Sukses

Kasus Dataran Tinggi Golan Memanas, Uni Emirat: Memusuhi Israel Tindakan Keliru

Uni Emirat Arab menyebut langkah memusuhi Israel selama bertahun-tahun merupakan tindakan yang keliru.

Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini seorang pejabat senior Uni Emirat Arab (UEA) menyebut langkah negara Teluk memusuhi Israel adalah tindakan yang keliru. Komentar tersebut diberikan di tengah masifnya kritik terhadap pengakuan sepihak AS, terkait kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan.

Anwar Gargash, Menteri Luar Negeri UEA mengatakan pendapatnya kepada harian lokal The National. Gargash mengatakan bahwa hubungan Arab-Israel harus berubah demi perdamaian Palestina.

"Bertahun-tahun lalu, ketika (negara-negara) Arab berkeputusan untuk tidak memiliki hubungan dengan Israel, itu adalah keputusan yang sangat, sangat keliru," katanya dengan raut muka yang tidak biasa, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (29/3/2019).

Ia mengatakan sangat penting bagi negara Teluk untuk membuka komunikasi dengan Israel.

"Harus benar-benar membedah dan membedakan antara memiliki masalah dan menjaga jalur komunikasi tetap terbuka," katanya.

Sebagaimana diketahui hanya terdapat dua negara Arab yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, yakni Mesir dan Yordania.

Dari pihak Israel sendiri, sebetulnya Tel Aviv melihat sebagian negara Arab sebagai "sekutu" melawan Iran dengan ambisi regionalnya. Meski demikian, negara Teluk menolak mengikuti langkah Yordania dan Mesir selama pendudukan Israel atas Palestina tetap berlangsung.

Diawali Langkah Kecil

Gargash menginginkan hubungan "permusuhan" tersebut bergeser menjadi sedikit lebih baik. Cara yang dapat ditempuh menurutnya adalah melalui kesepakatan bilateral kecil, kunjungan politisi, maupun olahraga.

"Perubahan strategis (dalam hubungan dengan Israel) sebetulnya dibutuhkan bagi kita untuk mencapai perdamaian," kata Gargash.

Sebetulnya, langkah "perbaikan kecil" tersebut telah dimulai oleh Uni Emirat Arab setidaknya Oktober lalu, dengan mengadakan pertandingan judo. Saat itu, atlet Israel memenangkan medali emas kejuaraan tersebut, disusul dengan dinyanyikannya lagu kebangsaan Hatikvah.

"Jika kita tetap melanjutkan langkah saat ini (memusuhi Israel), saya kira perbincangan selama 15 tahun hanya akan tentang kesetaraan semu," tambahnya, menegaskan kemungkinan stagnansi upaya perdamaian Palestina-Israel.

Meskipun berpendapat terkait pentingnya membuka hubungan dengan Israel, Gargash mengatakan bahwa solusi dua negara Israel-Palestina tidaklah efektif.

"Solusi dua negara tidak akan lagi cocok karena semacam pengurangan tanah milik Palestina tidak akan mungkin lagi dilakukan," pungkasnya.

 

Simak pula video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perkembangan Terkini Kasus Dataran Tinggi Golan

Sementara itu, baru-baru ini sejumlah negara di kawasan Teluk tak bisa menahan murka akibat pengakuan sepihak kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan yang dilakukan oleh Presiden AS Donald Trump.

Suriah, pemilik Dataran Tinggi Golan secara hukum internasional mengatakan langkah sewenang-wenang Trump akan mengarah kepada isolasi lebih lanjut Israel. Ia menegaskan bahwa Dataran Tinggi Golan tetap menjadi bagian negaranya sejak peristiwa bersejara, Perang Enam Hari.

"Tidak peduli berapa tahun telah berlalu, ini tidak akan mengubah fakta bahwa Golan adalah wilayah Suriah yang diduduki," kata Menteri Luar Negeri Suriah, Walid al-Moualem.

Baru-baru ini, Damaskus juga telah melayangkan permohonan kepada Dewan Keamanan PBB untuk segera melakukan rapat darurat membahas kasus tersebut.

Sementara itu, tak rela dataran tinggi strategis tersebut jatuh ke tangan Israel, Liga Arab kompak satu suara. Mereka mengatakan bahwa "Pengakuan Trump tidak mengubah status daerah."

Tidak hanya negara di kawasan Teluk, sejumlah entitas di kawasan Eropa seperti Inggris, Jerman, Prancis, dan organisasi internasional, turut memberikan kecaman atas langkah sepihak Trump. Rusia dan Venezuela juga tak ketinggalan.

Republik Bolivarian Venezuela dengan tegas menolak niat pemerintah Trump untuk mengakui kedaulatan Israel atas wilayah Suriah di Dataran Tinggi Golan, yang melanggar resolusi Dewan Keamanan dan Piagam PBB.

Di tempat lain di Washington, Komite Urusan Publik Israel Amerika, sebuah kelompok pro-Israel, mengadakan pertemuan tahunan dengan pembicara setelah pembicara menyatakan dukungan AS untuk hubungan yang kuat dengan negara itu.

"Kami mendukung Israel karena perjuangannya adalah tujuan kami, nilai-nilainya adalah nilai-nilai kami, dan perjuangannya adalah perjuangan kami," kata Wakil Presiden Mike Pence, Senin.

Pence juga berbicara keras melawan Iran, mengatakan bahwa di bawah Trump, "Amerika tidak akan pernah membiarkan Iran mendapatkan senjata nuklir."

Penantang Netanyahu Benny Gantz muncul sebelum pertemuan, dan berjanji untuk melindungi negaranya dari ancaman Iran dan Suriah. Dia menyerukan persatuan di Israel.

"Kita harus ingat jika kita menginginkan harapan, kita harus memiliki persatuan," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.