Sukses

Boeing: Perbaikan Software 737 MAX Usai Tragedi Ethiopian Airlines Kelar Akhir Maret

Pihak Boeing memperkirakan perbaikan software 737 MAX pascatragedi Ethiopian Airlines akan selesai pada akhir Maret 2019 ini.

Liputan6.com, Jakarta - Bulan Mei akan menjadi batas meng-grounded (tidak mengizinkan terbang) sementara semua pesawat Boeing 737 MAX 8 dan 9. Demikian aturan dari otoritas penerbangan Amerika Serikat yang diterapkan setelah petaka Ethiopian Airlines pada Minggu 10 Maret 2019. 

Mengutip BBC, Rabu (20/3/2019), pihak Boeing mengatakan kepada maskapai bahwa mereka memperkirakan memiliki software atau perangkat lunak baru untuk pesawat 737 MAX yang siap pada akhir bulan ini.

Pesawat jenis itu dicekal terbang setelah kecelakaan Ethiopian Airlines awal bulan ini.

Dokumen yang dilihat oleh BBC mengkonfirmasi bahwa pembaruan perangkat lunak akan membatasi pengoperasian sistem Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) atau Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver yang kontroversial. Ini adalah sistem anti-stalling otomatis Boeing 737 MAX yang dirancang untuk menjaga pesawat agar tidak mengalami kondisi stall.

Itu adalah sistem sama yang digunakan oleh Lion Air 737 MAX, pesawat nahas yang jatuh di lepas pantai Indonesia tahun lalu. Penyelidik mengatakan ada "kesamaan yang jelas" antara keduanya.

Dennis Muilenburg yang merupakan ketua, presiden dan CEO perusahaan Boeing, mengatakan dalam sebuah surat terbuka: "Segera kami akan merilis pembaruan peranti lunak dan pelatihan pilot terkait untuk 737 MAX yang akan membahas masalah yang ditemukan setelah kecelakaan tersebut. Lion Air Penerbangan 610."

Dia mengatakan perusahaan telah bekerjasama penuh dengan otoritas dan regulator yang relevan.

Selain sistem MCAS, konon juga akan ada perubahan pada sistem peringatan kokpit, pengoperasian manual awak pesawat akan diperbarui dan akan ada pelatihan berbasis komputer untuk pilot.

Perkembangan Terkini

Penyelidik yang menangani kasus kecelakaan Ethiopian Airlines menerima data dari perekam penerbangan pesawat, diunduh oleh para ahli di Prancis, awal pekan ini. Mereka bermaksud menerbitkan laporan pendahuluan pada pertengahan April.

Pada hari Selasa, para penyelidik yang memeriksa rekaman kotak hitam dari penerbangan mengatakan mereka telah menemukan "kesamaan yang jelas" dengan kecelakaan sebelumnya pada Lion Air JT610.

Otoritas Urusan Kecelakaan BEA Prancis tidak merinci kesamaan, tetapi laporan media mengarah pada temuan sudut penerbangan yang sama sebelum kecelakaan.

Muncul di tengah pertanyaan yang berkelanjutan tentang desain 737 MAX dan pemeriksaan untuk terbang. Baik penerbangan Ethiopian Airlines delapan hari yang lalu dan pesawat Lion Air pada Oktober 2018 lalu jatuh dalam beberapa menit setelah lepas landas.

Dalam kasus penerbangan Lion Air, pilot mengalami kesulitan dengan sistem baru pada Boeing 737 MAX yang dirancang untuk menjaga pesawat agar tidak stalling. Ini mencegah jet berada pada pointing upwards yang terlalu tinggi, sehingga mengakibatkan unit bisa kehilangan daya angkatnya.

Namun penyelidikan terhadap penerbangan Lion Air menunjukkan sistem anti-stalling otomatis berulang kali memaksa hidung pesawat justru pada posisi nose down lebih dari 20 kali.

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ketelitian FAA Dipertanyakan

Regulator dan pakar keselamatan AS kini bertanya seberapa teliti Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) dan Boeing memeriksa sistem anti-stall. Lalu seberapa baik pilot di seluruh dunia dilatih untuk keadaan seperti itu ketika maskapai penerbangan mereka membeli pesawat baru.

Selama akhir pekan, sebuah laporan di Seattle Times mengklaim bahwa beberapa analisis sebelum kecelakaan menemukan bahwa sistem tersebut, yang disebut MCAS, mengungkapkan kelemahan krusial.

Laporan tersebut mengklaim, para manajer di FAA menginstruksikan para insinyur keselamatannya untuk mendelegasikan penilaian keselamatan kepada Boeing dan untuk menyetujui analisis yang dihasilkan.

Laporan tersebut juga menuding analisis yang dihasilkan oleh Boeing mengecilkan kekuatan sistem kontrol, dan bahwa sistem itu dapat mengatur ulang sendiri setiap kali pilot merespons.

"Kami telah bekerjasama penuh dengan Administrasi Penerbangan Federal AS, Departemen Transportasi dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional pada semua masalah yang berkaitan dengan Lion Air dan kecelakaan Ethiopian Airlines sejak kecelakaan Lion Air terjadi pada Oktober tahun lalu," demikian respons pihak Boeing melalui Muilenburg.

Sementara itu, Air Canada telah mengumumkan bahwa mereka memperbarui jadwal penerbangannya hingga setidaknya 1 Juli.

Maskapai ini tengah menunggu pengiriman enam pesawat baru pada bulan Maret dan April, tetapi telah menggantikan pesawat yang berbeda pada rute 737 Max.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.