Sukses

PBB: Lebih dari 113 Juta Orang di Seluruh Dunia Menderita Kelaparan Akut

PBB menyebut bahwa sebanyak lebih dari 113 juta orang di seluruh dunia mengalami kelaparan akut.

Liputan6.com, Roma - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis sebuah laporan terbaru bahwa sebanyak lebih dari 114 juta orang di 53 negara, mengalami "kelaparan akut" pada tahun lalu.

Kelaparan tersebut, sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Rabu (3/4/2019), disebabkan oleh perang dan bencana alam, di mana Afrika disebut benua yang paling terdampak.

Dirilis pada hari Selasa, laporan tersebut merupakan edisi ketiga dari studi tahunan yang dimulai sejak 2016.

Yaman, Republik Demokratik Kongo, Afghanistan, dan Suriah termasuk di antara delapan negara penyumbang korban kelaparan akut terbesar di dunia, kata Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dalam laporan global 2019 tentang krisis pangan.

Laporan itu juga menyebut bahwa negara-negara Afrika "terkena dampak" secara tidak proporsional, karena hampir 72 juta orang di benua tersebut menderita kelaparan akut, kata direktur darurat FAO Dominique Bourgeon kepada kantor berita AFP.

Temuan laporan studi itu juga menyebut konflik dan rasa tidak aman tetap menjadi faktor utama penyebab kelaparan, bersama dengan turbulensi ekonomi dan guncangan terkait iklim seperti kekeringan dan banjir.

"Sebanyak hampir 80 persen populasi di negara-negara yang berada pada ambang kelaparan, membutuhkan bantuan kemanusiaan darurat pada ketersediaan bahan pangan, dan langkah alternatif untuk meningkatkan mutu pertanian," kata Bourgeon.

Tidak ketinggalan, laporan tersebut juga turut menyoroti ketegangan di negara-negara yang menampung banyak pengungsi, termasuk para tetangga Suriah yang dilanda perang serta Bangladesh, yang menampung lebih dari satu juta muslim Rohingya dari Myanmar.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jumlah Korban Terlantar akan Meningkat

FAO mengatakan pihaknya juga memperkirakan jumlah orang terlantar akan meningkat "jika krisis politik dan ekonomi berlanjut di Venezuela", yang kemungkinan akan menyatakan darurat pangan tahun ini.

Bourgeon mengatakan dia prihatin dengan meluasnya kemiskinan di Venezuela, karena negara itu tengah bergulat dengan kondisi ekonomi dan kehidupan yang mengerikan, akibat krisis politik yang tidak kunjung usai.

Secara global, studi ini mencatat bahwa situasi keseluruhan sedikit membaik pada 2018 dibandingkan dengan 2017, ketika 124 juta orang menderita kelaparan akut.

Penurunan sebagian dapat dikaitkan dengan fakta bahwa beberapa negara di Amerika Latin dan wilayah Asia-Pasifik, misalnya, kurang terpengaruh oleh bencana cuaca yang telah melanda pada tahun-tahun sebelumnya.

FAO juga menekankan bahwa "tingkat kekurangan gizi akut dan kronis yang tinggi pada anak-anak yang hidup dalam kondisi darurat tetap menjadi perhatian serius".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.