Sukses

Sebelum Penembakan di Selandia Baru Pelaku ke Korut dan Pakistan, untuk Apa?

Tersangka penembakan masjid di Selandia Baru dilaporkan sempat melakukan perjalanan ke sejumlah negara dan singgah di Korea Utara, Pakistan. Ada apa?

Liputan6.com, Christchurch - Beredar laporan bahwa pria yang live streaming saat melakukan penembakan di masjid Selandia Baru sebelumnya melakukan perjalanan ke sejumlah negara termasuk Korea Utara dan Pakistan.

Pria warga negara Australia itu dilaporkan melakukan perjalanan seorang diri dan dalam kelompok perjalanan. Media Negeri Kanguru menerbitkan foto yang menunjukkan saat ia tengah tur dalam grup di dekat Monumen Besar Samjiyon di Korea Utara.

Manifesto panjang yang menurut laporan dia bagikan sebelum penembakan di masjid Selandia Baru tepatnya di Christchurch, juga menyinggung kunjungan pria yang menganut ideologi supremasi kulit putih itu ke Prancis, Polandia, Islandia, Argentina dan Ukraina.

Pembunuh yang diduga tumbuh besar di New South Wales, Australia, dan bekerja sebagai pelatih kebugaran pribadi dengan kecenderungan untuk bersaing dalam triathlon. Dalam kurun waktu setahun setelah kematian sang ayah pada tahun 2010, ia berhenti dari pekerjaannya, berinvestasi dalam cryptocurrency dan mulai berkeliling dunia menggunakan warisan dan uangnya dari investasi bitcoin, New York Times melaporkan.

"Baru-baru ini bersentuhan dengan ibu kota karena ayahku meninggal," tulis pria 28 tahun yang diidentifikasi sebagai Brenton Tarrant di sebuah forum pada tahun 2011.

Diyakini ia melakukan perjalanan ke Selandia Baru sebelum pindah ke Asia Tenggara, China, Korea Utara, India, Pakistan, dan Eropa - tempat ia singgah di Spanyol, Prancis, dan Portugal, News.au.com melaporkan. Foto yang diposting ke papan pesan menunjukkan ia berada di Pakistan tahun lalu.

"Dia tidak punya tujuan khusus," ucap Tracey Gray, mantan bosnya di tempat fitnes lokal, mengatakan kepada Australian Broadcasting Corporation. "Menurut pemahaman saya, dia terbuka untuk melihat dunia, melihat sebanyak mungkin tempat. Dia hanya ingin merasakan pengalaman yang berbeda."

Saksikan juga video terkait penembakan di masjid Selandia Baru berikut ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Disidang

Brenton Tarrant yang telah membunuh 49 orang dan melukai puluhan lainnya dalam penembakan di masjid Selandia Baru sudah disidang perdana pada Sabtu 16 Maret ini. Pria yang melakukan streaming langsung pembantaian di Facebook kemudian menghapus rekaman dan menutup akunnya itu muncul di pengadilan diapit oleh 11 penjaga keamanan, Times melaporkan.

Dia didakwa dengan satu dakwaan pembunuhan tetapi diperkirakan akan menghadapi lebih banyak dakwaan saat penyelidikan berlanjut.

Pihak berwenang mengatakan tersangka telah merencanakan serangan hingga dua tahun dan telah memutuskan untuk menembak Masjid Al Noor di Christchurch dan masjid Linwood dua bulan lalu, menurut Times.

Hakim mengatakan "masuk akal untuk mengasumsikan" akan lebih banyak dakwaan yang diajukan, sebagaimana dikutip dari laman globalnews.ca, pada Sabtu (16/3/2019).

Hal itu senada dengan pernyataan kepolisian Selandia Baru di Twitter bahwa perincian (terkait dakwaan lain) akan "dikomunikasikan pada kesempatan yang akan datang, secepat mungkin."

Tarrant dijadwalkan untuk disidang kembali pada 5 April mendatang, sebagaimana dikutip dari BBC News. 

Perlu diketahui, tersangka lain penembakan di Selandia Baru juga tengah ditahan, sementara polisi mencoba menentukan peran apa yang mereka mainkan dalam serangan itu.

Tak satu pun dari mereka yang ditahan memiliki catatan kriminal.

PM Jacinda Ardern mengatakan Tarrant memiliki lima senjata dan lisensi senjata api. Mengetahui hal tersebut, ia mengatakan bahwa undang-undang kepemilikan senjata akan diubah.

Pada kesempatan yang sama, Ardern juga menambahkan bahwa bendera akan dikibarkan setengah tiang di gedung-gedung pemerintah kota Christchurch sebagi ungkapan berkabung atas penembakan di Selandia Baru, "sampai pemberitahuan lebih lanjut".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.