunia dengan kapasitasnya mendeteksi musuh, dari roket, jet, bomber, helikopter, dan segala sistem serangan udara dari jarak hingga 580 kilometer.

Sistem berbasis radar ini tidak beroperasi satu arah seperti sistem-sistem lain, tapi mampu mendeteksi setiap benda yang datang atau pergi dari lingkaran berdiameter 580 kilometer.

Ini adalah fitur utamanya, karena kompetitor utamanya, MIM-104 Patriot asal AS, hanya mampu melakukan hal serupa dengan jarak 177 kilometer dari satu arah.

Namun, Growler sekarang sudah melakukannya dari jarak 386 kilometer, sehingga belum ada jet tempur generasi kelima dan bomber yang bisa melewatinya tanpa terdeteksi.

Hal-hal ini menjadi alasan utama mengapa China, India, dan Turki akan menjadi negara-negara pertama yang mendapatkan sistem perlindungan mumpuni dengan harga 500 juta dolar AS per divisi (terdiri dari delapan mesin luncur dan unit-unit pendukung).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini