Sukses

Universitas di Australia Uji Printer 3D untuk Menciptakan Telinga Manusia

Tim peneliti dari Universitas Wollongong di New South Wales (NSW) yang bekerja pada teknologi bioprinting 3D baru tengah mengembangkan alat itu untuk membuat telinga manusia.

Liputan6.com, New South Wales - Anak-anak dengan kelainan bentuk telinga akan segera bisa mendapatkan telinga cetakan yang dibuat dari sel induk mereka sendiri, menurut tim peneliti dari Universitas Wollongong di New South Wales (NSW) yang bekerja pada teknologi bioprinting 3D baru.

Mereka mengklaim pekerjaan ini sebagai "terobosan besar" dibidangnya, demikian seperti dikutip dari ABC Indonesia, Minggu (3/3/2019).

Bio-printer, yang disebut 3D Alek, dikembangkan di University of Wollongong dan sekarang sedang diujicobakan di Rumah Sakit Pangeran Alfred di Sydney, New South Wales (NSW).

Tugas pertama bio printer 3D Alex adalah merancang dan membuat telinga manusia yang dicetak secara 3D untuk mereka yang memiliki kelainan bentuk, terutama anak-anak dengan cacat bawaan seperti mikrotia, dan jika tidak akan memerlukan pembedahan yang kompleks.

Profesor Gordon Wallace, Direktur Pusat Riset Ilmiah ARC dibidang Ilmu Elektromagnetik di Universitas Wollongong, mengatakan pengembangan tinta bio yang tepat, dikombinasikan dengan printer yang sesuai telah menghadirkan terobosan besar.

"Tuntutan bio-tinta sangat besar," kata Profesor Wallace.

"Mereka harus dapat memberikan kemampuan cetak, mereka harus mampu membangun struktur untuk mempertahankan integritas mekanik mereka.

"Tapi yang penting, bio tinta harus melindungi sel-sel hidup selama proses pencetakan dan memastikan sel-sel itu berada di lingkungan yang tepat setelah pencetakan untuk mengembangkan jenis jaringan dan sel yang kita inginkan."

Tantangan

Sebagai bagian dari percobaan awal, sebuah tim yang dipimpin oleh ahli bedah telinga, hidung, dan tenggorokan RPA Payal Mukherjee akan memanen sel-sel induk dari tulang rawan yang dibuang, yang akan digunakan untuk mempercepat pengembangan bio-ink.

Langkah selanjutnya akan menggunakan sel induk pasien sendiri untuk menumbuhkan tulang rawan telinga, dan kemudian mencetak telinga yang disesuaikan dengan kelainan telinga dan fitur wajah mereka sendiri.

Prioritas pertama akan meluncurkan teknologi untuk anak-anak dengan mikrotia, termasuk di luar negeri di India akhir tahun ini, tetapi Profesor Wallace mengatakan pada akhirnya akan bisa juga bermanfaat bagi orang dewasa dengan kelainan bentuk telinga dan hidung.

"Apa yang kami temukan adalah bahwa masing-masing aplikasi tersebut memerlukan printer khusus yang dikhususkan," kata Profesor Wallace.

"Karena ahli bedah di lingkungan klinis tentu saja tidak ingin merasa seperti dia akan masuk ke kokpit pesawat untuk menggerakkan printer ini."

Profesor Wallace mengatakan mereka juga memulai percobaan pada hewan dengan printer, dan berharap untuk membuatnya menjadi teknologi yang layak secara komersial dalam dua hingga tiga tahun ke depan.

Penggunaan pencetakan 3D menjadi semakin populer di seluruh Australia, dengan para peneliti di Queensland juga mapan dalam mencetak bagian-bagian tubuh, termasuk salah satunya telinga.

Di Institut Penelitian Medis Harry Perkins di Australia Barat, para ilmuwan memfokuskan pada bagaimana sel-sel dalam bahan cetak berperilaku selama dan setelah proses pencetakan 3D.

Dr Barry Doyle, kepala Laboratorium Teknik Vaskularnya, mengatakan Australia memimpin dalam memperluas cakrawala tentang kemungkinan teknologi.

"Pasti pekerjaan yang terjadi di pantai timur di Wollongong dan juga di Queensland berada di garis depan," kata Dr Doyle.

"Ini bukan lagi bidang konseptual penelitian."

 

Simak video pilihan berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perlu Pengaturan Uji Klinis

Barry Doyle, kepala Laboratorium Teknik Vaskularnya, mengatakan menemukan rekan klinis untuk menguji teknologi cetak 3D baru adalah elemen penting, dan dia senang para peneliti Wollongong menemukan tempat untuk mengujinya.

"Jelas mereka telah menemukan aplikasi yang benar-benar dapat mengambil manfaat dari teknologi ini, dan itu bagus untuk melihat teknologi yang sebenarnya diterapkan secara klinis," katanya.

Dia mengatakan memastikan penelitian kunci dilakukan akan memberi keyakinan bahwa pekerjaan itu siap untuk pindah ke klinik dan mencoba menguji teknologi dan bahwa para peneliti benar-benar siap.

"Ini menemukan kolega klinis yang bersedia bekerja sama dengan Anda dan juga aplikasi yang tepat dan melakukan penelitian mendasar untuk memastikan itu akan berhasil," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.