Sukses

Chicago Bakar Rel Kereta di Tengah Suhu Dingin Ekstrem, Kenapa?

Kobaran api terlihat menyembur dari jalur sistem kereta komuter Metra Chicago, saat suhu dingin ekstrem melanda wilayah tersebut.

Liputan6.com, Chicago - Perusahaan kereta api komuter di wilayah metropolitan Chicago, Metra, paham betul dengan kondisi cuaca ekstrem yang kerap melanda wilayahnya, termasuk kali ini. Mereka tahu bagaimana menjaga segala sesuatunya beroperasi seperti biasanya, ketika cuaca berubah menjadi dingin.

Tapi bagaimana kalau seperti saat ini, kala angin dingin minus 50 di atau di bawah nol menyelimuti kota? Berkeliling pasti rasanya jauh lebih sulit.

Ketika itu terjadi, seperti dikutip dari CNN, Kamis (31/1/2019), orang-orang yang menjaga operasional kereta komuter di Windy City menggunakan ide pembakaran. Mereka membakar rel keretanya.

Dalam proses tersebut, api terlihat menyembur dari jalur sistem kereta komuter Metra Chicago pada Selasa 29 Januari 2019.

Metra sejatinya tak benar-benar membakar trek sepur, juru bicara perusahaan transportasi massal itu, Michael Gillis mengatakan kepada CNN.

Nyala api sebenarnya berasal dari pemanas berbahan bakar gas yang bekerja di sepanjang rel, fasilitas itu berguna untuk menjaga rel tetap hangat. Metra juga menggunakan sistem pemanas tubular dan blower udara panas untuk memanaskan lintasan kereta api yang dingin.

"Kapan saja rel di bawah titik beku, gunakan ini," kata Gillis yang mengatakan sistem kereta api lain di Amerika Utara menggunakan sistem serupa.

 

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kenapa Dilakukan Pembakaran?

Mengapa lintasan kereta terpengaruh oleh dingin ekstrem? Berikut ini dua alasannya.

Dalam beberapa kasus, rel kereta mengalami apa yang disebut "pull-aparts." Jenis kerusakan jalur sepur ini terjadi ketika dua rel terpisah pada sambungannya.

"Suhu dingin ekstrem mampu menciutkan logam dan rel yang mengakibatkan rel terpisah satu sama lain," kata Metra dalam posting Instagram baru-baru ini.

Memanaskan lintasan dengan api mengembangkan logam sampai kedua rel dapat disatukan kembali.

"Titik sakelar rel kereta api juga bisa tersumbat oleh es dan salju dalam kondisi di bawah nol derajat, sehingga sistem pemanas digunakan untuk membuka sumbatnya. Kru pemeliharaan menyalakan pemanas dengan tangan dan dapat mengontrol aliran gas," kata Metra.

Anggota kru yang bekerja dengan shift 12 jam, tetap berada di area ketika sistem pemanas digunakan sehingga mereka dapat memantau apinya.

Beberapa ikatan kereta api kadang-kadang rusak oleh panas, tetapi metode ini jauh lebih aman daripada yang digunakan sistem kereta api untuk melelehkan jalur beku. Kru sebelumnya menggunakan wadah berisi minyak tanah, menancapkannya di ruang antara ikatan trek dan menyalakannya dengan tangan.

"Kami semua dulu membawa barang-barang ini. Saya menyebutnya minyak sigung," kata Direktur Teknik Metra, John Meyer, di situs web sistem kereta.

"Kami menuangkannya dalam kaleng seukuran 2 galon, menuangkannya, dan melemparkan korek api ke dalamnya, dan itu akan menyalakan api di sepanjang semua rel. Kami berbicara di pertengahan tahun 70-an. Sekarang Anda akan mengalami kesulitan besar melakukan itu. "

Metra mengatakan aman untuk menjalankan kereta api di atas api karena bahan bakar diesel di kereta api "membakar hanya dengan tekanan dan panas, bukan api yang berkobar."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.