Sukses

Simulator Boeing 737 MAX 8 Hanya Beri 40 Detik Kesempatan Pilot Atasi Gangguan Sistem

Simulasi penerbangan Boeing 737 MAX 8 hanya memberikan waktu 40 menit bagi pilot untuk mengatasi gangguan sistem, yang memicu pesawat jatuh.

Liputan6.com, Seattle - Baru-baru ini, koran New York Times melaporkan bahwa simulator penerbangan Boeing 737 MAX 8 turut menciptakan masalah, di mana pilot hanya dibeirkan waktu 40 detik untuk mengatasi gangguan sistem, yang berisiko membuat pesawat terjatuh.

Temuan ini hampir senada dengan pendapat otoritas penerbangan Indonesia pasca-penyelidikan jatuhnya Lion Air JT 610 yang menyebabkan 189 orang tewas, di mana meyakini kegagalan sensor mungkin telah memicu aktifnya sistem perangkat lunak otomatis untuk mencegah pesawat berhenti terbang.

Namun, sebagaimana dikutip dari CNN pada Jumat (29/3/2019), sistem tersebut mungkin telah menjatuhkan pesawat saat pilot berjuang untuk menahannya.

Selama tes baru-baru ini, pilot simulator menemukan fakta bahwa mereka hanya memiliki beberapa detik untuk mematikan sistem terkait untuk mencegah pesawat menukik, lapor koran Times mengutip dua orang peserta tes, yang tidak disebutkan namanya.

Sistem tersebut, yang dikenal sebagai MCAS, diklaim telah dirancang untuk meninggalkan sedikit ruang kesalahan dalam pengendalian pesawat Boeing 737 MAX 8, tambah laporan terkait.

"Sayangnya, mereka yang terlibat dalam tes itu belum sepenuhnya memahami betapa kuatnya sistem terkait, hingga mereka benar-benar menerbangkan pesawat dengan simulator 737 MAX," lapor Times.

Selama ini, pilot yang beralih ke pesawat Boeing 737 lawas ke seri MAX 8, hanya diberi kursus singkat secara online, kata juru bicara serikat pekerja pilot untuk dua operator penerbangan AS kepada CNN.

Fokus Perbaikan Sistem MCAS

Pada Sabtu 23 Maret, pilot dan pejabat pelatihan dari maskapai Southwest Airlines, American Airlines, dan United Airlines bertemu dengan pejabat Boeing untuk meninjau perangkat lunak yang diperbarui pada seri 737 MAX.

Mereka bertemu di wilayah Seattle, di mana model pesawat tersebut dirakit. Pembaruan perangkat lunak dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan buruk dalam pengoperasian sistem MCAS

Saat ini, MCAS adalah fokus utama investigasi terhadap tragedi jatuhnya Lion Air JT 610 dan Ethiopian Airlines ET 302, keduanya menggunakan Boeing 737 MAX 8.

Kedua pesawat jatuh beberapa menit setelah lepas landas, di mana dalam masing-masing kasus, pilot melaporkan gangguan sistem tidak lama setelah lepas landas.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pembaruan yang Memperkecil Intervensi Pilot

Dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu, Boeing menyebut pertemuan akhir pekan tersebut sebagai "sesi produktif", dan mengatakan telah mengundang lebih dari 200 pilot dan teknisi, serta regulator, ke sesi informasi di fasilitas produksi perusahaan di Renton, negara bagian Washington.

"Ini adalah bagian dari upaya kami untuk berbagi rincian lebih lanjut tentang rencana mendukung pengembalian 737 MAX yang aman ke layanan komersial," kata Boeing.

Perangkat lunak yang diperbarui memerlukan lebih sedikit intervensi dari pilot, ungkap Boeing.

Dalam simulasi yang dijalankan selama akhir pekan dengan perangkat lunak MCAS saat ini, uji coba pilot menggunakan prosedur yang ada untuk menonaktifkan sistem terkait, sementara uji penerbangan menggunakan perangkat lunak baru membutuhkan lebih sedikit intervensi dari pilot, kata sebuah sumber kepada CNN.

Perangkat lunak yang diperbarui dan dirancang oleh Boeing menggunakan input dari dua sensor di hidung pesawat, serta dirancang untuk tidak memicu sistem MCAS berulang kali, yang diyakini telah membuat hidung pesawat Lion Air menukik tajam, sehingga upaya pilot mendapatkan kembali kendali terasa sia-sia.

Otoritas Penerbangan Federal (FAA) di Amerika Serikat, diperkirakan tidak akan mengizinkan puluhan pesawat 737 MAX kembali terbang, hingga benar-benar mengetahui lebih banyak tentang penyebab kecelakaan Ethiopiaan Airlines.

Data penerbangan dan rekaman suara kokpit sedang dianalisis di Ethiopia, di mana pihak berwenang telah menyerahkan segmen suara penerbangan dan rekaman data dari kotak hitam pesawat ke pejabat kedutaan AS di Addis Ababa, lapor beberapa sumber.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.