Sukses

Gedung Baru Kedubes AS Usung Konsep Ramah Lingkungan dan Kolaborasi Seni

Komplek bangunan baru Kedutaan Besar AS di Jakarta siap untuk dibuka dengan mengusung konsep ramah lingkungan dan kolaborasi seni.

Liputan6.com, Jakarta - Menyambut peringatan 70 tahun hubungan diplomatik antara Republik Indonesia dan Amerika Serikat (AS), kedutaan besar Negeri Paman Sam di Jakarta mengundang Liputan6.com dalam agenda kunjungan publik bagi para awak media lokal, Kamis, 14 Maret 2019.

Bertempat di Kedutaan Besar Amerika Serikat di bilangan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, kunjungan publik itu bertujuan memperkenalkan kompleks bangunan baru fase pertama, yang dibangun dengan konsep kolaboratif.

Dibangun di lahan bekas kantor lama Kedubes AS seluas 99.000 meter persegi, yang dibuka tidak lama setelah Perang Dunia II usai, kompleks bangunan baru itu didesain seluruhnya dengan arsitektur ramah lingkungan.

Davis Brody Bond Architects dari firma arsitektur Dan Planners of New York merancang kompleks bangunan itu sesuai dengan kompetensi yang disyaratkan oleh Dewan Gedung Ramah Lingkungan AS, dan ditargetkan meraih sertifikasi perak Leadership in Energy and Environmental Design (LEED).

Rancangan uniknya diproyeksikan mampu mengurangi biaya pemakaian energi hingga 30 persen dibandingkan gedung perkantoran biasa. Penghematan tersebut, salah satunya, berasal dari pemasangan pelindung surya berbentuk lempengan dan pipa metal pada eksterior bangunan, yang dijalin sedemikian rupa layaknya tekstur serat kain tenun.

Pengaplikasian desain unik nan inovatif tersebut mampu mereduksi masuknya panas Matahari melalui sisi utara dan selatan. Meski begitu, cahaya alami tetap diupayakan menyinari sebagian besar area gedung, sehingga meminimalisir penggunaan energi berlebih untuk penerangan.

Adapun pembangunan fase kedua yang masih berjalan saat ini, menghadirkan kanopi pejalan kaki yang ditempeli oleh panel tenaga surya berteknologi tinggi. Selain itu, air limbah gedung juga akan diproses dan didaur ulang untuk mengairi area taman hijau yang luas, baik di halaman luar maupun di sela-sela tingkat bangunan.

Menurut tim juru bicara Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, penerapan fasilitas berkelanjutan itu merupakan bukti komitmen pemerintah Negeri Paman Sam dalam menerapkan semangat "kota cerdas" (smart city), sekaligus keseriusan dalam bermitra dengan para negara anggota ASEAN di bidang terkait.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Memajang Karya Seni Kolaborasi Indonesia dan AS

Sesuai dengan konsep kolaboratif yang diusungnya, kompleks bangunan baru itu juga menampilkan serangkaian koleksi benda seni hasil karya seniman AS dan Indonesia, yang dikurasi dengan seksama oleh Office Art in Embassy.

Koleksi benda seni tersebut terdiri dari beragam jenis, seperti lukisan, foto, keramik, pahatan, bahan tekstil, dan olahan serat, yang diharapkan menginspirasi dan menyalurkan energi positif bagi khalayak umum serta area kerja gedung Kedubes AS.

Salah satu yang paling menyita perhatian adalah replika elang Amerika Serikat karya maestro batik Iwan Tirta, yang direka ulang oleh Mugi Raharjo dari Pekalongan, Jawa Tengah. Kriya wastra tersebut dipajang dalam pigura sederhana di selasar masuk gedung utama.

Sebagian besar kain batik itu mengusung motif parang khas Mataraman, dengan kombinasi warna cokelat, abu-abu, dan biru yang dimaksudkan sebagai perlambang hubungan baik antara Indonesia dan AS.

Selain itu, benda seni lain yang turut mengundang decak kagum adalah instalasi keramik berjudul Confluence, yang dibuat oleh seniman Courtney Mattison asal San Fransisco, California. Bertempat di area lobby dalam, karya tersebut bertujuan mengingatkan kesadaran publik akan pentingnya melindungi kelestarian Bumi, yang digambarkan dalam gradasi warna pada replika terumbu karang.

Adapun karya seni modern oleh perupa lokal, salah satunya dipajang di lantai tiga, yakni berupa instalasi potongan alumunium dengan enamel yang dicat. Dibuat oleh Jumaadi, seorang seniman kontemporer asal Jawa Timur, karya berjudul Between Magic and the Street itu menjelaskan ketertarikannya akan unsur-unsur alam, khususnya yang berada di Indonesia.

Secara keseluruhan, penempatan karya-karya seni kolaboratif tersebut bertujuan memperkuat upaya yang tercermin dalam nilai-nilai budaya bersama yang dianut oleh Indonesia, Amerika Serikat, dan negara-negara anggota ASEAN, sekaligus membuktikan kemitraan yang kokoh antara kedua negara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.