Sukses

Puji Donald Trump, Wapres AS: Kepemimpinan Luar Biasa Hebat

Di hadapan para negara Sekutu, Wakil Presiden AS Mike Pence menyebut pemerintahan Donald Trump sebagai luar biasa hebat. Apa alasannya?

Liputan6.com, Munich - Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence menegur ketidakkompakan dukungan negara-negara Uni Eropa atas isu di Iran dan Venezuela.

Di saat bersamaan, dia juga menolak usulan Kanselir Jerman Angela Merkel untuk memasukkan Rusia dalam upaya kerja sama global, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Minggu (17/2/2019).

Menyebut hasil kepemimpinan Donald Trump sebagai "luar biasa hebat", Pence berujar di hadapan para pejabat senior Eropa dan Asia bahwa Uni Eropa harus mendukung pengunduran diri AS dari perjanjian nuklir Iran, dan mengakui pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, sebagai presiden setempat.

"AS lebih kuat dari sebelumnya, dan Amerika memimpin di panggung dunia sekali lagi," kata Pence kepada para pejabat di Konferensi Keamanan Munich, seraya menyebut AS sukses menerapkan kebijakan luar negerinya, mulai dari Afghanistan hingga Korea Utara.

Sebelumnya, para pemimpin Eropa bermasalah dengan retorika Donald Trump, yang mereka katakan tidak menentu dan mengganggu. Hal tersebut utamanya merujuk pada keputusan presiden AS ke-45 itu, untuk menarik diri dari perjanjian nuklir Iran --yang disepakati pada 2015-- dan menuduh Teheran terus mengembangkan bom nuklir.

Tetapi Pence --yang selama kunjungannya ke Polandia menuduh Inggris, Jerman dan Prancis merusak sanksi AS terhadap Iran-- mengulangi permintaannya agar kekuatan Eropa menarik diri dari kesepakatan tersebut.

"Rezim Iran secara terbuka mendukung Holocaust, dan mereka mencari cara untuk mencapainya," ujar Pence, yang juga mengunjungi kamp konsentrasi Nazi Auschwitz.

"Sudah tiba waktunya bagi mitra Eropa kami untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran yang menghancurkan, dan bergabung dengan kami membawa tekanan ekonomi dan diplomatik," lanjutnya mengajak.

Sementara itu, dalam upaya mendorong kebijakan Donald Trump yang mendukung negara berdaulat, Pence mengatakan: "sekali lagi dunia lama dapat mengambil sikap yang kuat dalam mendukung kebebasan di dunia baru".

"Hari ini kami menyerukan Uni Eropa untuk melangkah maju demi kebebasan dan mengakui Juan Guaido sebagai satu-satunya presiden Venezuela yang sah," katanya, menyebut Nicolás Maduro sebagai diktator yang harus mundur.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tanggapan Kanselir Jerman

Pidato Wapres Pence terlihat kontras dengan apa yang disampikan kanselir Jerman Angela Merkel, tentang pembelaannya atas perdagangan luar negeri dan hubungan dengan Rusia, serta ajakan untuk bekerja sama dalam mengatasi masalah-masalah global.

Berbicara di depan Pence, Merkel mempertanyakan apakah keputusan AS untuk meninggalkan kesepakatan nuklir Iran dan menarik diri dari Suriah adalah cara terbaik untuk mengatas pengaruh Teheran di Timur Tengah.

Merkel juga membela rencana pembangunan jalur pipa gas alam baru dari Rusia ke Jerman yang kembali dikecam oleh Pence.

Sebelumnya, pemerintahan Trump menuduh Jerman sebagai "tawanan" Rusia karena bergantung pada sumber energi yang berasal dari Negeri Beruang Merah.

"Jika selama perang dingin ... kami mengimpor gas Rusia dalam jumlah besar, saya tidak tahu mengapa jika saya berkata bahwa ini lebih buruk: Rusia tetap menjadi mitra kami," bela Merkel secara sarkas.

Selama sesi tanya jawab pada KTT terkait, Merkel menambahkan bahwa akan salah jika mengecualikan Rusia secara politis, meski Pence menyebut Washington "meminta pertanggungjawaban Rusia" atas anekasi Krimea dari Ukraina pada 2014 lalu.

"ecara geostrategis, Eropa tidak memiliki minat untuk memutuskan semua hubungan baik dengan Rusia," kata Merkel.

Di lain pihak, Wapres Pence juga menyampaikan pesan Trump tentang kritik terhadap surplus Jerman terhadap neraca perdagangannya dengan AS, dan mengancam akan mengenakan tarif pada industri otommotif negara ekonomi terbesar Eropa itu sebagai balasannya.

"Jika itu dipandang sebagai ancaman keamanan bagi Amerika Serikat, maka kami terkejut," kata Merkel, mengundang tepuk tangan dari hadirin.

"Kami bangga dengan (industri mobil kami), banyak yang diproduksi di AS dan diekspor ke China," lanjutnya kembali mengundang tepuk tangan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.