Sukses

Misteri di Balik Bintang yang Berkelip di Angkasa, Ternyata...

Inilah alasan mengapa bintang terlihat bersinar di angkasa.

Liputan6.com, Jakarta - Masih ada banyak orang yang menganggap bahwa bintang di angkasa adalah objek langit yang memancarkan cahaya sendiri untuk menerangi Alam Semesta.

Sedangkan planet, Bulan, asteroid, debu, dan gas memantulkan sinar dari bintang. Tapi tahukah Anda bahwa ternyata bintang juga memantulkan cahaya?

Sejumlah orang tidak benar-benar memperhatikan fenomena ini sebelumnya, karena jumlah cahaya yang dipantulkan oleh bintang sangat kecil, bila dibandingkan dengan jumlah keseluruhan cahaya yang dihasilkan oleh bintang.

Sumber temuan ini adalah dari sebuah studi baru tentang bintang-bintang biner, yakni bintang kembar yang terkunci dalam orbit spiral yang saling berputar. Masing-masing bintang memantulkan sejumlah kecil cahaya dari yang lain.

Spica adalah bintang biner yang terletak sekitar 250 tahun cahaya di rasi bintang Virgo, dua bintang yang begitu dekat satu sama lain sehingga satu orbit hanya membutuhkan waktu empat hari.

Kini, sebuah tim astronom telah menemukan bahwa polarisasi cahaya, atau orientasi gelombang pada bintang, bervariasi seperti orbit Spica dan Virgo.

Cahaya yang bergerak secara langsung tidak terpolarisasi, namun berosilasi (berayun) di sepanjang orbit dalam satu waktu. Ketika dipantulkan dari permukaan nonlogam, cahayanya menjadi terpolarisasi dan terombang-ambing di sepanjang satu bidang saja.

Pengamatan dari kelompok peneliti itu terhadap cahaya terpolarisasi yang berasal dari Spica menunjukkan bahwa pemantulan cahaya terjadi, jadi mereka menggunakan beberapa model komputer untuk mencari tahu lebih rinci.

"Kami dapat menentukan bahwa jumlah polarisasi yang kami amati, persis seperti yang diperkirakan untuk model cahaya yang dipantulkan," kata fisikawan Jeremy Bailey dari University of New South Wales di Australia yang dilansir Science Alert, Rabu (3/4/2019).

Pemodelan mereka menunjukkan bahwa bintang-bintang sebenarnya adalah reflektor cahaya yang cukup buruk. Matahari, misalnya, memantulkan kurang dari 0,1 persen cahaya yang jatuh di atasnya.

"Namun, untuk bintang yang lebih panas, seperti komponen Spica, dengan suhu 20.000 hingga 25.000 Kelvin, jumlah pantulan meningkat menjadi beberapa persen. Jumlah total cahaya yang dipantulkan yang berasal dari sistem Spica, bagaimanapun, masih sangat kecil," imbuh Bailey.

Total cahaya yang dipantulkan itu hanya beberapa persen dari cahaya yang diterima, tetapi sinarnya dapat dengan mudah dilihat karena sangat terpolarisasi, kata para ahli.

Di satu sisi, penelitian ini juga dapat mengungkapkan detail tentang sistem bintang biner. Misalnya, polarisasi Spica mengkonfirmasi bahwa orbit sistemnya adalah searah jarum jam.

"Hasil itu bisa digunakan untuk menentukan massa bintang-bintang dalam biner," menurut Bailey.

Namun hal ini sebenarnya tidak banyak membantu pada bintang tunggal, karena bintang jenis ini cenderung tidak cukup dekat dengan sumber cahaya lain.

Cahaya apa pun yang dipantulkan oleh bintang tunggal, berasal dari jarak yang sangat jauh dan sangat sulit untuk dideteksi.

Penelitian ini telah dipublikasikan di Nature Astronomy.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ini Penampakan 200 Miliar Bintang yang Diabadikan Teleskop Hubble NASA

Teleskop Angkasa Luar Hubble milik NASA mendapatkan dua gambar menarik yang menampakkan galaksi Bimasakti dengan segala bintang-bintang yang bersinar terang.

Foto pertama yaitu sebuah galaksi yang disebut Messier 49, yang di dalamnya terdapat sekitar 200 miliar bintang. Namun, Hubble tidak dapat mengambil potret rinci dari sebagian besar titik-titik cahaya tersebut.

Sebagian besar bintang yang ada di dalam galaksi elips itu berusia sekitar 6 miliar tahun, dan yang berada di dalam 6.000 gugus bintang bola atau globular cluster bahkan lebih tua dari 6 miliar tahun.

Kemudian ada lubang hitam supermasif (supermassive black hole) di inti Messier 49, yang berisi massa 500 juta matahari. 

Foto kedua yakni galaksi Messier 28, yang pertama kali dikategorikan oleh astronom Prancis, Charles Messier, yang meninggal pada 1817. Akan tetapi sesungguhnya, ia tidak terlalu yakin dengan objek yang telah dilihatnya.

Messier 28 tampak bak corengan cahaya di dekat konstelasi Sagittarius jika dilihat dari Bumi. Messier 28 juga jauh lebih dekat ke Bumi daripada Messier 49 --hanya 18.000 tahun cahaya dari Bumi.

Sebelumnya, teleskop Hubble juga menemukan bintang terjauh yang berjarak 9 miliar tahun cahaya. Bintang tersebut memiliki nama resmi MACS J1149+2223. Namun, para astronom menyebutnya dengan Icarus.

Menurut astrofisikawan di Univeristy of Minnesota, Patrik L. Kelly, jarak Icarus seratus kali lebih jauh dibanding bintang tunggal lain yang pernah terdeteksi.

Biasanya, hanya fenomena seperti supernova atau galaksi yang terdeteksi pada jarak yang sangat jauh. Penemuan Icarus bermula saat Kelly dan rekan-rekannya mempelajari gambar sebuah supernova bernama SN Refsdal.

Namun pada 2016, mereka menemukan benda berkedip yang berada di galaksi tempat supernova itu terjadi.

Icarus merupakan bintang besar yang lebih panas dibanding matahari. Kemungkinan bintang tersebut ribuan kali lebih terang, tetapi Kelly mengatakan, Icarus kini sudah tak ada lagi.

Bintang biru raksasa hidupnya tak mencapai sembilan miliar tahun. Ia menduga Icarus runtuh menjadi black hole atau berubah menjadi bintang neutron.

Alam semesta berusia 13,8 miliar tahun dan dengan melihat cahaya Icarus, berarti kita telah melihat kembali ke tiga perempat dari usia alam semesta.

Kelly mengatakan, dengan menggabungkan kaca pembesar alami dengan teleskop James Webb, dapat menghasilkan temuan lain berupa bintang yang lebih tua dan jauh, bahkan, melebihi Icarus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.