Sukses

Pelawak Ukraina Menang Pilpres Putaran Pertama, Kalahkan Petahana dan Eks PM

Volodymyr Zelensky memimpin perolehan pemilu putaran pertama Ukraina dengan 30,3 persen suara.

Liputan6.com, Kiev - Volodymyr Zelensky, seorang pelawak yang menjadi salah satu dari tiga kandidat Presiden Ukraina mendapatkan perolehan terbesar dalam pemilu.

Menurut hasil sementara yang diterbitkan oleh Komisi Pemilihan Umum setempat, ia mendapatkan 30,3 persen suara. Adapun petahana, Presiden Petro Poroshenko, hanya mendapatkan 16 persen; dengan mantan Perdana Menteri Yulia Tymoshenko hanya menyabet 13,4 persen.

 

Persentase tersebut dikeluarkan pasca-penghitungan 90 persen suara yang masuk, mengutip CNN pada Selasa (2/4/2019). Adapun pemilihan putaran kedua berpotensi dilakukan pada 21 April mendatang, apabila tidak ada kandidat yang mencapai ambang batas 50 persen. Diprediksi Zelensky akan bertarung melawan Presiden Poroshenko jika putaran kedua dilangsungkan.

Dalam suatu kesempatan, Zelensky, mengucapkan terima kasih kepada warga negara yang telah memilihnya.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua warga Ukraina yang memilih bukan hanya untuk bersenang-senang," katanya.

Untuk diketahui, Zelensky adalah seorang pelawak yang pernah membintangi "Servant of the People." Dalam serial televisi tersebut, yang saat ini telah ditayangkan di Netflix, ia berperan sebagai guru sekolah yang beralih profesi menjadi presiden Ukraina.

Dalam kontestasi politik Ukraina, Zelensky digambarkan sebagai orang populis yang tidak memiliki banyak pengalaman politik. Ia sering berkutat pada bisnis, terutama dalam bidang hiburan yang diperkirakan bernilai puluhan juta dollar.

Meski demikian, Zelensky memiliki langkah taktis dalam menanggapi komentar negatif terkait kebijakannya yang dianggap kurang mendalam oleh sebagian pihak. Ia telah memilih beberapa teknokrat sebagai tim penasihatnya.

Di antara teknokrat yang dimaksud adalah mantan menteri keuangan Oleksandr Danylyuk; mantan menteri pengembangan ekonomi dan perdagangan Aivaras Abromavicius; anggota parlemen dan juru kampanye antikorupsi Sergii Leshchenko.

 

Simak pula video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Strategi Rival Zelenski

Sementara itu, lawan utama Zelenski dalam pemilu yang kemungkinan akan bertemu dengannya dalam putaran kedua; memiliki strategi khusus kampanye.

Presiden Petro Poroshenko, sang petahana, menargetkan kalangan milenial. Hal itu dapat dilihat dalam twitnya pada Minggu, 31 Maret 2019.

"Saya ingin menarik (dukungan dari) generasi muda secara khusus hari ini," kata Poroshenko.

"Kamu melihat perubahan di negara ini, namun kamu ingin hal itu berlangsung lebih cepat lagi, lebih dalam, dan lebih berkualitas. Saya paham motif protes alian. Saya mendengarkan kalian," lanjutnya.

Tidak hanya berusaha menarik perhatian kaum muda, Poroshenko juga menyoroti ketegangan bilateral negaranya dengan Rusia.

"Terserah pada Anda, Warga Ukraina, untuk memutuskan jalan mana yang akan diambil oleh negara ini, siapa yang akan menjadi komandan tertinggi, yang akan mewakili Ukraina dalam pertemuan internasional dengan para pemimpin Barat, serta dalam percakapan dengan Moskow," tutur Poroshenko.

Ia juga menjelaskan tentang kemampuannya dapay bermain tangguh melawan Rusia. Bahkan dalam sebuah pernyataan pekan lalu melalui Twitter, ia menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin, sebagai lawan utamanya.

"ketika ditanya siapa sekutu saya, dengan siapa saya siap bersatu dan berkoordinasi terkait tindakan saya, saya menjawab: skeutu saya adalah warga Ukraina," katanya. "Siapa lawan saya? saya tidak malu untuk mengatakan secara terbuka - lawan ini adalah Putin."

Strategi asertif ini mendapatkan tanggapan. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa ia berharap mereka yang mendukung perang tidak akan menang.

Kami dengan cermat mengikuti pernyataan para kandidat, terutama di bagian yang menyangkut negara kami dan hubungan bilateral, tentu saja," kata Peskov.

"Kami mengamati pernyataan para kandidat tentang visi mereka, tentang nasib masa depan (perbatasan) Donbas dan kami membuat kesimpulan yang memadai," lanjutnya. "Tentu saja, kami tetap tidak ingin melihat partai perang di pucuk pimpinan Ukraina, tetapi ... penyelesaian kasus di tenggara Ukraina ... berdasarkan perjanjian yang ada," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.