Sukses

Ini Penyebab Banyak Anak Muda Terkena Serangan Jantung pada Usia Dini

Ilmuwan mengungkapkan penyebab serangan jantung pada anak muda.

Liputan6.com, Jakarta - Tingkat serangan jantung di Amerika Serikat dikatakan menurun secara keseluruhan, meski belum maksimal di antara semua kelompok orang benua Amerika.

Menurut sebuah studi baru yang akan dipresentasikan pada 17 Maret di pertemuan sesi ilmiah tahunan "American College of Cardiology" di New Orleans, tingkat serangan jantung meningkat pada orang dewasa berusia antara 20-an dan 30-an.

Terlebih lagi, meskipun usianya relatif muda, namun rentang umur tersebut berisiko terdampak serangan jantung yang mematikan --sama seperti penderita berusia sekitar 10 tahun lebih tua dari umur yang disebutkan.

"Dulu masih sangat jarang melihat orang di bawah usia 40 terkena serangan jantung, namun kini fakta mengejutkan terkuak," ujar penulis studi senior, Dr. Ron Blankstein, seorang ahli jantung preventif di Brigham and Women's Hospital di Boston.

Dalam riset tersebut, para peneliti memeriksa data dari sekitar 2.100 pasien serangan jantung berusia 50 tahun dan yang lebih muda, yang dirawat di salah satu dari dua rumah sakit besar antara tahun 2000 dan 2016.

Secara keseluruhan, sekitar 1 dari 5 pasien, atau 20 persen, berusia 40 atau lebih muda, adalah mereka yang menderita sakit jantung. Tetapi selama 10 tahun terakhir studi ini dijalankan, proporsi penyakit itu pada pasien usia 40 dan yang lebih muda, meningkat sekitar 2 persen setiap tahun.

Di samping itu, pasien berusia 40 tahun ke bawah lebih rentan meninggal apabila terkena serangan jantung, dibandingkan dengan mereka yang berusia 41 hingga 50 tahun. Temuan ini menandakan bahwa usia muda belum tentu terlindungi dari serangan jantung.

"Bahkan jika Anda berusia 20-an atau 30-an, begitu Anda mengalami serangan jantung, Anda berisiko mengalami lebih banyak kelainan kardiovaskular, dan Anda memiliki risiko yang sama besarnya dengan seseorang yang mungkin lebih tua dari Anda," Blankstein menjelaskan.

Di sisi lain, kedua kelompok tersebut juga berisiko terkena diabetes dan tekanan darah tinggi. Tetapi bila dibandingkan dengan mereka yang berusia 41 hingga 50 tahun, umur 40 tahun ke bawah lebih cenderung dilaporkan terkena kasus penyalahgunaan narkoba, termasuk penggunaan ganja dan kokain.

Secara khusus, 18 persen dari kelompok yang lebih muda dilaporkan menggunakan zat-zat adiktif tersebut dibandingkan dengan 9 persen dari kelompok yang lebih tua.

Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan narkoba dapat berkontribusi terhadap tren serangan jantung di kalangan orang dewasa muda, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi kesimpulan ini.

Pasien yang lebih muda juga cenderung jarang menggunakan aspirin dan statin setelah mengalami serangan jantung. Temuan ini bisa menunjukkan bahwa dokter mungkin kurang merekomendasikan obat-obatan tersebut pada pasien yang lebih muda karena usia mereka, kata para peneliti.

Namun, para ilmuwan masih harus melakukan lebih banyak penelitian untuk lebih memahami mengapa serangan jantung meningkat di kalangan anak muda.

"Semuanya kembali pada cara pencegahan," Blankstein menjawab. "Banyak orang berpikir bahwa serangan jantung ditakdirkan untuk terjadi, tetapi sebagian besar dapat dicegah dengan deteksi awal penyakit dan perubahan gaya hidup yang agresif, serta manajemen faktor risiko lainnya."

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Stroberi Bisa Turunkan Risiko Stroke dan Serangan Jantung

Stroberi, buah kecil berwarna merah ini memiliki banyak manfaat. Salah satunya adalah untuk kesehatan jantung. Stroberi kaya akan serat dan vitamin C yang cocok untuk mengurangi stres oksidatif dan bermanfaat menurunkan risiko penyakit jantung serta kanker.

Selain itu, stroberi mengandung potasium atau kalium, yang melindungi tubuh dari masalah kardiovaskular. "Potasium dapat membantu menurunkan tekanan darah karena efeknya memperlambat sodium dalam tekanan darah," kata juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics, Vandana Sheth seperti dilansir dari Prevention pada Senin 4 Maret 2019.

"Menikmati makanan yang kaya potasium juga membantu menurunkan asupan sodium yang membantu mengurangi risiko tekanan darah tinggi dan stroke," tambah Sheth.

Sebuah studi yang dilakukan di Harvard tahun 2013 juga menyatakan, bahwa mengonsumsi stroberi melindungi Anda dari serangan jantung. Ini terbukti pada hampir dari 100 ribu wanita muda dan setengah baya yang mengonsumsi stroberi setidaknya tiga porsi dalam seminggu.

Risiko serangan jantung pada mereka berkurang hingga 32 persen. Para peneliti mengaitkan efeknya dengan antioksidan dalam stroberi yang disebut anthocyanin.

Selain itu, studi yang dimuat di Journal of Nutrition 2014 menemukan bahwa makan 50 gram stroberi utuh dalam sehati mengurangi kadar kolesterol jahat LDL lebih rendah dalam darah setelah 12 minggu. Menurut pakar diet Alexandra Caspero, buah ini juga bermanfaat mengurangi agregasi trombosit, salah satu faktor risiko penyakit jantung.

Untuk porsi yang disarankan, Anda direkomendasikan mengonsumsi stroberi hingga delapan buah setiap harinya. Ini karena satu porsi tersebut bisa memiliki sekitar 50 kalori sehingga tidak boleh berlebihan.

Selain itu, untuk mendapatkan manfaatnya, konsumsilah dalam bentuk utuh. Bukan dengan dibuat jus.

"Ketika jus diekstraksi, seratnya diambil dan itu memiliki efek yang berbeda," kata Caspero. Tanpa serat ini, jus stroberi hanya meningkatkan kadar gula darah alih-alih menyeimbangkannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.