Sukses

Kebakaran Lahan Selandia Baru Kian Sulit Dikendalikan, 3.000 Warga Diimbau Mengungsi

Pemerintah Selandia Baru mengimbau warga segera mengungsi terkait dengan semakin tidak terkendalinya kebakaran lahan di negara itu.

Liputan6.com, Wellington - Angin kencang pada Minggu 1 Februari 2019 diperkirakan akan memicu meluasnya kebakaran lahan di South Island, Selandia Baru, yang berlangsung sejak sepekan terakhir.

Kebakaran tersebut memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka, diperkirakan akan lebih banyak penduduk segera mengungsi lagi, kata para pejabat setempat.

Dikutip dari The Straits Times pada Minggu (10/2/2019), kebakaran lahan itu terjadi di wilayah Pigeon Valley, yang meliputi area seluas 2.300 hektar dan garis lingkar api yang mencapai 25 kilometer, kata Pertahanan Sipil Selandia Baru, dalam sebuah pernyataan di situs resminya.

Sejauh ini belum ada laporan korban tewas akibat bencana kebakaran tersebut, namun satu rumah diketahui hangus dilahap api.

"Ada beberapa kekhawatiran tentang prediksi angin kencang di sepanjang hari Minggu ini, yang diperkirakan akan menambah panjang garis lingkar api, sehingga mempersulit kontrol oleh petugas pemadam kebakaran," kata badan itu.

Pada Minggu pagi, sebanyak 155 orang petugas pemadam kebakaran berjuang melawan kobaran api di darat, yang ditambah dengan dukungan udara dari 23 helikopter dan 3 pesawat jenis fixed wing plane.

Pengerahan aksi tersebut menjadikannya sebagai pemadaman api via udara terbesar yang pernah tercatat di Selandia Baru.

"Sekitar 3.000 orang telah diperingatkan untuk meninggalkan kawasan Wakefield dan Pigeon Valley," kata Ketua Pengendali Pertahanan Sipil Selandia Baru, Roger Ball, pada konferensi pers, Sabtu 9 Februari.

Lebih banyak orang kemungkinan akan dievakuasi dari rumah mereka pada hari Minggu ini.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berjuang Bersama Padamkan Api

Sementara itu, menurut manajer Komunikasi Palang Merah Selandia Baru, Ellie van Baaren, para pengungsi mengeluh bahwa mereka dilanda lelah dan frustrasi.

"Ketika Anda harus meninggalkan rumah dan dalam beberapa kasus, ternak dan hewan Anda tidak diketahui nasibnya, serta kini Anda tinggal bersama teman dan keluarga di penampungan, maka itu adalah situasi yang tidak pasti bagi semua orang," katanya.

Banyak daerah yang terkena dampak di selatan Kota Nelson --kota yang paling terdampak-- merupakan kawasan hutan lindung, yang diselingi oleh beberapa pertanian kecial.

Otoritas terkait memastikan bahwa hewan-hewan ternak turut diungsikan ke lokasi yang lebih aman.

Kebakaran lahan di Selandia Baru bermula sejak Senin lalu, di mana hembusan angin cepat, membuat api berkobar lebih jauh, sehingga memaksa pemerintah menetapkan kondisi darurat, dua hari setelahnya.

Ratusan sukarelawan dan petugas pemadam kebakaran profesional, polisi, pertahanan sipil, dan personel militer, berjuang bersama untuk memadamkan api.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.