Sukses

5 Fakta Unik Tentang Selai Kacang yang Jarang Diketahui Publik

Berikut 5 fakta soal selai kacang yang jarang sekali diketahui publik.

Liputan6.com, Jakarta - Industri selai kacang telah berkembang pesat selama beberapa dekade. Dengan berbagai macam merek, rasa, dan tekstur, penganan ini disebut menjadi salah satu makanan paling serbaguna di pasaran.

Karena beragamnya kuliner di dunia ini, selai kacang dapat ditemukan hampir di mana saja. Beberapa orang lebih suka mengoleskan pada roti lapis (sandwich) atau mencampurnya dengan jeli. Sedangkan yang lain ada yang mengonsumsi selai kacang dicampur dengan es krim, kue, salad, sup, burger, dan bahkan minuman.

Disukai oleh anak-anak dan orang dewasa, berikut 5 fakta unik tentang selai kacang yang umum populer di Amerika dan Eropa, sebagaimana dikutip dari Top Tenz, Rabu (6/3/2019).

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Sejarah Selai Kacang

Kacang adalah jenis tumbuhan polong. Berasal dari Afrika Selatan, kacang diperkenalkan ke Asia dan Afrika melalui penjelajah Spanyol yang membawanya kembali ke Eropa. Pada awal 1700-an, kacang akhirnya diperkenalkan ke Amerika Utara oleh orang Afrika.

Ada bukti yang menunjukkan bahwa suku Inca Amerika Selatan adalah yang pertama membuat selai kacang dengan menggiling kacang-kacangan. Namun, Dr. John Harvey Kellogg mungkin adalah penemu pertama selai kacang yang kita kenal hari ini.

Kellogg mulai membuat pasta kacang pada tahun 1890-an. Tujuannya adalah untuk mengubah pasiennya menjadi vegetarian, mengganti daging dengan protein tinggi yang ditemukan dalam kacang tanah.

Dia dan saudaranya, W.K. Kellogg, bahkan mematenkan proses selai kacang, sedangkan paten diberikan pada tahun 1895. Tetapi saudara laki-laki Kellogg lebih fokus pada merek produk mereka.

Di satu sisi, orang Amerika lainnya yang dikreditkan dengan penemuan ini adalah psikis asal St. Louis yang menggiling kacang menjadi pasta dengan penggiling dagingnya, tahunnya sama dengan Kellong.

Ide ini muncul di benaknya saat mencari solusi protein untuk pasien-pasiennya yang memiliki gigi buruk dan tidak bisa mengunyah daging.

Seorang pemilik perusahaan produk makanan mulai memproduksi pasta berkat saran ahli medis tersebut. Selai kacang diperkenalkan secara resmi untuk pertama kalinya di St. Louis World’s Fair pada tahun 1904. Selai ini dikemas dan dijual dalam barel dengan harga sekitar 6 sen per pon.

3 dari 6 halaman

2. Dimakan Astronaut

Tahukah Anda bahwa selai kacang juga dikonsumsi oleh astronaut di angkasa luar? Namun tidak seperti kebanyakan selai kacang dan jeli yang dioleskan pada roti lapis, para penjelajah ruang hampa ini mengonsumsi tortilla sebagai gantinya.

Selai kacang dikatakan jarang menjadi masalah di Bumi, tetapi penganan tersebut dapat mendatangkan malapetaka di lingkungan tanpa gravitasi. Roti juga menjadi lebih cepat basi.

Ilmuwan Rodolfo Neri Vela sudah membawa tortilla dalam misi antariksanya pada tahun 1985. Tetapi ketika Taco Bell (rumah makan berantai siap saji dengan konsep restoran keluarga yang menyediakan tacos, pizza, dan lain-lain) mengembangkan tortilla dengan umur simpan yang lebih lama pada tahun 1990-an, para astronaut banyak yang memesannya dalam jumlah banyak.

Astronaut NASA, Robert Shane Kimbrough, pernah menunjukkan tantangan mengolesi roti dengan selai kacang dan jeli di angkasa luar --melalui platform pengunggah video.

4 dari 6 halaman

3. Arachibutyrophobia

Arachibutyrophobia adalah ketakutan terhadap selai kacang yang menempel di atap mulut. Biasanya, fobia ini berakar pada kengerian akan tersedak. Ini juga bisa dikaitkan dengan rasa takut akan tekstur selai kacang yang lengket.

Beberapa orang yang mengidap arachibutyrophobia masih mengkonsumsi sedikit selai kacang. Sedangkan yang lain takut mengonsumsi apa pun yang sifatnya lengket. Dalam beberapa kasus, ketakutan seperti itu meluas ke produk kacang lainnya, seperti saus kacang dan es krim selai kacang.

