Sukses

Miliarder Jerman Sumbang Rp 155 Miliar Gara-Gara Masa Kelam Nazi, Kenapa?

Klan keluarga di Jerman memberikan dana sebesar sekitar Rp 155 miliar ke badan karena mengungkap masa kelam budak Nazi, mengapa?

Liputan6.com, Berlin - Salah satu keluarga terkaya di Jerman, klan Reimann, mengatakan mereka akan menyumbangkan US$ 11 juta (sekitar Rp 155,95 miliar) untuk sebuah badan amal setelah mengetahui bahwa pendahulu mereka memiliki kaitan erat dengan masa kelam Nazi.

Kabar ini beredar luas setelah koran lokal, Bild am Sonntag, mewartakan tentang JAB Holding Company yang dimiliki oleh klan Reimann dan mendapati bahwa pemiliknya yang dulu, Albert Reimann Sr. dan Albert Reimann Jr. adalah pendukung rezim Adolf Hitler dan anti-Semit.

Peter Harf, juru bicara keluarga dan mitra pelaksana JAB Holding Company, membenarkan laporan Bild am Sonntag.

"Reimann Sr. dan Reimann Jr. bersalah. Keduanya telah meninggal, tetapi mereka seharusnya berada di penjara," kata Harf kepada surat kabar Jerman itu, yang dikutip BBC, Selasa (26/3/2019).

Harf menambahkan, pihak keluarga telah menugaskan penyelidikan independen terkait kasus ini sejak tiga tahun lalu. Dia dan keluarga "tidak bisa berkata apa-apa" ketika hasil investigasi awal, baru-baru ini disodorkan kepada mereka.

"Kami malu setegah mati. Tidak ada yang perlu ditutupi lagi. Kejahatan-kejahatan ini menjijikkan," menurut Harf.

Peter Harf. Salah satu anggota keluarga terkaya ini minta maaf karena leluhurnya adalah pengabdi Nazi.

JAB Holding Company mempunyai saham mayoritas di beberapa merek besar, termasuk Panera Bread dan Krispy Kreme Doughnuts.

Sementara itu, laporan yang dikuak oleh tim penyelidik berfokus pada Albert Reimann Sr. dan Albert Reimann Jr. serta perusahaan bahan kimia industri mereka di kota Ludwigshafen selama rezim Nazi berkuasa.

Bild am Sonntag merinci dokumen yang menyebut bahwa warga sipil Rusia dan tawanan perang Prancis dieksploitasi sebagai pekerja paksa di pabrik keluarga dan vila pribadi Reimann.

Reimann Sr. diketahui menyumbang sejumlah dana untuk menyokong The Schutzstaffel atau pasukan SS (paramiliter organisasi di bawah naungan Adolf Hitler dan Nazi) pada awal 1931.

Sedangkan Reimann Jr. pernah menyampaikan keluhan kepada walikota Ludwigshafen, melalui sepucuk surat, bahwa POW Prancis (POW adalah singkatan dari prisoner of war atau tahanan perang) tidak bekerja dengan baik.

Namun Reimann Sr. dan Reimann Jr., yang meninggal pada tahun 1954 dan 1984, tidak pernah sekalipun membicarakan tentang masa lalu Nazi mereka kepada keturunannya, menurut Harf. Keluarga percaya, laporan tahun 1978 telah mengungkapkan semua hubungan JAB Holding Company dengan Nazi.

Empat generasi penerus keluarga Reimann juga sudah mulai mengajukan pertanyaan kepada sesepuh di garis keturunan mereka yang masih hidup, setelah membaca dokumen lama keluarga, dan menugaskan seorang sejarawan di University of Munich, Profesor Paul Erker, untuk memeriksa sejarah klan Reimann dengan lebih cermat.

Sejarawan lain yang telah melihat arsip Reimann, Profesor Christopher Kopper, menyimpulkan, "Ayah dan anak (Reimann Sr. dan Reimann Jr.) tampaknya bukan oportunis politik, melainkan National Socialist (Sosialis Nasional)."

Di satu sisi, keluarga Reimann belum menyebutkan badan amal mana yang telah dipilih mereka untuk menerima sumbangan senilai Rp 155 miliar tersebut.

Entah itu berada di Jerman atau di luar negara ini. Sebab, sebagaimana diketahui, JAB Holding Company menggenggam sejumlah merek ternama dan restoran besar di Amerika Serikat, termasuk Calgon, Peet's Coffee, Dr. Pepper, Keurig Green Mountain, Caribou Coffee Co., Clearasil dan lain-lain.

Harp menyampaikan melalui siaran persnya bahwa setelah semua penyelidikan selesai, mereka akan mengumumkannya kepada publik.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masa Lalu yang Suram

Bild am Sonntag melaporkan bahwa budak perempuan dari Eropa Timur yang 'dikuasai' Nazi, diperlakukan sebagai ras yang lebih rendah.

Mereka acap kali dipukul dan mengalami pelecehan seksual di Ludwigshafen am Rhein, Rhineland, Jerman. Salah satu di antaranya ialah seorang pelayan wanita Rusia.

Jutaan etnis Slavia dipaksa bekerja keras di bawah kondisi yang buruk di pabrik-pabrik Nazi atau di pertanian. Biasanya, mereka hanya menerima sedikit upah atau tidak dibayar sama sekali.

Orang-orang Yahudi juga dijadikan pekerja budak, meskipun umumnya mereka dibantai oleh pasukan SS.

Sejak 1990-an beberapa perusahaan Jerman terkenal yang diduga mendapat untung dari perbudakan Nazi, telah digugat oleh para penyintas atau kerabat mereka.

Semisal saja Volkswagen, yang didirikan pada tahun 1937 sebagai bagian dari visi Adolf Hitler untuk memudahkan keluarga Jerman memiliki mobil pertama mereka.

Selama perang, perusahaan otomotif yang berbasis di Wolfsburg tersebut memproduksi kendaraan untuk tentara Jerman, menggunakan lebih dari 15.000 pekerja budak dari kamp konsentrasi terdekat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.