Sukses

Wabah Ebola Terbaru di RD Kongo Renggut Nyawa 500 Orang

Wabah Ebola terbaru di Republik Demokratik Kongo disebut menewaskan lebih dari 500 orang.

Liputan6.com, Kinshasa - Lebih dari 500 orang tewas akibat wabah Ebola terbaru di Republik Demokratik Kongo. Meski begitu, menurut menteri kesehatan setempat, program vaksinasi berhasil mencegah ribuan risiko kematian lainnya.

"Secara total, ada 502 kematian dan 271 orang sembuh," kata sebuah buletin kementerian kesehatan --yang diterbitkan Jumat malam-- melaporkan wabah ebola berpusat di bagian timur negara itu.

Dikutip dari Al Jazeera pada Minggu (10/2/2019), Menteri Kesehatan RD Kongo Oly Ilunga Kalenga mengatakan bahwa, untuk pertama kalinya, program vaksinasi telah melindungi 76.425 orang, dan mencegah "ribuan" risiko kematian akibat Ebola.

"Saya yakin kami telah mencegah penyebaran epidemi di kota-kota besar," katanya bangga.

"Tim-tim kami juga berhasil menahan penyebaran epidemi ke negara-negara tetangga," lanjut Kalenga, merujuk pada kekhawatiran sebelumnya tentang penyebaran virus via tingginya mobilitas penduduk Afrika Barat.

Wabah Ebola dimulai Agustus lalu di wilayah Kivu Utara, yang berbatasan dengan Uganda dan Rwanda.

Sayap Spanyol dari lembaga bantuan Doctors Without Borders, yang dikenal dengan inisial MSF dalam bahasa Perancis, melaporkan di Twitter pada hari Sabtu bahwa ada lonjakan kasus wabah Ebola sejak 15 Januari.

Rwanda, Uganda, dan Sudan Selatan di utara sekarang dalam keadaan siaga, tambahnya.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wabah Mematikan Kedua Terbesar di Abad Ke-21

Ebola adalah penyakit menular serius yang dapat menyebar dengan cepat melalui sejumlah kecil cairan tubuh, menyebabkan pendarahan internal dan berpotensi kematian.

Wabah terakhir adalah yang kesepuluh kalinya terjadi di Republik Demokratik Kongo, sejak Ebola pertama kali terdeteksi di sana pada tahun 1976.

Wabah mematikan tersebut adalah yang terbesar kedua di Abad ke-21, setelah wabah Afrika Barat yang menewaskan ribuan orang beberapa tahun lalu, lapor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Situasi keamanan di timur negara RD Kongo, di mana pemberontak bersenjata telah meneror penduduk selama bertahun-tahun, bertanggungjawab mempersulit upaya pengobatan penyakit maut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.