Sukses

22-3-1947: Atas Perintah Presiden AS, Razia PNS Simpatisan Komunis Digelar

Amerika Serikat melaksanakan perintah eksekutif presiden untuk menyelidiki loyalitas karyawan federal alias PNS. Apakah mereka condong ke komunis?

Liputan6.com, Washington DC - Hari ini, 62 tahun yang lalu, ketika Perang Dingin mulai berkecamuk, Amerika Serikat mulai melaksanakan perintah eksekutif Presiden Harry S Truman yang menetapkan penyelidikan loyalitas karyawan federal guna menakar kecenderungan keberpihakan mereka pada komunis.

Ketika perang urat syaraf antara AS dan Uni Soviet itu mulai berkembang setelah Perang Dunia II, kekhawatiran mengenai aktivitas komunis di Amerika Serikat, khususnya di pemerintah federal, meningkat.

Kongres (parlemen) AS kemudian meluncurkan penyelidikan pengaruh komunis di Hollywood, dan undang-undang yang melarang komunis dari posisi mengajar dilembagakan di beberapa negara.

Namun, yang paling mengkhawatirkan bagi pemerintahan Truman, bagaimanapun, adalah tuduhan terus-menerus bahwa komunis beroperasi di kantor-kantor federal.

Menanggapi ketakutan dan kekhawatiran ini, Truman mengeluarkan perintah eksekutif pada 21 Maret 1947, yang mengatur program untuk memeriksa loyalitas karyawan federal. Perintah eksekutif itu kemudian efektif dijalankan pada keesokan hari, 22 Maret 1947, demikian seperti dikutip dari History.com, Jumat (22/3/2019).

Dalam mengumumkan perintah eksekutifnya itu, Truman mengindikasikan bahwa ia mengharapkan semua pekerja federal untuk menunjukkan "kesetiaan yang total dan teguh" pada Amerika Serikat. Apa pun yang terasa kurang, katanya, "merupakan ancaman bagi proses demokrasi kita."

Elemen dasar dari perintah eksekutif Truman membentuk kerangka kerja untuk aparatur pemerintah yang luas dan kuat untuk melakukan pemeriksaan soal loyalitas.

Dewan loyalitas harus dibentuk di setiap departemen dan lembaga pemerintah federal.

Dengan menggunakan kriteria "totaliter, fasis, komunis, atau subversif" yang disediakan oleh jaksa agung, dan mengandalkan investigasi oleh Biro Investigasi Federal, dewan ini akan meninjau setiap karyawan.

Jika ada "alasan yang masuk akal" untuk meragukan kesetiaan seorang karyawan, ia akan diberhentikan. Dewan Peninjau Loyalitas dibentuk di bawah Komisi Layanan Sipil untuk menangani banding karyawan.

Program loyalitas Truman menghasilkan temuan bahwa hanya beberapa karyawan yang kesetiaannya "cukup" diragukan.

Namun demikian, untuk sementara waktu, perintah eksekutifnya menenangkan beberapa kritik bahwa pemerintahannya "lunak" terhadap komunisme.

Hal-hal berubah secara dramatis pada tahun 1949-1950.

Soviet mengembangkan bom atom, China jatuh ke tangan komunis, dan Senator Joseph McCarthy membuat pidato terkenal di mana ia menyatakan bahwa ada lebih dari 200 "orang komunis" di lingkungan Kementerian Luar Negeri AS. Sekali lagi, tuduhan dilontarkan bahwa pemerintahan Truman "memanjakan" komunis --menandai sebuah fenomena "Red Scare" atau "Ketakutan Merah" merebak di Negeri Paman Sam.

Red Scare adalah merebaknya ketakutan masyarakat atau negara tentang potensk kebangkitan komunisme, anarkisme atau sayap kiri radikal. Istilah tersebut paling sering dipakai untuk merujuk dua periode dalam sejarah Amerika Serikat.

Ketakutan Merah Pertama (First Red Scare), terjadi tak lama setelah Perang Dunia I, melibatkan tentang sebuah ancaman dari gerakan buruh Amerika, revolusi anarkis dan radikalisme politik.

Ketakutan Merah Kedua (Second Red Scare), yang terjadi tak lama setelah Perang Dunia II, menyikapi para komunis dalam atau luar negeri dengan menginfiltrasi atau mensubversikan masyarakat AS atau pemerintah federal.

 

Simak video pilihan berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.