Sukses

Lonjakan Gas Metana Terdeteksi di Mars, Pertanda Apa?

Ilmuwan di ESA mendeteksi adanya peningkatan metana di planet Mars.

Liputan6.com, Paris - Sebuah pesawat ruang angkasa Eropa telah mengkonfirmasi laporan tentang adanya gas metana yang dilepaskan dari permukaan Mars.

Senyawa kimia itu pertama kali dideteksi oleh wahana Curiosity milik NASA pada 15 Juni 2013, yang kemudian dikonfirmasi oleh pengorbit Mars Express kepunyaan European Space Agency (ESA).

Meski demikian, sifat dan tingkat kandungan metana di atmosfer Mars masih belum dapat dipastikan. Namun keberadaan gas tersebut dianggap menarik karena metana terestrial dapat dibuat oleh bentuk kehidupan, serta proses geologis.

Metana seharusnya hanya memiliki masa hidup yang sangat singkat di atmosfer Mars. Jadi dengan kata lain, metana yang ada di Planet Merah diduga muncul baru-baru ini.

Pengukuran presentase kandungan metana di Mars dilakukan menggunakan data yang dikumpulkan pada hari berikutnya setelah penemuan pertama oleh Planetary Fourier Spectrometer (PFS) di Mars Express.

"Secara umum, kami tidak mendeteksi adanya metana, selain dari satu deteksi pasti sekitar 15 bagian per miliar volume metana di atmosfer, yang ternyata sehari setelah Curiosity melaporkan lonjakan berjumlah sekitar enam bagian per miliar," kata Marco Giuranna, peneliti utama untuk PFS.

"Meskipun bagian per miliar secara umum berarti jumlah yang relatif kecil, namun itu cukup luar biasa untuk Mars --pengukuran kami sesuai dengan rata-rata sekitar 46 ton metana yang ada di area 49.000 kilometer persegi yang diamati dari orbit kami," lanjutnya sebagaimana dilansir BBC, Rabu (34/2019).

Pada saat Curiosity menemukan metana di Mars, diperkirakan bahwa zat kimia tersebut mungkin berasal dari sebelah utara wahana ini (karena angin yang ada di selatan), dan pelepasannya datang dari dalam Kawah Gale, lokasi pendaratan Curiosity.

Tim peneliti kemudian membuat dua analisis independen untuk menampung sumber-sumber potensial metana, membagi wilayah yang luas di sekitar Kawah Gale menjadi kisi-kisi sekitar 250 kali 250 kilometer persegi.

Hasil dari dua studi di atas telah diuraikan dalam jurnal Nature Geoscience.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Praduga Awal

Ada berbagai spekulasi terkait munculnya metana di Mars. Jika mikroba masih ada, mereka adalah salah satu sumber yang mungkin menciptakannya.

Metana yang diproduksi oleh mikro-organisme di masa lalu juga bisa terperangkap di dalam es. Ketika es mencair, es kemudian bisa melepaskan metana kuno ke atmosfer.

Tetapi ada proses geologis yang dapat menghasilkan metana dan tidak memerlukan biologi, salah satunya yakni serpentinisasi yang merupakan suatu proses perubahan mineral dalam kerak planet yang melibatkan panas dan air.

Sedangkan metana di Mars diduga dapat dibentuk sebagai produk hilir dari serpentinisasi, atau proses metamorfik geologi suhu rendah yang melibatkan panas dan air.

Marco Giuranna curiga unsur-unsur itu bukan berasal dari Kawah Gale. Para ilmuwan meneliti wilayah di sekitar Gale untuk mencari fitur tempat rembesan gas.

Bila di Bumi, proses ini biasanya terjadi di sepanjang patahan tektonik dan dari sumber gas alam.

"Kami mengidentifikasi patahan tektonik yang mungkin meluas di bawah wilayah es dangkal. Karena permafrost (tanah yang berada di titik beku pada suhu nol derajat Celcius) adalah segel yang sangat baik untuk menyimpan metana, ada kemungkinan bahwa es di Mars dapat menjebak metana di bawah permukaan planet dan melepaskannya secara episodik di sepanjang patahan yang menembus es ini," kata Giuseppe Etiope dari National Institute of Geophysics and Volcanology di Roma, salah satu penulis riset tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.