Sukses

PBB Kutuk Perang Baru di Yaman yang Menewaskan Puluhan Perempuan dan Anak

Sejumlah warga sipil tewas setelah serangan udara yang melanda daerah perumahan di Kegubernuran Hajjah, Yaman selama dua hari terakhir.

Liputan6.com, Sana'a - Sejumlah warga sipil tewas setelah serangan udara yang melanda daerah perumahan di provinsi Hajjah, Yaman selama dua hari terakhir. Sumber-sumber medis menunjukkan bahwa setidaknya 22 telah meninggal, dengan lebih dari 30 terluka selama pemboman udara.

"Kami mengutuk kematian dan cedera ini dengan tegas dan kami berbagi belasungkawa mendalam kami dengan keluarga para korban," kata Koordinator Kemanusiaan PBB di Yaman, Lise Grande, dikutip dari UN News, Selasa (12/3/2019).

"Sangat keterlaluan bahwa warga sipil tak berdosa terus mati sia-sia dalam konflik yang seharusnya, dan bisa, diselesaikan," tambahnya.

Dilaporkan, serangan itu terjadi di distrik Kushar, Hajjah dan merenggut nyawa 10 perempuan dan 12 anak-anak. Di antara 30 yang terluka, setidaknya 14 berusia di bawah 18 tahun. Banyak anak-anak yang terluka telah dikirim ke rumah sakit di distrik Abs dan di Sana'a untuk perawatan dan beberapa memerlukan evakuasi yang mungkin untuk bertahan hidup.

Dalam pernyataannya, Grande menambahkan bahwa "persentase yang lebih tinggi dari orang-orang di Yaman kelaparan dan menderita, daripada di negara lain mana pun."

Provinsi Hajjah adalah salah satu yang terkena dampak terburuk, dengan lebih dari satu juta orang kelaparan dan ribuan lainnya kasus kolera baru dilaporkan secara teratur.

"Kami khawatir ribuan warga sipil terperangkap di antara partai (konflik) dan tidak memiliki layanan dasar yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup" keluh Grande.

"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk menjangkau orang-orang yang membutuhkan bantuan di Hajjah dan di seluruh negeri," jelasnya, mencatat bahwa di Hajjah secara khusus, organisasi kemanusiaan telah mendistribusikan pasokan darurat, menyediakan akses ke air minum yang aman dan mengirimkan tim medis keliling darurat.

Dua bocah menerima bantuan yang diberikan oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di kota Hodeidah, Yaman (11/4). Perang di Yaman telah menewaskan lebih dari 10 ribu orang dan membuat lebih dari dua juta orang mengungsi. (AFP Photo/Abdo Hyder)

"Kami sangat ingin membantu orang tetapi kami menghadapi masalah serius," kata Grande.

"Kami membutuhkan akses, visa, peralatan khusus, dan persetujuan untuk program kami," tambahnya, meminta semua pihak dalam konflik untuk membantu para pekerja kemanusiaan melakukan pekerjaan penyelamatan jiwa mereka.

Sejak konflik meningkat pada tahun 2015, Yaman telah menghadapi krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Hampir empat dari lima warga Yaman di negara itu bergantung pada bantuan kemanusiaan dan perlindungan untuk bertahan hidup. Sekitar 10 juta orang berada di ambang kelaparan dan kelaparan, dan 7 juta orang kekurangan gizi.

Rencana Tanggap Kemanusiaan Yaman 2019 membutuhkan US$ 4,2 miliar untuk membantu lebih dari 20 juta warga Yaman termasuk 10 juta orang yang sepenuhnya bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka setiap bulan. Hingga saat ini, total dana yang dikumpulkan baru mencapai 4 persen.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pihak yang Berkonflik Saling Tuding

Pertempuran telah berkecamuk di distrik Kushar selama berminggu-minggu karena militan dari suku Hajour menolak keberadaan pasukan pemberontak Houthi.

Houthi, yang mengendalikan sebagian besar Yaman, mengklaim bahwa unsur-unsur suku Hajour telah menimbun senjata yang disediakan oleh Arab Saudi dan membawa militan ke daerah itu, pelanggaran gencatan senjata enam tahun yang telah melihat Hajour tetap netral sepanjang konflik saat ini.

Hajour, bagaimanapun, mengklaim bahwa Houthi telah berulang kali menembaki Kushar dengan artileri berat, dan berusaha merebut kendali atas wilayah pegunungan yang dikatakan membentuk benteng alami.

"Jika orang-orang Houthi tidak dapat menegaskan kendali mereka atas daerah yang sampai sekarang netral, mereka akan berjuang untuk mempertahankan perang melawan pasukan Yaman yang didukung-Saudi di bagian-bagian lain dari dataran tinggi utara," kata sebuah penjelasan dari International Crisis Group baru-baru ini, seperti dikutip dari Al Jazeera.

"Jika mereka (Houthi) menang, mereka akan menunjukkan dominasi mereka di Yaman barat laut dan selanjutnya akan mengonsolidasikan kontrol mereka atas wilayah sebelum penyelesaian politik.

"Pemerintah dan Saudi berharap bahwa hilangnya Houthi di Kushar akan mendorong suku-suku lain untuk mengangkat senjata melawan Houthi, memicu pemberontakan suku yang telah lama mereka prediksi, tetapi gagal terwujud".

Perang di Yaman telah mengalami kebuntuan selama bertahun-tahun, dengan koalisi dan pasukan Yaman tidak dapat mengusir Houthi dari ibukota, Sanaa, dan sebagian besar pusat kota.

Menurut badan amal Save the Children, diperkirakan 85.000 anak-anak mungkin mati kelaparan selama empat tahun terakhir perang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.