Sebagian dari ketakutan itu mungkin juga berasal dari alergi kacang. Mengamati seseorang mengalami serangan alergi karena makan selai kacang, bisa menciptakan kenangan traumatis. Melihat orang tersedak pasta, dapat memiliki efek yang sama. Sebenarnya, sandwich adalah salah satu penyebab utama tersedak.

Gejala arachibutyrophobia antara lain sesak napas, berkeringat, mual, detak jantung tidak teratur, mulut kering, gemetaran, kegelisahan yang ekstrem, panik, tidak mampu mengartikulasikan kata-kata, dan rasa takut berlebih. [

Dalam insiden terparah, obat dapat mengatasinya untuk sementara waktu, tapi tidak menyembuhkan fobia dan hanya mengurangi gejalanya. Fobia dapat diobati dengan psikoterapi, konseling, pemrograman neuro-linguistik, dan hipnoterapi.

5 dari 6 halaman

4. Menyebarkan Wabah Salmonella Mematikan

Stewart Parnell, mantan CEO Peanut Corporation of America (PCA), dijatuhi hukuman 28 tahun penjara pada tahun 2015. Pria berusia 61 tahun itu didakwa dengan 72 tuduhan penipuan, termasuk pengiriman makanan tercemar yang didistribusikan secara lintas negara.

PCA ditutup secara permanen ketika salah satu wabah Salmonella terbesar dalam sejarah AS terdeteksi berada di dalam produk selai kacang mereka. Wabah itu dimulai pada akhir 2008, menewaskan 9 orang dan meracuni 714 lainnya.

Itu adalah hukuman pidana terberat yang pernah ada dalam kasus keamanan makanan. Kontaminasi juga menyebabkan penarikan makanan paling luas dalam sejarah AS, dengan lebih dari 3.900 produk yang berbeda dibuat dengan bahan PCA.

Menurut mantan karyawan perusahaan, pabrik PCA yang ada di Georgia barat daya itu kotor. Inspeksi federal menemukan adanya kotoran, jamur, lemak yang menggumpal, kecoak, tikus, feses burung, dan atap yang bocor. Fasilitas pengolahan kacang tanah lain ditemukan dalam kondisi yang sama.

Michael Parnell, saudara laki-laki Stewart, juga menerima hukuman 20 tahun bui. Sedangkan hukuman lima tahun penjara diberikan kepada manajer urusan jaminan kualitas perusahaan.

6 dari 6 halaman

5. Kasus Selai Kacang

Maraknya popularitas selai kacang pada tahun 1950 menyebabkan banyak produk berkualitas menjadi buruk. Untuk mengurangi biaya pengeluaran, perusahaan menggunakan minyak terhidrogenasi daripada minyak kacang yang lebih mahal, dan gliserin menjadi pemanis yang digunakan.

Food and Drug Administration atau Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) menemukan bahwa beberapa produk yang diberi label "selai kacang" hanya mengandung 75 persen kacang tanah.

Mereka mengusulkan standar kandungan kacang sebesar 95 persen pada tahun 1959, yang diperangi oleh produsen dengan menyatakan bahwa pelanggan lebih menyukai produk yang lebih manis dan lebih mudah dioleskan pada makanan.

Perbedaan pendapat tentang konsistensi ini berubah menjadi "Peanut Butter Case" yang terkenal selama 12 tahun. Setelah banyak tawar-menawar, para produsen meyakinkan FDA untuk menurunkan standar mereka menjadi 90 persen. Meskipun perusahaan mencoba untuk melawan dengan 87 persen, FDA menolak untuk mengalah.

Sidang atas kasus itu dimulai pada tahun 1965 setelah dua kali ditunda. Pengacara dari pihak produsen selai kacang menentang FDA yang disebut kekurangan dana dan tenaga.

Perselisihan atas perbedaan 3 persen dalam isi sebotol selai kacang memakan waktu 20 minggu dan lebih dari 8.000 halaman transkrip. Dengan bantuan Ruth Desmond, seorang aktivis konsumen yang vokal, kasus ini akhirnya justru mendapat bantuan dari FDA.

Namun, butuh lima tahun lagi hingga Pengadilan Banding AS menegaskan standar 90 persen yang digunakan untuk hari ini. Departemen Pertanian Amerika Serikat merilis standar resmi mereka untuk kadar selai kacang pada tahun 1972. Saat ini, rata-rata setoples selai kacang mengandung sekitar 540 butir kacang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.