Sukses

Efek Janji Sihir Menggiurkan di Tanzania, 6 Anak Tewas dan Organ Tubuhnya Hilang

Sebanyak enam orang anak usia sekolah dibunuh secara sadis di Tanzania karena alasan janji sihir yang menggiurkan.

Liputan6.com, Dodoma - Enam orang anak usia sekolah dilaporkan tewas mengenaskan di Tanzania barat daya. Jasad mereka kehilangan beberapa organ, seperti gigi dan telinga.

Beberapa lainnya juga diketahui kehilangan beberapa anggota tubuh luar, yang menurut laporan pihak berwajib setempat, dipotong atas kepercayaan takhayul.

"Ini semua tentang kepercayaan takhayul, dan banyak yang percaya mereka akan mendapatkan bantuan dari sihir jika mempersembahkan beberapa bagian tertentu dari tubuh anak-anak," kata Komisaris Distrik Njombe, Ruth Msafiri, sebagaimana dikutip dari BBC pada Selasa (29/1/2019).

Polisi telah menahan satu tersangka, kerabat dekat dari tiga anak yang berasal dari keluarga yang sama.

Sebelumnya, sepuluh anak dilaporkan hilang di Njombe sejak awal Desember, dan empat di antaranya berhasil ditemukan dalam keadaan hidup.

Seluruh anak malang tersebut diculik dari rumah mereka pada malam hari, ketika para orang tua berangkat ke pasar untuk berdagang.

Para wartawan mengatakan bahwa beberapa dukun di wilayah tersebut memberi tahu orang-orang bahwa bagian tubuh manusia memiliki sifat khusus, yang dapat memberi mereka kekayaan dan keberuntungan.

"Kami mendesak semua orangtua dan wali untuk waspada dan mengajar anak-anak mereka tentang bagaimana mengenali potensi bahaya di sekitar mereka," kata komisioner distrik itu kepada BBC.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penculikan Anak di Kamerun

Beberapa bulan sebelumnya, puluhan anak, kebanyakan murid sekolah, diculik dari sekolah asrama di barat Kamerun.

"Sedikitnya 79 siswa dan tiga orang lainnya, termasuk kepala sekolah, ditangkap pada awal Senin 5 November 2018 pagi di Bamenda, ibu kota wilayah North-West," kata seorang pejabat pemerintah setempat.

Gubernur kawasan itu, Adolphe Lele L'Afrique menyalahkan milisi separatis atas penculikan tersebut.

Milisi, yang telah menuntut kemerdekaan dari dua wilayah yang menggunakan bahasa Inggris, diketahui meminta untuk melakukan boikot sekolah. Tapi tidak ada satu kelompok pun yang bertanggung jawab atas penculikan di Sekolah Menengah Presbyterian Bamenda, yang memiliki murid berusia antara 10 dan 14 tahun.

Beredar video di media sosial berisi tayangan beberapa anak yang diyakini telah direkam oleh salah satu penculik. Meski demikian rekaman tersebut belum dapat dipastikan kebenarannya.

Dalam rekaman tersebut, para siswa yang seluruhnya anak laki-laki terlihat berdesakan dalam ruangan kecil. Semuanya terlihat gugup ketika orang yang memegang kamera memerintahkan mereka untuk menyebutkan nama dan asal mereka.

Mereka juga mengulang kalimat: "Saya dibawa dari sekolah tadi malam oleh orang-orang Amba, saya tidak tahu di mana saya berada."

Amba adalah singkatan Ambazonia, nama negara baru yang ingin dibuat oleh separatis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.