Sukses

Puluhan Jet Pribadi Arab Saudi Telantar, Dampak Operasi Antikorupsi Putra Mahkota?

Operasi antikorupsi di Arab Saudi yang digagas oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman dikabarkan telah sangat merusak industri jet pribadi kerajaan yang biasanya disewa para orang kaya.

Liputan6.com, Riyadh - Operasi antikorupsi di Arab Saudi yang digagas oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman dikabarkan telah sangat merusak industri jet pribadi kerajaan -- tanda bahwa operasi tersebut begitu berdampak pada individu dan industri elite swasta Negeri Petrodollar.

Lusinan pesawat, yang dimiliki oleh perorangan dan perusahaan charter bernilai ratusan juta dolar, terdampar di bandara di seluruh kerajaan termasuk Riyadh dan Jeddah, empat orang yang akrab dengan masalah tersebut mengatakan kepada kantor berita Reuters, seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (12/1/2019).

Beberapa jet telah diserahkan kepada negara sebagai upaya 'penyelesaian perkara' ketika operasi antikorupsi diluncurkan pada akhir 2017, menargetkan puluhan pangeran, pengusaha dan pejabat pemerintah.

Sejumlah jet lain menghadapi larangan terbang, sedangkan sisanya enggan untuk menerbangkan pesawat karena mereka khawatir bahwa itu mungkin dilihat sebagai ejekan terhadap pemerintah atas kampanye antikorupsi, kata dua sumber.

Sementara itu, Otoritas Umum Penerbangan Sipil Arab Saudi (GACA) mengatakan, pertanyaan-pertanyaan tentang dampak gerakan antikorupsi pada industri jet pribadi berada di luar mandatnya, menambahkan bahwa hubungannya dengan penerbangan swasta hanya mencakup operasi, keselamatan dan peraturan.

Efek penumpasan korupsi pada komunitas bisnis dan perusahaan swasta, yang sudah terhuyung-huyung akibat harga minyak yang rendah dan kepercayaan konsumen yang melemah, telah menghancurkan kepercayaan investor dan memberikan kontribusi terhadap rasa ketidakpastian seputar kebijakan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, umumnya dikenal sebagai MBS.

Pesawat yang menganggur itu diperkirakan mencapai sekitar 70 unit, termasuk pesawat Bombardier dan Gulfstream, kata sumber.

Ada juga pesawat Airbus dan Boeing yang lebih besar yang lebih sering dikaitkan dengan maskapai komersial tetapi sering digunakan di Timur Tengah sebagai jet pribadi.

Boeing 737 MAX atau Airbus A320neo dapat berharga hingga US$ 130 juta per-unit, meskipun biaya akhirnya tergantung pada bagaimana jet dilengkapi dengan teknologi dan fasilitas --yang bisa mencakup kamar tidur pribadi, ruang rapat, dan bahkan peralatan olahraga.

Jumlah jet pribadi yang terdaftar di Arab Saudi berkisar 129 unit per-data Desember 2018 dibandingkan dengan 136 unit pada tahun sebelumnya, menurut data FlightAscend Consultancy.

Jet pribadi menawarkan fleksibilitas kepada para orang kaya karena tidak seperti pesawat komersial, mereka tidak dibatasi oleh slot waktu kedatangan dan keberangkatan. Mereka juga memungkinkan penggunanya untuk melakukan perjalanan secara lebih 'rahasia'.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kemungkinan Akan Diambil-alih Kerajaan

Menteri Keuangan Arab Saudi, Mohammed al-Jadaan, mengatakan bulan lalu bahwa negaranya telah mengumpulkan lebih dari 50 miliar riyal (US$ 13,33 miliar) dari 'penyelesaian perkara' yang dicapai antara otoritas antikorupsi Saudi --yang beroperasi di bawah mandat Putra Mahkota-- dengan tersangka.

Sebagian besar tahanan yang ditahan di Ritz-Carlton Hotel Riyadh pada November 2017 juga telah dibebaskan setelah diampuni atau mencapai 'penyelesaian perkara' keuangan dengan pemerintah, yang mengatakan pihaknya bertujuan untuk menyita total lebih dari US$ 100 miliar dalam bentuk tunai atau aset.

Sementara itu, tidak jelas bagaimana pemerintah akan mentransfer kepemilikan jet yang mendarat di Arab Saudi karena banyak yang dimiliki oleh perusahaan lepas pantai atau lewat firma pegadaian, kata dua sumber yang mengetahui masalah tersebut.

Tiga sumber mengatakan kemungkinan jet itu masih terdaftar di Kerajaan.

Sementara dua sumber mengatakan, pemerintah dapat menyerap pesawat dalam inventarisasi Kerajaan untuk digunakan oleh kementerian dan perusahaan milik negara.

Sumber ketiga mengatakan pemerintah telah berupaya untuk mendirikan perusahaan jet pribadinya sendiri yang seluruhnya terdiri dari pesawat yang disita.

Kampanye antikorupsi yang diluncurkan oleh Putra Mahkota telah memenangkan persetujuan luas di antara orang-orang Saudi jelata, sebagian karena pemerintah mengatakan akan menggunakan sejumlah dana untuk membiayai jaminan sosial atau kepentingan publik.

Tapi, para kritikus mengatakan pembersihan itu adalah permainan kekuasaan oleh sang pangeran ketika ia bergerak untuk mengonsolidasikan kekuasaan di tangannya.

Hanya ada sedikit firma jet pribadi di Arab Saudi selama setahun terakhir, sebagian besar karena hanya ada sedikit pesawat yang tersedia, termasuk untuk sewa, tiga sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan.

Seperti di Tiongkok

Chief Commercial Officer VistaJet, Ian Moore membandingkannya dengan situasi di China di mana tindakan keras antikorupsi juga telah melemahkan pasar jet pribadi Tiongkok.

"Tidak terlalu bagus secara politis untuk terlihat terbang dengan jet pribadi saat ini, terutama memiliki pesawat Anda sendiri," katanya kepada Reuters.

Beberapa elite tajir Saudi kini lebih sering menggunakan maskapai penerbangan komersial ke Uni Emirat Arab, Bahrain dan tujuan lain dan kemudian menyewa jet pribadi di sana untuk menghindari pengawasan pemerintah, dua sumber mengatakan.

Produsen pesawat mengatakan selera untuk penjualan jet bisnis di Arab Saudi telah menurun sejak penumpasan antikorupsi diluncurkan pada November 2017.

"Ketidakstabilan politik tidak membantu kepercayaan konsumen dengan cara atau bentuk apa pun," kata Chief Commercial Officer jet komersial Embraer Stephen Friedrich kepada Reuters.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.