Sukses

Kurdi di Irak Takut Kehilangan AS

Kurdi di Irak khawatir Amerika Serikat akan meninggalkannya. Mengapa?

Liputan6.com, Baghdad - Para petinggi Pasukan Peshmerga Kurdi di Irak mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) seharusnya tidak menarik diri dari Suriah. Hal itu dikarenakan ISIS masih secara konsisten memberikan ancaman, demikian dilaporkan oleh Al Jazeera, Jumat (8/2/2019).

Dalam sebuah kesempatan, Peshmerga menyebutkan bahwa ISIS memiliki persenjataan yang membahayakan. Hal itu mereka saksikan sendiri saat pertempuran antara pasukannya melawan ISIS dua tahun lalu.

"Mereka penuh dengan bahan peledak ketika kami menangkap mereka," tutur Komandan Peshmerga, Jenderal Sirwan Barzani.

Meskipun ISIS telah diusir dari Kota Mosul dan beberapa kota di Irak Utara, saat ini mereka masih berada di daerah sekitar Erbil (25 kilometer dari pusat kota), di dekat ibukota wilayah semiotonom Kurdi di Irak Utara.

Peshmerga Kurdi khawatir, mengingat medan yang berat seperti berbukit curam dan gua, membuat keberadaan ISIS sangat sporadis dan sulit untuk dideteksi.

Selain itu, pasukan ISIS juga mendiami daerah selatan dan barat dari garis wilayah Peshmerga, dimana lokasi itu dikuasai oleh pasukan militer Irak. Sedangkan, pasukan Kurdi sering kali memiliki konflik dengan pasukan tersebut. Hal itu menyusahkan keduanya untuk bekerja sama melenyapkan ISIS.

Sebetulnya pasukan militer Irak dan Peshmerga pernah bekerja sama. Namun hubungan mereka memburuk sejak Oktober 2017. kala itu, pasukan Irak yang didukung Iran merebut kembali kekuasaan atas wilayah Kirkuk yang kaya minyak dan daerah lain yang sebelumnya ditempati Kurdi sejak 2014.

Belum lagi, sikap Irak dan beberapa negara di dunia semakin keras semenjak diadakannya referendum Kurdi tentang hak kemerdekaan.

Kurdi, sebetulnya adalah sekutu AS dalam konflik Suriah, khususnya dalam melawan ISIS. Namun sayangnya, Negara Adidaya itu terkesan cuci tangan karena tidak melakukan apapun untuk menghentikan ancaman yang mengarah ke Kurdi, baik yang dilakukan oleh ISIS maupun militer Irak.

Barzani, secara terang-terangan menyatakan ketakutannya bahwa AS akan meninggalkan Kurdi di Irak dan Suriah.

Simak video berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

AS Akan Terus Memantau, Tapi ...

Penarikan sekitar 2.000 tentara AS dari Suriah memicu kontroversi. terlebih, terkait klaim Trump bahwa ISIS telah dikalahkan.

Selain itu, banyak pula pihak yang mengaku khawatir atas kemungkinan pengabaian sekutunya, Kurdi, jika Trump benar-benar menarik penuh pasukannya.

Donald Trump memberikan pernyataan pada pekan pertama Februari, bahwa ia akan terus memantau keadaan dan akan kembali jika kondisi mengharuskannya.

"Kami akan kembali jika harus," katanya. "Kami memiliki pesawat terbang yang sangat cepat, kami memiliki pesawat kargo yang sangat bagus. Kami dapat kembali dengan sangat cepat, dan saya tidak akan pergi. Kami memiliki markas di Irak, dan itu adalah bangunan yang fantastis," tuturnya.

Meskipun demikian, pernyataan tersebut seolah ditujukan bukan untuk Kurdi, namun untuk sekutu dekatnya, Israel, maupun demi menghalau ancaman yang datang dari Iran, sebuah negara yang berpotensi menjadi negara "revisionis" di kawasan Timur Tengah.

"Kita harus melindungi Israel," katanya. "Kita harus melindungi hal-hal lain yang kita miliki. Lihat, kami melindungi dunia. Kami menghabiskan lebih banyak uang daripada yang pernah dihabiskan orang dalam sejarah."

Donald Trump juga mengklaim AS telah menghabiskan US$ 50 miliar (setara Rp 697 triliun) setahun di Afghanistan selama lima tahun, dan mengatakan dia siap untuk mempertahankan kehadiran intelijen di sana.

Pasukan AS memimpin invasi ke Afghanistan pada Oktober 2001, sekitar 17 tahun yang lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.