Sukses

15-2-1933: Presiden AS Pemenang Pilpres Jadi Target Pembunuhan...

Presiden Amerika Serikat ke-32, Franklin Delano Reoosevelt lolos dari jerat maut dalam insiden penembakan.

Liputan6.com, Miami - Pada 15 Februari 1933 malam, presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Franklin Delano Roosevelt --akrab disapa FDR-- menyampaikan pidato singkat kepada khalayak di Taman Bayfront Miami. Pidato itu berlangsung kurang lebih dua bulan setelah pengumuman kemenangannya pada Pilpres AS November 1932.

Bertahun-tahun sebelumnya, FDR telah menjadi korban polio. Karena cacatnya itu, sang presiden sering berbicara dari kursi belakang mobil tur terbuka, daripada melangkah ke atas panggung.

Ketika dia menyelesaikan pidatonya di Miami, kerumunan massa merangsek ke dekat mobil kenegaraannya untuk berebut bersalaman dengan presiden terpilih yang hendak dilantik pada Maret 1933.

Namun, kerumuman tersebut dihentikan oleh enam tembakan pistol yang dilakukan secara berurutan, Today in History dikutip dari situs United States History pada Kamis (14/2/2019).

Lima orang tertembak, di mana cedera paling serius menimpa Walikota Chicago Anton J Cermak, di mana perutnya mengalami pendarahan hebat.

Di saat bersamaan, massa berhasil menahan pelaku penembakan, dan hampir menghakiminya secara sepihak, sebelum kemudian diamankan oleh pihak berwenang.

FDR yang luput dari tembakan tersebut sigap bergerak --meski tertatih-- menolong Walikota Cermak, yang langsung diangkut oleh petugas medis ke dalam mobil ambulans.

Penyelidikan polisi menyebut pelaku penembakan diketahui bernama Giuseppe Zangara. Dia adalah seorang pria kelahiran Italia yang datang ke Amerika Serikat pada awal 1920-an, dan kemudian memutuskan menjadi pembunuh bayaran pada dekade 1930-an.

Motif Pelaku

Zangara tidak memiliki filosofi politik, tetapi memendam kebencian pada kapitalis kaya. Dia menyalahkan Hoover, dan kemudian Roosevelt, atas penderitaan rakyat jelata.

"Aku punya pistol di tanganku. Aku (berniat) membunuh 'para raja' dan presiden terlebih dahulu dan selanjutnya semua kapitalis," Zangara mengakui perbuatannya, seperti dikutip dari Miami History.

Pria itu kemudian mengaku bersalah atas empat tuduhan percobaan pembunuhan dan dijatuhi hukuman 80 tahun penjara. Ketika dia dibawa keluar dari ruang sidang, Zangara memberi tahu hakim: "Empat kali 20 adalah 80. Oh, hakim, jangan pelit. Beri saya seratus tahun."

Namun, pada 6 Maret 1933, Walikota Cermak, salah satu korban penembakan Zangara, meninggal setelah bertahan selama tiga pekan.

Zangara buru-buru diadili kembali dan dihukum atas tuduhan pembunuhan, meski muncul spekulasi bahwa tim dokter telah salah mendiagnosis dan berkontribusi pada kematiannya.

Pada 20 Maret, hanya lima pekan setelah percobaan pembunuhan yang dilakukannya, Zangara meninggal di kursi listrik di penjara negara bagian Florida, di kota Raiford.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berhubungan dengan Kemenangan FDR?

Insiden penembakan di Miami dinilai sangat penting bagi warga AS karena dua alasan. Pertama, banyak orang di sana belum begitu yakin dengan kepemimpinan FDR.

Namun, kesigapan dan ketenangan FDR dalam mengurusi korban luka, membuat persepsi masyarakat berubah positif terhadapnya.

Sementara alasan kedua adalah upaya pembunuhan itu menggarisbawahi fakta bahwa anggapan negatif mayoritas warga AS terhadap masa Depresi Besar (Great Depression) telah usang.

Tersangka penembakan, Giuseppe Zangara, bukanlah seorang sosialis atau Komunis, tetapi seorang individu gila.

Kelompok-kelompok kiri yang kritis terhadap kapitalisme AS memang tumbuh selama tahun 1930-an, tetapi jumlah mereka tetap kecil.

Sebagian besar warga negara yakin bahwa sistem pemerintahan yang ada, pada akhirnya akan menemukan jawaban atas masa Depresi Besar.

Sementara itu, di tanggal yang sama pada 1830, perdebatan terkenal antara naturalis Perancis Georges Cuvier dan Étienne Geoffroy Saint-Hilaire dimulai, yang kemudian menghasilkan struktur percabangan hewan.

Lalu, di tanggal yang sama pada 1922, ilmuwan Marconi berhasil memulai transmisi siaran reguler dari Essex, Inggris.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.